BAB 16
Tidak mengherankan apabila di dalam
Bawah Sembilan banyak terdapat anggota gangster atau mafia. Mulai dari tingkat
jalanan, hingga yang akrab dengan pemerintahan. Salah satunya adalah Mafia
Anggrek Berdarah.
Komplotan tersebut sangat ditakuti
bahkan di dalam Bawah Sembilan sekalipun. Rivalnya adalah Mafia Bayangan
Kalong. Mereka sering merundung para napi lain, bahkan tak jarang bersaing
untuk menebar pengaruh.
Akan tetapi, semuanya berbeda setelah
Jackie dilatih oleh Dewa Agung. Kelompok-kelompok itu bersatu dan takluk
terhadap sang Dewa Muda. Keduanyalah yang memulai menjuluki Jackie dengan
sebutan Dewa Bawah Sembilan.
"Hei, apa yang kalian lakukan,
kenapa cuma melongo seperti itu?! Cepat berlutut, atau hidup kalian adalah
taruhannya!" titah Wanarto pada bawahan-bawahannya.
Pada saat Wanarto masuk ke Penjara
Bawah Sembilan, ia pikir uang dan reputasinya di luar akan berpengaruh. Dia
salah. Dirinya malah jadi bahan perundungan Mafia Anggrek Berdarah. Wanarto
menjadi kacung mereka, belum lagi dimintai uang.
Jackie tidak meneruskan kata-katanya
tadi. Wanarto sebenarnya sering dipukuli oleh kelompok kriminal tersebut
apabila ia tidak memenuhi permintaan mereka.
"Ayo, berlutut sekarang!"
perintah Wanarto lagi. Para anak buahnya mengikuti apa yang dirinya katakan.
Malvin masih terheran-heran karena ia
tidak percaya. Orang yang selama ini menyokong dia ternyata tidak ada
apa-apanya jika dibandingkan Jackie.
Buak!
Kesal karena Malvin tidak kunjung
menuruti instruksinya, sambil bertelut, Wanarto memukul lipatan kaki Malvin
sehingga sontak, Malvin juga bersujud di atas lututnya.
"Si-siapa sebetulnya Jackie ini,
sih?! Kenapa Pak Wanarto kelihatan ketakutan seperti ini?" pikir Malvin
sementara dia menjadi ketakutan setengah mati. Sebab, siapakah dia dibanding
Wanarto sedangkan Wanarto sekarang merunduk bak menyembah Jackie.
"Dewa Muda penguasa Bawah
Sembilan..., mohon ampuni aku. Aku benar-benar tidak tahu bahwa yang ingin
menjumpaiku adalah kamu. Jangan kau marah. Apapun yang kau kehendaki akan aku
turuti!"
Setelah digembleng sedemikian rupa
oleh Dewa Agung. Jackie berhasil menaklukkan Mafia Bayangan Kalong. Lalu, ia
melihat bagaimana Wanarto dijadikan bulan-bulanan oleh Anggrek Berdarah.
Satu kali, Wanarto kembali 'disiksa
oleh junjungan-junjungannya. Tanpa ia sangka sebelumnya, Jackie hadir dan
membela dia. Itulah saat di mana Jackie membuat Mafia Anggrek Berdarah bertekuk
lutut di hadapannya.
"Dewa Muda, senang sekali aku
bisa bertemu kembali denganmu dan melihat kau baik-baik saja. Maafkan aku yang
waktu itu meninggalkan Bawah Sembilan lebih dahulu. Kau adalah orang yang
menyelamatkanku di neraka dunia tersebut!"
Wanarto bertutur sembari membungkuk
layaknya menyembah pada Jackie. Bibirnya membentuk senyum lega seolah dia
tengah bahagia. Memang benar begitu. Wanarto senang bisa berjumpa kembali dengan
Jackie di 'dunia nyata.
"Sudahlah Samuel, kamu sudah
memberiku banyak uang saat kita berada di dalam sana. Akulah yang mesti
berterima kasih padamu," balas Jackie.
"Tidak, tidak, Dewa Bawah
Sembilan yang aku junjung. Kamu... kamulah yang layak mendapat penghargaan
dariku!" riang Wanarto sembari kembali mengangkat wajah.
"Bangkitlah..., apa-apaan kalian
semua itu? Jangan ikut-ikutan Samuel. Dia itu orangnya berlebihan," dingin
Jackie berkata.
Sambil cengengesan, Wanarto kembali
berdiri begitu juga para bawahannya. Tetapi Malvin berbeda. Rupanya, dia masih
merasa bahwa dirinya telah berbuat kesalahan besar.
Sangking takut setengah mati pada
Jackie, dia mengesot ke arah Jackie. Nyalinya yang tiris membuat dia menangis.
"Dewa Bawah Sembilan, ampunilah aku,
huhuhu...! Aku tidak tahu siapa kamu sebenarnya, tolong sayangi nyawaku, Dewa
Muda, Dewa-nya Bawah Sembilan... huhuhu!"
Ratapan Malvin membuat Jackie
menghela napas. Sebab menurut dia, apa yang dilakukan Malvin itu tidak perlu.
"Dewa Muda, begini saja. Apakah
kau ingin memberi perintah pada Malvin? Dia pasti akan menurut, iya 'kan,
Malvin?" ujar Wanarto.
"Y-y-y-ya...! T-teentu saja,
Pak! Apa pun yang Dewa Muda Jackie, Dewa-nya Bawah Sembilan, perintahkan, pasti
aku turuti. Siapalah aku di hadapan beliau!" sambut Malvin.
Sejurus, Jackie terdiam. Wanarto
terlihat lega. Tetapi karena pemimpin mereka sangat segan pada Jackie, anak
buahnya termasuk Malvinlah yang menjadi tegang.
"Begini saja. Aku mau
keluargaku..., terutama adikku dilindungi. Jangan sampai ada yang menyentuh
mereka. Bagaimana, apakah kamu sanggup melakukannya Malvin?" tanya Jackie
dengan gaya kalemnya yang khas.
"P-pa-pasti...! Pasti, Tuan
Dewa! Itu adalah tugas biasa bagiku dan merupakan suatu kehormatan bagiku untuk
melindungi keluarga Sang Dewa Muda dari Bawah Sembilan!"
Dengan segera, Malvin berkata-kata
seraya tersenyum. Kedua telapak tangannya merapat dan melakukan gerakan
menyembah-nyembah.
"Jangan asal berjanji, Malvin!
Kamu harus menjalankan tugasmu dengan baik. Kalau kamu tidak becus, aku
sendirilah yang akan menghajarmu! Paham, kau?!" sambar Wanarto. Sekarang
wibawanya telah kembali.
"Tenang, Pak, Tuan Dewa Muda.
Mulai detik ini, aku bersumpah. Aku akan melindungi keluarga Dewa Muda dengan
segenap hati, jiwa, dan raga!" pasti Malvin sembari bangkit berdiri. Harga
dirinya seolah bangkit.
"Oh ya, aku berencana akan
membeli rumah di Komplek Villa Awania Danau Lembang. Jadi nanti kalian harus
mengawal keluargaku di sana," ujar Jackie.
"Tunggu, Dewa Muda. Apa kau
sudah membeli rumah?" tanya Wanarto buru-buru.
"Samuel, apa kau tidak
mendengar? Aku bilang: 'aku berencana'..., berarti belum!" jawab Jackie
menunjukkan ia merasa dongkol.
"Ma-maaf, maksudku, aku hanya
memastikan. Karena, aku memiliki sebuah rumah di sana yang tidak terpakai.
Jadi, silahkan kamu tinggal di sana. Euh..., aku akan memberikannya untukmu,
maksudku. Nanti aku yang urus semuanya!" segan Wanarto menjelaskan.
Urusan Jackie dengan para Ular
Berbisa selesai sudah. Begitu dia pergi, Malvin yang tidak mengetahui kisah
Wanarto selama di Penjara Bawah Sembilan langsung bertanya pada orang yang
menjadi bekingnya tersebut.
"Pak, sebetulnya... apa yang
terjadi di Bawah Sembilan sampai-sampai Bapak sangat segan terhadap
Jackie?" tanya Malvin lugu.
Yang ditanya melirik tajam pada
Malvin. "Menurutmu kelihatannya bagaimana? Dasar dungu!" sewot
Wanarto menyahut. Malvin dibuatnya merasa bodoh. Tapi kemudian Wanarto berkata
lagi, "Aku itu berutang nyawa pada dia...
Untuk sejenak, Wanarto memaparkan apa
yang diperbuat Jackie selama di penjara. Para bawahannya tertegun.
"Begitulah. Jadi, ingat
baik-baik. Kalian harus mengabdi padanya. Karena jika tidak, akulah yang bakal
bikin kalian merasakan bagaimana hidup di Bawah Sembilan!" tandas Wanarto
galak. Malvin dan kawan-kawan segera membalas tegas.
"Baik, Pak!"
Malam harinya. Jackie telah duduk
pada sebuah meja di restoran Phoenix Bistro, rumah makan mewah paling kenamaan
di Kota Bunga.
Selama beberapa saat, dia
melihat-lihat menu. Lantas, ada dua orang wanita memasuki restoran tersebut.
Kontan, kedua netra Jackie pun teralihkan dan langsung mengarah pada mereka.
Orang yang ia nanti tiba. Jackie
segera bangkit dari tempat dia duduk, tanda menghormati. Vanessa. Seperti
biasa, sang putri dari keluarga Halim datang bersama Yeni, abdi setianya.
Mereka menghampiri Jackie yang memperhatikan Vanessa begitu lekat.
No comments: