Bab 630
Setidaknya, reputasi Serena sebagai
gadis bodoh makin kuat.
Galuh tertawa kecil. "Siapa
suruh keluarga Morris sombong sekali? Mereka terus bilang kalau Sofia adalah
primadona nomor satu, padahal keluarga Julian saja nggak pernah mengakui itu.
Malah berani bilang kamu pelakor, benar-benar nggak tahu malu! 11
Nindi melihat ekspresi marah Galuh
dan berkata, " Sudahlah, kita masih ada urusan yang lebih penting. 11
"Aku tahu. Dari tadi aku
memperhatikan gerak-gerik Sania. Dia berjalan ke arah luar pintu, sepertinya
keluarga Gunawan sudah datang."
Tatapan Nindi menjadi dingin. Jika
ada kesempatan yang datang dengan sendirinya, tentu saja tidak boleh
disia-siakan.
Tak lama kemudian, pesta resmi
dimulai.
Nindi dan Galuh berdiri di tengah
keramaian, memperhatikan Yanisha yang melangkah keluar mengenakan gaun indah
bak seorang putri.
Dia memerhatikan langkah Yanisha yang
mantap dan tidak melihat sesuatu yang aneh.
Sepertinya, rancangan yang Nindi buat
sangat cocok untuknya. Namun, karena waktunya terlalu singkat, pasti rasanya
masih kurang nyaman. Nanti, dia harus melakukan beberapa perbaikan lagi.
"Nindi, kamu datang juga?"
Tiba-tiba, Riska muncul di sisi
Nindi. Matanya tertuju pada gaun yang dikenakan Nindi, tampak sedikit familiar.
Saat melihat Riska kali ini, Nindi
merasa sedikit canggung.
Gaun yang dia kenakan adalah hadiah
dari Cakra.
Riska hanya meliriknya sekilas, lalu
tersenyum dan bertanya, "Apa kamu datang sendirian ? Kudengar keluarga
Lesmana juga hadir. Hari ini, mereka akan mengumumkan perjodohan keluarga
Lesmana dan keluarga Ciptadi."
Nindi menyunggingkan senyum tipis.
"Bukan hal yang patut dibanggakan."
"Nindi, apa kamu keberatan
dengan perjodohan ini? Padahal, ini sangat menguntungkan buat keluarga
Lesmana."
Pada saat ini, Sofia berjalan dengan
percaya diri, seolah-olah semua yang terjadi sebelumnya tidak pernah terjadi.
Nindi menatap Sofia yang tampak
seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan berkata. "Baru saja adikmu menuduhku
mencuri, tapi kemudian terbukti kalau dia sengaja memfitnahku. Sekarang, kamu
masih bisa berpura-pura nggak terjadi apa-apa dan bicara denganku? Aku
benar-benar salut dengan ketebalan muka keluarga Morris."
Riska terkejut, lalu menatap Sofia.
"Adikmu itu benar-benar keterlaluan."
"Tante Riska, aku juga baru tahu
soal ini. Sepertinya yang melakukannya teman kecil Serena, nggak ada
hubungannya dengan adikku. Nanti akan aku beri pelajaran."
Setelah menjelaskan, tatapan Sofia
pada Nindi berubah menjadi lebih dingin.
Dia pun melanjutkan, "Nggak
kusangka setelah sekian lama mencari calon suami untuk Yanisha, keluarga
Ciptadi malah memilih keluarga Lesmana. Sungguh nggak terduga."
Dengan begitu, status keluarga
Lesmana pun akan meningkat pesat. Ini adalah sesuatu yang tidak ingin Sofia
lihat terjadi.
Riska tersenyum. "Bagus juga.
Setelah ini, Nindi akan tetap berada di Yunaria. Kita semua jadi terman, kalau
ada apa-apa bisa saling membantu."
Setelah mendengar itu, ekspresi Sofia
menjadi lebih dingin.
"Tante Riska," balas Nindi
tak berdaya.
"Jangan sungkan. Aku harus pergi
menyapa beberapa teman. Kita bicara lagi nanti."
Riska menepuk tangan Nindi dengan
lembut, lalu pergi.
Begitu Riska pergi, suara Sofia
terdengar di telinga Nindi. "Tante Riska begitu baik padamu cuma karena
dia ingin menghalangimu bersama dengan Cakra. Jangan salah paham."
Nindi pun menoleh. "Kamu
cemburu, ya?"
Suasana hatinya menjadi lebih baik
saat melihat primadona nomor satu, Nona Sofia Morris, yang tampak frustrasi.
Nindi memandang Yanisha di atas
panggung dan merasa sedikit khawatir.
Martha memegang mikrofon dan
berbicara panjang lebar, lalu menatap Darren. "Sekarang perkenalkan,
Darren ini adalah calon..."
"Kami cuma teman baik."
Yanisha langsung memotong perkataan
ibunya dan menatap Darren. "Saat ini, hubungan kami hanya sebatas
teman."
Nindi melihat ekspresi puas di wajah
Darren menghilang dalam sekejap, dan matanya dipenuhi dengan kemarahan yang
luar biasa.
Huh, apa dia benar-benar mengira bisa
hidup enak dengan mengandalkan orang lain?
No comments: