Bab 624
"Kamu yang aku maksud. Demi
seorang gadis licik yang berpura-pura baik, kamu jadi penjilat, dan bahkan memperlakukan
adik kandungmu dengan buruk. Kamu nggak pantas jadi kakak, tapi kamu pura-pura
jadi saudara. Kalian sekeluarga ini otak udang!"
Nindi tersenyum dan membawa Galuh
pergi. Lagi pula, dengan begitu banyak orang yang menonton di sini, itu tidak
akan memberikan pengaruh yang baik.
Setelah dimaki habis-habisan, Witan
berkata dengan marah, "Kak Darren, kamu lihat 'kan bagaimana sikap Nindi
barusan? Tapi kamu masih mengambil gaun yang Sania sukai untuk menyenangkan
hatinya!"
"Sekali lagi, gaun itu punya
Nindi. Bukan aku yang memberikan padanya."
Lagi pula, ada begitu banyak orang
kaya di Kota Yunaria, dan koneksinya tidak cukup untuk mendapatkan gaun itu.
Sania pun berkata dengan lemah,
"Pasti Nona Yanisha yang membantunya mendapatkan gaun itu. Lagi pula, Nona
Yanisha memang nggak suka padaku."
Darren juga berpikir begitu,
kemungkinan besar karena Yanisha. "Bagaimanapun juga, kalian nggak boleh
menyinggung perasaan Yanisha, atau kalian semua angkat kaki dari keluarga
Lesmana!"
Sania memaksakan senyum, "Tenang
saja, Kak Darren."
Hari ini adalah kesempatan yang
sangat bagus, tentu saja dia harus tampil dengan baik.
Dia harus memanfaatkan kesempatan ini
untuk mengenal lebih banyak orang dari kalangan atas.
Mana sudi dia benar-benar menikah
dengan pecundang seperti Witan?
Semua anggota keluarga Lesmana dengan
berbagai pikiran mereka sendiri berjalan masuk ke aula pesta.
Sementara itu, Nindi menggandeng
Galuh dan berkeliling sebentar di dalam aula sebelum akhirnya menuju area
makanan. Bagaimanapun juga, mereka tidak mengenal banyak orang di sini.
"Tuh kan, memang dasar
kampungan. Datang ke pesta besar, tapi cuma tahu makan saja. Lihat saja
kelakuan mereka, sama sekali nggak berkelas!"
Serena datang bersama beberapa
temannya, termasuk Sania.
Nindi secara refleks melindungi Galuh
di belakangnya, lalu menatap Serena, "Kalau menurutmu area makanan cuma
untuk orang kampungan, nanti aku akan tanyakan pada Nyonya Martha kenapa dia
repot-repot menyediakan sesuatu yang nggak sesuai dengan selera Nona Serena."
Ekspresi Serena langsung berubah.
"Berani sekali kamu! Aku cuma bilang kalian yang kampungan, membuat pesta
ini jadi terlihat murahan!"
Dasar wanita jalang, berani sekali
dia mau menjebakku!'
Sania maju selangkah. "Nindi,
Serena cuma memberikan saran yang baik. Lagi pula, kita nggak punya banyak
kesempatan untuk menghadiri pesta seperti yang diadakan keluarga Ciptadi hari
ini. Kita harus berhati-hati biar nggak mempermalukan diri sendiri."
Serena tetap memandang mereka dengan
sinis. "
Benar, aku cuma mengingatkanmu.
Jangan nggak tahu diri. Jangan kira kamu bisa naik kelas dan jadi seorang putri
cuma karena sedikit keberuntungan. Kakakku saja..."
"Eh, kalian semua ternyata di
sini."
Saat itu, Yanisha berjalan mendekat
dan menatap Nindi, "Aku sudah lama menunggumu. Aku butuh bantuanmu."
Nindi tak lagi memperdulikan Serena.
Dia dan Galuh langsung mengikuti Yanisha.
Setelah mereka pergi, Serena melirik
Sania, "Jadi, sudah siap?"
Senyum Sania penuh kemenangan.
"Tentu saja, aku sudah pastikan Nindi Lesmana nggak akan pernah bisa
berdiri lagi di depan begitu banyak orang."
Serena memandang Sania dengan serius.
" Setidaknya keluarga Lesmana tahu diri. Jangan berharap bisa naik derajat
seenaknya."
Sepertinya keluarga Lesmana tidak
punya niat untuk mendekati keluarga Julian.
Sania merasa ucapan Serena agak aneh,
tapi yang terpenting baginya saat ini adalah memberi pelajaran pada Nindi. Lagi
pula, sukses atau gagal, Serena yang akan menanggung akibatnya.
Bagi Sania, ini adalah bisnis yang
pasti untung.
Di sisi lain, Nindi dan Yanisha
berjalan ke sudut ruangan.
Galuh mengerucutkan bibir dengan
kesal, "Serena itu benar-benar menyebalkan."
Nindi juga berpikiran demikian. Tidak
heran, dia adalah adik Sofia. Sikap mereka sama buruknya..
Yanisha merendahkan suaranya.
"Aku cuma takut kalian menderita. Tapi anehnya, aku tidak melihat Sofia
hari ini. Sepertinya dia takut dipermalukan. Lagi pula, berita tentang putra
sulung keluarga Julian yang secara terbuka membantah pertunangan dengan
keluarga Morris itu sudah menyebar luas."
Orang-orang yang datang ke pesta ini
berasal dari lingkungan yang sama, jadi tentu saja mereka ingin melihat
keluarga Morris dipermalukan.
Setelah mengobrol sebentar, tiba-tiba
sekelompok orang datang mendekat.
Serena memimpin kelompok itu dan
mendatangi Nindi dengan sikap mengancam. "Kembalikan gelang zamrud
nenekku! Pasti kamu yang diam-diam mencurinya!"
No comments: