BAB 19
Pertanyaan Jackie membuat Vanessa
terpekur. Lambat-lambat, parasnya yang berdagu lebar memamerkan senyum tipis.
"Hanya masalah keluarga,"
ucap Vanessa akhirnya.
"Mungkin aku bisa
membantumu," Jackie menawarkan jasanya.
"Tidak, Jackie. Ini benar-benar
urusan keluargaku. Tetapi..., jika aku memang perlu bantuan. Aku rasa, aku tahu
mesti menghubungi siapa," ucap Vanessa:
"Kalau begitu, jangan
segan-segan menghubungi aku. Kamu sudah mengetahui nomor ponselku."
"Baiklah kalau begitu."
"Oh ya, Jackie. Maukah kau
datang bersamaku ke acara Darma Rilley?"
Giliran Jackie yang terdiam sejurus.
Ia memang sedang berpikir bagaimana caranya untuk bisa menghadiri perhelatan
tersebut. Bukan untuk apa-apa, melainkan agar dia bisa berbuat iseng terhadap
Gerald.
Tetapi setelah menyaksikan apa yang
baru saja terjadi terhadap Vanessa, yang terlintas dalam kepalanya adalah:
dirinya harus melindungi Vanessa.
"Boleh saja," jawab Jackie
tanpa menunjukkan bahwa dia memiliki hasrat untuk datang ke sana.
"Baik. Begini saja. Bagaimana
kalau kamu memegang undanganku. Aku akan mengirimkannya melalui aplikasi
chat."
"Baik, terserah kamu."
Setelah melanjutkan rencana mereka
untuk makan malam -Jackie menyempatkan memeriksa semua bahan olahan Phoenix
Bistro aman untuk dikonsumsi-Jackie dan Vanessa berpisah.
Dari dalam kendaraan yang ia tumpangi,
Vanessa menyempatkan menoleh ke arah Jackie yang melepas dia. Yeni
memperhatikan majikannya.
"Kau mulai menaruh kepercayaan
pada dokter mantan napi itu, bukan?" celetuk Yeni.
"Rumah Sakit Bunga Asih tak
mampu menanganiku dengan baik. Jika tidak ada dia, memangnya kamu mampu
menyembuhkan aku?" balas Vanessa baik-baik walau bernada menyindir.
"Tetap saja día mantan
kriminal," Yeni mengomentari dengan agak cemberut.
"Ya, aku paham dia adalah
seorang napi. Tapi dia sudah menyelamatkan nyawaku dua kali," balas
Vanessa.
"Kamu adalah seorang Halim, Kak.
Jangan sampai ada orang yang ingin memanfaatkan wibawa keluargamu."
"Mengapa aku tidak pernah
terpikir apa yang kau ungkapkan itu, Yeni? Aku bukan ingin menentangmu. Kamu
sudah seperti kakakku sendiri. Tetapi, aku butuh pendapatmu saja."
Yeni terdiam. Sebagai orang yang
berada di lingkaran dalam Keluarga Halim, Yeni tak mungkin percaya begitu saja
terhadap orang asing yang mendekati para junjungannya. Dia harus berhati-hati.
Di satu sisi, ia juga harus objektif dalam menanggapi sesuatu.
"Dia memang tidak pernah meminta
apa pun darimu. Padahal ia sudah menyelamatkanmu dua kali. Bagiku, dia tampak
baik-baik saja..., sejauh ini," Yeni menjawab pertanyaan atasannya.
"Oke. Aku juga tidak ingin salah
menilai orang. Aku sangat menghargai pendapatmu itu. Terima kasih, Yeni,"
balas Vanessa.
Si putri Halim memandang keluar
jendela BMW-nya. Ada seutas senyum merekah pada wajahnya. Yeni melirik ke arah
Vanessa sembari menghela napas.
Saat itu, Yeni hanya bisa berharap
apa yang dirinya lihat dari Jackie hingga sekarang tidaklah salah. Sebab,
dirinya akan mempertaruhkan reputasinya di hadapan para Halim.
Hari-hari berlalu. Siang itu Bandar
Udara Angkasa Bunga terlihat dipenuhi oleh 'orang-orang keren'. Sampai-sampai,
para calon penumpang maupun mereka yang akan menjemput handai taulannya di sana
bertanya-tanya.
"Siapa semua orang ini?"
"Setelan mereka sangat
perlente."
"Apakah ada pejabat yang akan
datang kemari?"
Pengunjung bandara berkasak-kusuk.
Hingga akhirnya mereka melihat seorang pria jangkung dengan rambut yang mulai
memutih pada bagian sisinya juga berjambang perak keluar dari gerbang
kedatangan.
Orang-orang bersetelan necis tersebut
langsung berkumpul dan menyambut dia. Belum lagi para wartawan langsung
mendekat, mempersiapkan kamera hingga ponsel.
"Selamat datang, Pak
Rilley!"
"Selamat siang, Pak
Rilley!"
Betul. Dia adalah Darma Rilley atau
yang biasa dikenal dengan sebutan 'Tetua Rilley'. Julukan itu muncul karena
keluarganya merupakan kelompok bisnis pertama yang mendirikan grup hotel The
Rilley di Kota Jaya yang kini menyebar di seluruh Makara.
Dimulai dari grup usaha hotel-hotel
kecil saja, sekarang The Rilley telah berkembang dengan mendirikan The Rilley
Hotel, hotel bintang lima kenamaan di seluruh Makara.
Setelah disambut oleh
pengusaha-pengusaha kelas atas Kota Bunga, Darma pun menyempatkan diri meladeni
wartawan.
"Apa maksud kedatangan Anda
kemari dan menggelar acara Bunga Gala, Pak?" salah seorang wartawan mulai
melontarkan pertanyaan.
"Baik. Mengapa saya membuat
acara di Kota Bunga adalah sebagai penghargaan untuk cucu saya yang digembleng
oleh Master Diagano di kota yang indah ini. Saya juga sangat menyukai Kota
Bunga. Toh, saya juga memiliki rumah di sini," papar Rilley.
"Apakah Bapak berniat untuk
mengembangkan investasi Bapak di sini?" tanya salah satu wartawan wanita.
"Wah, sebenarnya saya agak
menghindari pertanyaan ini. Selama ini saya mau diam-diam saja. Tapi karena
akhirnya ditodong juga, jadi saya rasa, saya mau mengakui. Ya, betul. Salah
satu misi yang saya usung di acara nanti adalah untuk mengembangkan investasi
saya di Kota Bunga."
Plok... plok... plok!
Pengakuan Rilley tersebut disambut
oleh tepuk tangan para koleganya. Mereka kelihatan bangga dengan pernyataan
dia.
"Pak, boleh tahu siapa
penanggung jawab dari acara yang bakal Anda gelar?" lagi, seorang wartawan
bertanya.
"Siapa lagi? Orang yang selama
ini telah menjalin kerja sama dengan The Rilley juga keluarga saya, yaitu
keluarga Harianto. Ini, perkenalkan. Ketua panitianya adalah Gerald
Harianto!"
Ya. Gerald adalah satu dari sekian
orang yang menyambut Tetua Rilley, Sejak tadi, ia sudah berdiri di sebelah
Darma didampingi oleh Tina.
Sementara itu di rumah Jackie. Dengan
kalem, dia memandangi ponsel. Dirinya tengah menyimak liputan sebuah stasiun
televisi yang menayangkan penyambutan kedatangan Damar di Kota Bunga.
Bibirnya tersenyum tipis berkesan
sinis juga jenaka. Pada waktu dia berjumpa Vanessa, Maria Hernanda sang pemilik
Phoneix Bistro sempat bergunjing dengan mereka.
Maria memberi tahu, "Apakah
kalian sudah tahu kalau ternyata Gerald Harianto itu menderita disfungsi
ereksi? Aku pikir hanya gosip yang disebarkan orang-orang yang iri pada dia
karena Kak Damar mempercayai dirinya. Ternyata betulan!"
Itulah yang disampaikan Maria pada
Jackie dan Vanessa. Sampai-sampai, kedua tamuanya terkekeh-kekeh karena
penyampaian Maria yang antusias lagi kocak. Tetapi, Jackie sebenarnya telah
mengetahui tentang hal tersebut.
Sewaktu dia berjumpa dengan Samuel Wanarto,
Jackie sempat mememberi titah pada Wanarto dan geng Ular Berbisa untuk mencari
tahu mengenai keluarga Harianto. Kemudian Darko membawa informasi.
"Ternyata 'anunya' Gerald tidak
bisa berdiri, Bos. Sekarang keluarga Harianto sedang mencari seseorang untuk
menyembuhkannya. Karena jika kondisi Gerald menyebar luas, apa yang dia alami
bisa memalukan keluarga besarnya!"
Begitu kata Darko diakhiri tawa geli.
Konon, keluarga Harianto sudah beberapa kali berusaha melakukan terapi terhadap
putra mereka.
Kondisi Gerald sudah sempat membaik.
Tetapi tetap saja. Kejanggalan terhadap organ reproduksinya tak kunjung pulih
benar.
Kabar Darko itu dia sampaikan pada
saat Jackie berjumpa Wanarto dan Malvin kemarin. Terbahak-bahak mendengarnya,
Wanarto pun berucap.
"Hanya Dewa Muda yang mampu
menyembuhkan Gerald. Iya 'kan?"
No comments: