Bab 641
Suara berat seorang pria terdengar di
telinga Nindi.
Cakra berdiri di sampingnya,
menunjukkan sikap melindungi dari awal hingga akhir.
Kata-kata pria ini sangat
berpengaruh.
Setidaknya, Nindi melihat ekspresi
Belinda dan Martha langsung berubah. Terutama Belinda yang hampir tidak bisa
mempertahankan senyumnya.
Senyum Belinda tampak sedikit kaku.
"Cakra, apa yang kamu katakan ini? Bukankah ini hanya kesalahpahaman kecil
antara anak-anak? Apa perlu sampai dibesar-besarkan seperti ini?"
Belinda merasa bahwa hubungan
keluarganya dengan keluarga Julian sangat baik, Cakra tidak akan benar-benar
membantu Nindi menuntut tanggung jawab keluarga Morris, bukan?
Martha juga ikut menengahi. "Ya,
bagaimanapun juga, Belinda dan ibumu adalah sahabat baik, jangan bersikap nggak
sopan."
Cakra berkata dengan nada dingin,
"Setiap masalah berbeda."
Nindi memperhatikan, setelah
mendengar kata-kata Ini, orang-orang di sekitar mulai memandang Belinda dengan
berbeda, beberapa bahkan terlihat ingin menonton drama yang akan terjadi.
Akhirnya, Belinda hanya bisa menatap
Nindi dengan ekspresi lembut dan penuh permohonan. "Nona Nindi, aku tahu
kejadian ini nggak lepas dari kesalahan Serena. Aku pasti akan memberinya
pelajaran saat pulang nanti. Bisakah aku meminta maaf atas namanya?"
Belinda memang memiliki wajah lembut
dan tampak rapuh. Kini, matanya berkaca-kaca dan suaranya terdengar begitu
memohon, siapa pun yang melihatnya pasti akan merasa iba.
Namun, Nindi diracuni sampai mati
oleh wanita licik ini di kehidupan sebelumnya, dan Nindi kebal terhadap
kelicikannya di kehidupan ini.
Dia langsung menjawab, "Nyonya
Belinda nggak perlu minta maaf. Nanti biar hukum yang menentukan."
Ekspresi Belinda menegang sejenak.
Dia tak menyangka Nindi sama sekali tidak menghormatinya. Benar-benar perempuan
yang sombong, berani menantang keluarga Morris hanya karena ada Cakra yang
mendukungnya?
Dengan mata yang memerah, Belinda
berkata dengan suara tersendat, "Nona Nindi, selama kamu nggak
memperpanjang masalah ini, aku akan menyetujui persyaratan apa pun yang kamu
ajukan."
Orang-orang di sekitar mulai tidak
tahan dan memarahi Nindi. "Sudah cukup! Nyonya Belinda sudah meminta maaf
secara langsung dan bahkan bersedia memenuhi syaratmu. Jangan bersikap nggak
tahu malu seperti itu."
Sebelum Nindi sempat berbicara, dia
melihat wajah Cakra berubah dingin.
Pria itu memiliki rahang yang tajam,
dan saat wajahnya tegang seperti ini, auranya benar-benar membuat orang enggan
mendekat.
Pria paruh baya yang tadi berbicara
pun sedikit takut dan berusaha membela diri, "Aku nggak salah bicara,
'kan?"
"Luar biasa salah."
Mario segera datang setelah selesai
makan. Dia mendengar percakapan tadi dan langsung menyahut, "Kakak iparku
datang ke pesta dengan niat baik, tapi Serena, perempuan jahat itu, malah
cemburu dan dengan sengaja menjebaknya, menuduhnya mencuri demi menghancurkan
reputasinya."
"Sekarang, kamu hanya ingin
mengakhirinya dengan permintaan maaf sederhana dan alasan kalau dia masih
anak-anak? Keluarga Morris terlalu nggak tahu diri."
Mario terus-menerus memanggil Nindi
dengan sebutan kakak ipar, yang membuat wajah Nindi terasa panas.
Nada bicara Belinda mulai tidak
sabar, "Mario, ucapanmu ini membuatku sedih. Serena nggak ada di sini.
Sebagai ibunya, tentu aku yang harus meminta maaf dan menyelesaikan masalah
ini. Apa ada yang salah?"
"Kamu seharusnya menelepon
Serena dan menyuruhnya datang untuk berlutut dan meminta maaf sendiri. Dia yang
berbuat salah, tapi malah bersembunyi di belakangmu? Bagaimana ini bisa
dibenarkan?"
Mario terus menyerang tanpa memberi
kesempatan keluarga Morris untuk membela diri.
Martha menyadari situasi semakin
tidak menguntungkan, jadi dia buru-buru menengahi, " Mario, nggak
seharusnya kamu bicara seperti itu pada Belinda."
"Aku ini masih anak-anak,
bicaraku memang seperti ini. Kalian yang sudah dewasa pasti nggak akan
mempermasalahkan itu, 'kan?"
Mario langsung membalas menggunakan
taktik mereka sendiri.
No comments: