Bab 20
Sewaktu Wanarto berkata demikian,
Jackie hanya tersenyum tenang begitu tipis. Akan tetapi, Malvin dan Darko
tämpak bangga pada sang Dewa Bawah Sembilan.
Betul begitu. Tetapi sekarang, mengobati
Gerald sama sekali tidak terlintas dalam pikiran Jackie. Kepalanya masih
mengingat-ingat dua insiden yang menimpa Vanessa.
Ingin rasanya dia mengetahui apa yang
terjadi dengan Vanessa dan apa yang dihadapi oleh keluarga Halim. Sayangnya,
Vanessa sendiri saja enggan memberi tahu dia.
"Kakak, apa perasaan Kakak
mengetahui Gerald telah bersama dengan Tina dan sekarang orang itu seolah telah
mendapat kepercayaan dari Tetua Rilley?"
Sherina yang sejak tadi sedang
mempersiapkan buah-buahan datang mendekat pada kakaknya yang duduk bersantai di
ruang tengah.
"Kenapa memangnya?" tanya
Jackie kalem disusul senyumnya yang menawan.
"Ya..., maksudku... Gerald
adalah penyebab Kakak mendekam di Bawah Sembilan. Tetapi dia sekarang begitu
beruetung," tutur Sherina. Ia menyodorkan piring berisi kombinasi semangka
dan melon pada Jackie.
"Mengapa aku harus memikirkan
seseorang yang sekali aku tampar saja bisa mati?" seloroh Jackie.
Kata-kata sang kakak membuat Sherina
agak terkejut. Dia tahu Jackie hanya berkelakar. Meski begitu, baginya
kata-kata Jackie terlalu terdengar membahayakan.
"Tapi... apakah Kakak sudah
melupakan perbuatan dia? Lagi pula, Kak, keluarga Harianto sekarang memiliki
pengaruh yang besar melebihi keluarga-keluarga kaya lain di Kota Bunga seperti
Keluarga Juwana, Wijaya, juga seseorang bernama Wanarto itu," ucap Sherina
risau.
Ketika sang adik menyebut nama
Wanarto, Jackie melirik pada Sherina. Adiknya tidak tahu. Wanarto si pengusaha
yang terkenal manipulatif dan sering bermain kotor telah tunduk terhadap
Jackie.
"Aku akan membiarkan Gerald.
Tapi kalau dia macam-macam lagi terhadapku, kamu, Ayah, dan Ibu..., maaf.
Bukannya aku tidak melupakan. Aku tidak akan membiarkan orang lain
menginjak-injak kita, Sher," ujar Jackie memastikan.
"Kak, jangan begitu! Aku tahu
Kakak sekarang sudah jauh lebih hebat dari sebelum masuk penjara. Tetapi,
sudahlah, jangan mencari gara-gara dengan siapa pun! Kami tidak ingin menjalani
hari tanpa Kakak lagi!" gelisah Sherina berceloteh.
Karena melihat hati adiknya tidak
tenang, Jackie tersenyum lebih lebar. "Aku ingin kita segera pindah dari
rumah ini. Aku berjanji akan membelikanmu, ayah dan ibu, rumah baru, Oke?"
ceria Jackie berkata berusaha mengalihkan pembicaraan.
Sherina mengangguk-angguk riang, la
tidak tahu kapan Jackie dapat memenuhi janjinya itu. Dia tidak mengetahui
Jackie sekarang memiliki uang yang cukup untuk menghidupi keluarganya.
Uang ada habisnya. Tetapi Jackie
yakin, kemampuannya sebagai dokter brilian berkat dilatih oleh Dewa Agung bisa
membuatnya meraih kejayaan.
Sekarang yang dia perlukan adalah
meningkatkan kemampuan kultivasinya. Dia juga perlu menemukan bahan-bahan
seperti ginseng pemberian Dokter Baron agar energi spiritualnya bisa meningkat
drastis.
Karena dengan meningkatkan kekuatan
spiritualnya, ia bisa menjadi seorang dokter yang lebih hebat lagi dari
sekarang.
"Kak?" sebut Sherina yang
tengah menikmati buah.
"Hmmm...?" balas Jackie
yang juga tengah melahap melon.
"Bagaimana dengan Vanessa
Halim?"
Pertanyaan Sherina membuat Jackie
sontak memandang pada adiknya. Mimik Sherina terlihat jenaka. Lalu, gadis
cantik itu berkata lagi.
"Kakak sudah beberapa kali
bertemu dengan putri Keluarga Halim itu? Maksudku, tidakkah Kakak merasakan
sesuatu?" tanya Sherina lugu. Bibir Jackie melebar tertahan.
"Maksudmu?"
"Siapa tahu saja, Kakak
merasa... cocok dengan Kak Vanessa... akan tetapi, dia datang dari kalangan
atas. Keluarga Halim, begitu! Iya 'kan? Bahkan Keluarga Harianto saja
kemungkinan masih berada di bawah mereka! Sherina terus bercerocos.
"Lalu kenapa?"
"Kakak ini hanya terus bertanya,
singkat-singkat, pula! Maksudku, apakah mungkin Kakak bisa bersanding dengan
Kak Vanessa? Tetapi, kita hanya datang dari keluarga biasa-biasa saja.
Sedangkan Kak Vanessa..."
"Setidaknya aku punya uang,
Sher," Jackie menimpali perkataan sang adik. "Tenang, aku yakin, kita
juga bisa seperti mereka."
Sejujurnya, Sherina menganggap ujaran
Jackie itu hanya cara kakaknya untuk menghibur dirinya. Walau demikian, tetap
saja Sherina berharap apa yang diucapkan kakaknya bisa terwujud menjadi
kenyataan.
Beberapa hari kemudian. Acara yang
digalang oleh Darma Rilley pun digelar. Bunga Gala mengambil tempat di Bunga
Central, sebuah balai riung pertemuan paling mewah di kota tersebut.
Mobil-mobil mewah tampak memasuki
gerbang Bunga Central. Bunga Gala hanya mengundang para pengusaha besar,
pejabat juga selebritas.
Sedemikian eksklusifnya, tidak banyak
orang yang hadir di gedung megah lagi mentereng tersebut. Tetapi kendaraan yang
memenuhi pelataran parkirnya menunjukkan siapa orang-orang yang akan berpesta
di dalam.
"Ambil saja kembaliannya,
Pak."
"Wah, terima kasih, ya,
Kak!"
Tampak Jackie telah tiba di depan
gerbang Bunga Central. Dia datang ke tempat itu menggunakan jasa ojek online.
Kemungkinan hanya Jackielah yang
datang ke tempat itu menggunakan transportasi umum berbasis online. Sedangkan
sekian mobil terus berdatangan, memasuki Bunga Central.
Tetapi Jackie tidak minder. Dengan
langkahnya yang berdegap, ia melangkah memasuki halaman Bunga Central. Setidaknya,
dia sengaja membeli busana perlente -yang bermodel sederhana demi menghadiri
acara tersebut. 1
"Aku tidak tahu seperti apa
reaksi Gerald saat melihatku datang kemari. Pasti lucu. Masa bodoh, ini akan
menjadi kejutan yang 'manis'!" batin Jackie kocak.
Begitu tiba di depan pintu masuk
Bunga Central, dua orang petugas keamanan yang berada di sana langsung berdiri
di hadapannya.
"Maaf, Kak. Apakah Anda akan
menghadiri Bunga Gala?" tanya salah satu petugas yang berambut cepak.
"Ya, benar."
Untuk sejenak, dua orang yang berada
di depan Jackie silih bertatapan. Sejak tadi, mereka sudah meniperhatikan.
Sementara semua tamu datang dengan kendaraan mereka masing-masing dan melakukan
Vallet Parking, Jackie muncul dengan berjalan kaki.
Petugas yang berkepala pelontos
berucap, "Selain itu, pakaian yang Anda kenakan tidak sesuai dengan dress
code dari acara ini."
Terdiam sejurus, Jackie bertanya,
"Memangnya... ada yang salah dari cara berpakaian saya?"
"Kami telah diberi tahu bahwa
tamu Bunga Gala tidak boleh mengenakan sneakers atau denim dan harus
berdasi."
Jackie menggerakkan sebelah alis. Dia
merasa kecele juga. Menurut dia, kemeja tanpa dasi juga blazer dan celana jeans
juga sneakers mahal yang dirinya kenakan sudah cukup keren. Kenyataannya, setelannya
dinilai tidak sesuai dengan cara tersebut.
"Saya punya undangan, kok,"
santai Jackie. Ja-yakin benar, petugas keamanan pasti tidak dapat menolak orang
yang memiliki undangan.
Namun tanpa ia duga-duga sebelumnya,
kedua petugas keamanan itu terkekeh tanpa bersuara seolah meremehkan.
"Kak, jangan mengada-ada. Kami
itu melihat Anda berjalan kaki dari gerbang sana. Kendaraan saja Kakak tidak
punya, apalagi undangan?!"
"Begini, Kak. Kakak boleh saja
punya undangan, ya, kami akan menerima. Tetap saja, Anda sudah melanggar salah
satu peraturan yang mendasar dari Bunga Gala. Datang tanpa tanpa dasi dan
mengenakan sneakers."
"Dengan apa Kakak datang ke
sini, jangan-jangan hanya menumpangi ojek online?"
"Jackie...?!"
No comments: