BAB 17
Lantas kedua netra Jackie mengarah
pada kantong plastik yang tergantung pada genggaman Vanessa.
"Dia datang ke restoran mewah
seperti ini... dengan membawa penganan sendiri?" bingung Jackie dalam
hati.
Bukan apa-apa, wanita cantik itu
sepertinya memang mempersiapkan sebuah camilan. Setelah mengamati apa kira-kira
isi dari plastik yang terikat dalam kantong yang 'kencannya' bawa, Jackie
memutuskan untuk bersuara.
"Itu..."
Belum juga Jackie selesai berbicara,
Vanessa sudah menyambut, "Batagor! Ini adalah Batagor Sari Rasa. Hanya
kaki lima memang. Tetapi pada saat-saat tertentu, kamu bisa mengantre hingga
sejam untuk mendapatkan satu porsinya."
"Benarkah demikian?" balas
Jackie bertanya dengan terkejut.
"Harganya pun hanya lima belas
ribu rupiah!" ceria Vanessa berkata seraya mengangkat bungkus makanan yang
dia bawa.
"Murah sekalil Aku tidak
menyangka dirimu..."
"Ehem, ehem...! Maaf Kak Jackie.
Tidak adakah kata lain bagi Anda untuk menyambut Kak Vanessa?" Yeni
menyerobot. "Dia adalah putri dari keluarga Halim dan sepertinya kau
memandang remeh dia karena membawa makanan kaki lima."
Teguran Yeni membuat Jackie tersadar.
Dia masih terheran-heran karena Vanessa malah membawa seplastik batagor ke
Phoenix Bistro. Sampai-sampai, lupa menyapa tamunya.
"Oh, ya. Maaf, aku hanya-"
"Yeni, tolong..., tidak usah
kamu seperti itu terhadap Dokter Jackie!" giliran Vanessa memotong
perkataan Jackie.
"Aku hanya mengingatkan Kak
Jackie untuk sopan padamu," Yeni ngotot. "Jangan mentang-mentang kamu
tidak membayar dia, lalu dia tidak sopan terhadapamu."
"Yeni, cukup! Dokter Jackie
telah menyelamatkanku dari pagutan ular itu dan tidak meminta bayaran. Justru
akulah yang merasa beruntung dia memperlakukanku seperti itu!" tegur
Vanessa.
Canggung sejenak, Yeni seperti ingin
mengutarakan sesuatu, namun dia terpaksa menahan diri. Jackie hanya terdiam.
Dia paham. Karena majikannya adalah anak orang berpengaruh, Yeni mungkin memang
tidak ingin Vanessa diperlakukan secara kasual.
"Dokter, bagaimana kalau kita
makan bersama di ruang VIP saja supaya tidak ada yang mengganggu?" ujar
Vanessa, lalu dia menoleh pada Yeni. "Yen, aku ingin berbincang berdua
dengan Dokter Jackie. Kau duduk saja di sini."
"Apa? Kak, maafkan aku. Aku
tidak dapat membiarkanmu berdua dengan..., dia," kikuk Yeni menyambut.
Jackie hanya bisa memperhatikan
tingkah Yeni dengan berdiam diri. Lagi-lagi ia mengerti. Ada kemungkinan Yeni
tidak mau membiarkan Vanessa berduaan saja dengan dirinya.
Apa mau dikata. Walaupun Jackie
adalah orang yang telah menyelamatkan Vanessa dari gigitan ular berbisa, yang
Yeni ketahui adalah Jackie merupakan seorang mantan napi.
Status Jackie tersebut tentunya akan
membuat Yeni was-was apabila ia duduk berdua saja dengan Vanessa di ruang VIP
yang pastinya tertutup.
"Yeni, tolong, ini adalah
perintah. Kamu duduk saja di sini, atau aku akan memintamu pulang!" tegas
Vanessa.
Akhirnya Yeni menyerah. Dia
mengangguk-angguk lambat dan bersiap-siap untuk duduk, sementara Vanessa
memanggil pelayan untuk mempersiapkan ruangan yang akan ia tempati bersama
Jackie.
Tidak lama kemudian, Jackie dan
Vanessa duduk di dalam ruangan yang sebetulnya terlalu besar untuk ditempati
mereka berdua. Terdapat beberapa meja lain di situ. Mereka menampati salah
satunya dan mulai berbincang.
"Dokter, maafkan aku apabila
tingkah Yení barusan menyinggungmu. Dia memang begitu. Aku membutuhkannya untuk
menghindari dari orang-orang yang tidak mau aku jumpai," terang Vanessa
yang mulai menyantap batagor yang ia bawa,
"Tak mengapa, Kak," singkat
Jackie. Dia menikmati minuman ringan yang dirinya pesan.
"Begitu-begitu, sudah cukup lama
dia bekerja untuk keluargaku. Yeni sudah seperti kakak bagiku, Dok," kata
Vanessa lagi.
"Aku rasa tindakan Yeni
sangatlah wajar. Lagi pula, siapa diriku yang hanya mantan napi ini. Tapi
justru dapat berjumpa empat mata denganmu seperti sekarang," ramah Jackie
bertutur.
"Dok, kamu itu adalah orang yang
luar biasa! Rumah Sakit Bunga Asih tidak mampu menanganiku dengan cepat. Tetapi
kau mampu memulihkanku menggunakan teknik tusuk jarum saktímu itu!" puji
Vanessa riang dengan setengah bercanda.
"Tidak mudah juga sebetulnya aku
mempelajarinya. Oh, ya. Kak. Jangan panggil aku dengan sebutan dokter. Sapa
saja aku dengan Jackie. Canggung rasanya disebut sebagai dokter, pinta Jackie.
"Kalau begitu, Kak Jackie juga
cukup memanggil aku dengan Vanessa!" sambut Vanessa penuh semangat.
"Jackie saja. Tidak usah pakai
kak," Jackie berkata lagi semi berkelakar.
Rupanya tingkah Jackie tersebut
membuat Vanessa merasa lucu. Dia tersenyum jenaka, lalu menandaskan,
"Baik, Jackie."
Tok, tok, tok!
Terdengar pintu ruangan VIP diketuk.
Vanessa menyambut dengan berucap 'ya', kemudian pintu itu terbuka. Seorang
wanita berusia 40-an muncul diikuti para pelayan yang membawa hidangan pembuka.
"Astaga, Kak Vanessa! Aku tidak
tahu kamu datang kemari. Aku melihat Yeni di luar sana dan segera kemari!"
sambut perempuan tersebut.
"Hai, Tante Maria!" balas
Vanessa. Ia bangkit berdiri. Keduanya bersalaman dan silih menempelkan pipi.
"Kakak, jarang-jarang kamu
datang kemari. Sekarang, biar aku yang akan melayanimu langsung dan semua
makanan di sini gratis!" tutur Maria antusias. "Euh.... omong-omong,
siapa dia, apa día..."
Maria berucap dengan lembut.
Kata-katanya seperti mengandung arti tertentu. Yang ia maksud tentu saja Jackie
yang berparas tampan. Untuk menghargai kedatangan Maria, Jackie turut bangkit.
"Tante, perkenalkan. Ini adalah
Jackie. Dia seorang dokter. Jackie, perkenalkan. Ini Tante Maria Hernanda
pemilik Phoenix Bistro."
"Senang bertemu dengan Anda,
Tante," ujar Jackie merunduk sedikit.
"Halo, Jackie," Maria
membalas, lalu dia berkata pada Vanessa. "Akhirnya, aku melihatmu dengan
seorang pemuda yang... dia kelihatan sederhana tapi ganteng! Pasti Jackie ini
adalah dokter muda yang hebat. Begitu, bukan?" goda Maria.
"Ah, Tante bisa saja!"
balas Vanessa.
Setelah Maria keluar dari ruangan
VIP, Jackie dan Vanessa kembali berbincang-bincang. Sebetulnya Vanessa tinggal
di Kota Jaya. Namun, dia sering berkunjung ke Kota Bunga.
"Om Rilley, kenalan baik papaku,
akan mengadakan sebuah acara di sini. Aku datang untuk mewakili Papa,"
Vanessa memaparkan.
Begitu nama Rilley disebut, Jackie
teringat akan insiden antara dia dengan Gerald dan Tina. Walau Tina berkata
lembut pada pacarnya, Jackie bisa mendengar apa yang disampaikan Tina pada
Gerald di mall kemarin.
"Aku seperti pernah mendengar Om
Rilley ini disebut-sebut. Siapa dia sebenarnya?" tanya Jackie.
"Dia adalah Darma Rilley.
Seorang pengusaha sukses, pemilik sebuah grup hotel terkenal. Dia membangun
usahanya sendiri hingga sukses sampai sekarang ini. Para pejabat di Makara juga
menaruh hormat pada Om Rilley."
Saat itulah terlintas dalam pikiran
Jackie. Dia ingin mencari gara-gara' dengan Gerald di acara yang akan digeter
Darma.
"Kedengaran seperti ide yang
bagus," iseng Jackie berpikir.
Saat itu, Vanessa baru saja ingin
mencicipi choi pan yang disajikan di atas meja mereka. Tiba-tiba saja, mata
Jackie membesar, la pun buru-buru menyentuh tangan Vanessa.
No comments: