Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 9

 

BAB 9

 

"Apa...?!"

 

Baron dan Dendy tidak menyuarakan ketertegunan mereka memang. Meski demikian, dengan cepat kepala mereka mengarah pada Jackie yang tenang-tenang saja. Malahan, ia tak menampakkan sedikit pun reaksi walau Vanessa telah mengungkapkan siapa dirinya.

 

"Vanessa ini..., apakah memang pengaruh Keluarga Halim benar-benar sebesar itu?" pikir Jackie.

 

Ya, entah seberapa kuat Keluarga Halim sebenarnya. Yang jelas saat itu, Baron dan Dendy gentar setengah mati dibuatnya.

 

Bagi keduanya, membiarkan Vanessa mengamuk sama saja dengan keberlangsungan hidup mereka baik di rumah sakit maupun Kota Bunga terancam.

 

"No-nona..., m-mo-mohon maaf, ka-kami tidak tahu Kak Jackie ini adalah orang yang telah menyembuhkan dirimu, kami mohon ampun!" ratap Baron. Pelan-pelan, dia mulai bertelut.

 

Melihat atasannya tak berdaya di hadapan Vanessa, Dendy yang melongo kuyu mengikuti atasannya. Dia juga ikut berlutut, diikuti para anggota keamanan Rumah Sakit Bunga Asih.

 

"Dokter Dendy...," ucap Yeni sembari menatap tajam pada orang yang dia sebut.

 

"Y-ya, Bu...?" jawab Dokter Dendy gugup.

 

"Agak mengejutkan bagiku melihat Anda masih menjadi dokter di sini," lanjut Yeni.

 

"S-sa-saya... m-memang merupakan dokter di sini, Bu," Dendy berkata lemah. Dia menenggak liur.

 

"Dokter Baron!" sekarang Yeni menyebut nama si direktur rumah sakit.

 

"Y-ya, B-bu...?" sahut Baron tidak kalah gelagapan dengan Dendy.

 

"Bisa Anda jelaskan mengapa Dokter Dendy yang pernah dituntut dan kalah di pengadilan atas kasus malpraktik masih Anda pekerjakan di sini? Bunga Asih merupakan rumah sakit bertaraf internasional. Mengapa Anda masih memakai jasa dokter payah seperti dia?!"

 

Kata-kata yang keluar dari bibir Yeni disertai nada tinggi tersebut membuat semua orang yang ada dalam ruang rawat inap Hendra memandang terkejut ke arah Dendy.

 

Mata Jackie menyorot tajam ke arah sang dokter. Siapa sangka, orang yang konon mendapat penghargaan Dokter Jenius tenyata adalah dokter yang pernah melakukan malpraktik.

 

Ada alasannya mengapa Dendy menghasut Baron untuk mendapatkan teknik Tiga Belas Jarum Kehidupan dari Jackie. Dia ingin mengembalikan kreadibilitasnya sebagai Dokter Jenius.

 

"Hmmh...!" Vanessa tersenyum miring disertai dengusan. "Beruntung sekali Anda, Dokter Dendy. Seseorang yang telah dikeluarkan dari Perhimpunan Dokter Makara secara tidak hormat masih bisa dipercaya untuk menjadi dokter di rumah sakit besar seperti ini!"

 

Serta-merta Dendy tertunduk. Malahan, dia sudah meneteskan air mata karena Vanessa dan Yeni membongkar sisi kelamnya di dunia medis. Vanessa kembali buka suara.

 

"Tenang, Dokter Dendy, Dokter Baron, saya tidak akan lagi mengungkit-ungkit kembali hal ini ke depannya. Tapi, ada syaratnya, Vanessa berkata penuh kemenangan.

 

"Ap-apa, syaratnya, Nona...?" tanya Baron memelas.

 

"Kalian harus menyerahkan uang ganti rugi pada Kak Jackie sesuai dengan jumlah yang ia tentukan, Kalau tidak... kalian tahu, aku dapat dengan mudah membuat Dokter Dendy berhenti dari profesi dia. Dan tidak lupa, juga mengganti manajemen rumah sakit ini."

 

Vanessa berkata dengan nada pongah bahkan mengandung ancaman. Baron hanya bisa melongo dengan mulut terbuka. Yang pucat tentu saja Dendy. Dia terus tertunduk dengan gemetaran.

 

Akhirnya, Baron bersuara, "K-kak Jackie, be-berapa jumlah yang mesti kami bayarkan atas semua kasalahan kami ini?" tanya dia.

 

"Dokter William sudah berjanji padaku untuk mengganti semua biaya perawatan yang kami keluarkan untuk ayaiku," ujar Jackie.

 

"Maaf Kak Jackie, Dokter Baron adalah direktur rumah sakit ini dan Dokter Dendy merupakan dokter yang pertama kali merawat ayahmu. Merekalah yang mesti bertanggungjawab, Vanessa mengingatkan.

 

"Ah, begitu. Jika itu yang Anda inginkan, baiklah. Aku akan meminta ganti rugi sebesar 2,5 triliun."

 

Boleh jadi, Jackie mengucapkan angka yang ia minta dengan begitu santai. Akan tetapi, ia membuat mulut Baron terbuka lebih lebar lagi. Dendy mendadak limbung rasanya. Sebab, tentu saja jumlah uang yang diminta oleh Jackie terlalu besar untuk mereka.

 

"K-kak Jackie..., aku, kami... kami sepertinya tidak mampu memberikan ganti rugi sebesar itu!" Baron berusaha menawar dengan gelagapan.

 

Yang diajak berbicara tersenyum tipis tak kentara. la sudah tahu, tak mungkin Baron dan Dendy bahkan pihak rumah sakit Bunga Asih sekalipun merogoh kocek sedemikian besar. Tetapi, Jackie tidak menyebut angka yang ia kehendaki sembarangan.

 

Bayaran sebesar itulah yang pernah dirinya terima-minimal, ada juga yang lebih-dari beberapa pejabat tinggi negara dan pengusaha-pengusaha besar ketika dia menyelamatkan nyawa mereka atau anggota keluarganya di Bawah Sembilan.

 

"Jackie...," Hendra memanggil putranya. "Kemarilah, Nak

 

Dipanggil sang ayah, Jackie mendekat pada Hendra yang berbisik pada anaknya. "Sudahlah, jangan memaksa mereka untuk memberi kamu uang sebesar itu. Khawatirnya, nanti mereka menyimpan dendam padamu."

 

"Kalau memang begitu, aku akan menghadapi mereka, Ayah.

 

"Jangan, sudahlah. Biarkan mereka membayarmu semampunya. Kau sudah menyembuhkanku dan kamu sudah membuktikan pada mereka seperti apa kemampuanmu. Itu sudah cukup bukan?" senyum Hendra.

 

Dinasihati sang ayah, Jackie mengangguk-angguk. Kemudian dia menoleh pada Baron dan Dendy. "Jika memang kalian merasa berat membayarku seperti yang aku kehendaki, berilah kami ganti rugi ssesuai dengan kemampuan kalian."

 

Walau berada di bawah tekanan Vanessa dan Yeni, setidaknya Baron dan Dendy agak lega dengan Keputusan Jackie.

 

"Ba-baik, Kak Jackie. Te-terima kasih atas pengertiannya...!" sahut Baron cepat-cepat.

 

Penuh rasa malu, Baron hanya bisa memberikan duit tiga puluh miliar pada Jackie dan keluarganya. Juga, sebuah ginseng berusia seratus tahun yang ditaksir memiliki nilai dua puluh miliar lebih.

 

Selain itu, pihak Bunga Asih juga menyediakan sebuah van mewah yang biasa digunakan oleh tamu VIP rumah sakit untuk mengantar mereka pulang.

 

"Kak Vanessa, terima kasih untuk bantuan Anda..." kata Jackie. Dengan cepat Vanessa menyambar.

 

"Jangan panggil aku dengan panggilan 'Kak', panggil saja aku Vanessa."

 

"Kalau begitu, kamu juga jangan memanggilku begitu. Panggil saja aku Jackie."

 

"Baik."

 

"Vanessa, sebagai tanda terima kasihku, bolehkah aku mengajakmu untuk makan bersama?"

 

"Boleh, boleh. Kebetulan, perutku juga terasa kosong apalagi setelah mengetahui tingkah dokter-dokter itu tadi!"

 

"Bagaimana kalau kamu yang memilih tempatnya?"

 

"Aku sedang ingin makan yang sederhana saja. Ah, aku tahu. Kita ke Restoran Ayam Goreng Sariwangi. Hmmm.... membayangkannya saja aku sudah menenggak liur!"

 

"Ayo!" tandas Jackie singkat penuh semangat.

 

Yeni memandangi majikannya dengan terheran-heran. Vanessa menerima ajakan makan dari Jackie, bahkan dia ingin dibawa makan di tempat yang sederhana pula.

 

Menurut penilaiannya, Jackie hanyalah orang yang kebetulan memahami ilmu pengobatan tradisional.

 

Di negara mereka, banyak anak dari para pengusaha raksasa yang mengantre ingin makan bersama Vanessa dan mendapat penolakan dengan berbagai alasan. Tapi sekarang, Vanessa mau makan bersama seorang mantan napi.

 

Sang asisten tidak mengetahui, Vanessa telah menganggap Jackie sebagai seseorang yang istimewa.

 

Malam harinya. Jackie tampak sedang beraltih ilmu bela diri.

 

Bab Lengkap

Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 9 Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 9 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 26, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.