Bab 10
Pada saat keluarganya sudah terlelap,
Jackie pergi ke Danau Lembang, sebuah danau yang terletak sekitar 1 kilometer
dari tempat ia tinggal.
Di sana, ia berdiri pada tepi sungai
yang landai. Setelah melatih jurus-jurusnya, kini terlihat, kedua tangannya
merapat dan jemarinya membentuk simbol-simbol tertentu beberapa kali. Dia
memejamkan mata dan mengambil napas dalam-dalam.
"Tidak cukup. Bawah Sembilan
adalah bangunan yang terasingkan. Di sana ada kawasan hutan kecil bahkan sudah
dekat dengan laut. Kota Bunga adalah kawasan metropolitan. Aku tak bisa
menyerap banyak kekuatan spiritual di sini," ujar Jackie dalam hati.
"Terkecuali, ada bahan
obat-obatan yang dapat aku manfaatkan untuk meningkatkan menyerapan energi
spiritualku. Tunggu. Siapa tahu, aku bisa menyerap energi dari ginseng
pemberian dokter-dokter berengsek itu!"
Usai bermeditasi untuk menyerap
kekautan spiritual seadanya, Jackie kembali ke rumah. Ginseng pemberian Baron
terpampang dalam bingkai yang terdapat pada dinding kamarnya.
"Semoga Dokter Baron tidak
membual. Dia bilang ginseng ini berusia seratus tahun lebih. Mari kita coba,
apa benar akar ini seperti yang dibilang orang itu," Jackie membatin.
Jackie kembali bersila di lantai
kamar. Sama seperti yang dia lakukan di danau Lembang, ia memejamkan mata dan
merapatkan tangan. Jemarinya kembali membentuk gerakan-gerakan tertentu. Dia
mulai mengatur napas.
"Aku bisa merasakan ginseng ini
memberiku banyak energi spiritual. Dampaknya baru bisa aku lihat esok hari.
Semoga saja."
Pagi hari, Jackie bangun dengan tubuh
yang benar-benar segar, seperti orang yang kelelahan kemudian memiliki tidur
yang sangat berkualitas.
Dia langsung kembali bermeditasi.
Kemudian, ja bisa merasakan ada hawa panas menggelora dalam tubuhnya. Mulai
dari diafragma menyebar ke kaki hingga mencapai ubun-ubun. Bahkan, kekuatan
dalam dirinya itu seperti meronta bak minta untuk dikeluarkan.
"Dokter-dokter kurang ajar itu
tidak berdusta..., Dewa Agung mengatakan bahwa aku baru saja menginjak
Pengolahan Energi Tingkat Tujuh. Ini... adalah aura spiritual Tingkat Sepuluh!
Sisa selangkah lagi, aku dapat mencapai Pembentukan Dasar!" riang Jackie
tanpa bersuara.
Menjelang siang, Jackie mendatangi
Bunga Exquisite Mall, pusat pertokoan ternama di Kota Bunga. Dia bermaksud
membelikan ayah, ibu, dan adiknya pakaian-pakaian baru dan berbagai keperluan
lain.
Baru keluar dari penjara, bukan
berarti Jackie tidak memiliki banyak uang. Orang-orang yang telah ia tolong
memberi dia upah yang besarnya seperti ia sebutkan kemarin.
Itulah juga kenapa Jackie menolak
tawaran Vanessa untuk membayarnya. Selain karena idealisme, bisa dikatakan dia
sudah memiliki banyak uang.
Ceria karena berhasil meningkatkan
ilmu kultivasinya dan bisa makan siang bersama dengan seorang Vanessa Halim,
tiba-tiba mimik Jackie sontak berubah tatkala melihat ada seorang wanita keluar
dari salah satu toko busana bernerek kenamaan di sana.
"Jackie...?!" ucap wanita
itu spontan.
Menghentikan langkah, Jackie menatap
tanpa ekspresi berarti pada perempuan yang menyapanya.
"Hai, Tina," balas dia
datar. Si wanita tertegun. Ekspresinya sedikit menyeringai. Tampak benar bahwa
dia memandang Jackie dengan perasaan jijik.
Dia adalah Tina Farrel, mantan
kekasih Jackie. Mereka telah berpisah sejak tiga tahun lalu. Tidak, hubungan
mereka berakhir bukan karena Jackie mendekam di Bawah Sembilan.
Ada alasan kuat mengapa Jackie mau
melepas Tina begitu sang kekasih menyatakan bahwa hubungan mereka berakhir.
Sebab, Tina adalah seorang wanita materialistis.
Sudah banyak uang yang Jackie
keluarkan bagi perempuan tersebut semasa mereka masih menjalin hubungan asmara.
Sehingga kini, tidak ada rasa apa-apa dalam diri Jackie pada saat melihat
kemunculan Tina.
"Bukankah seharusnya kau
mendekam di dalam penjara?!" ujar Tina masih dengan gaya enggan sekaligus
curiga. Karena sekonyong-konyong. Jackie ada di hadapannya.
"Aku berkelakuan baik selama di
Bawah Sembilan. Jadi, aku mendapat abolisi," jawab Jackie tak bersemangat.
"Tunggu, tunggu..., kau bukan
lari dari penjara, bukan? Hahaha!" Tina meremehkan mantan kekasihnya.
"Jika aku benar melakukannya,
aku tidak akan berkeliaran di pusat perbelanjaan seperti ini, Tina. Mungkin
sudah ada tim SWAT dan helikopter datang kemari untuk menangkapku," santai
Jackie membalas.
"Atau mungkin mereka belum
muncul, bukan?" Tina kembali berujar dengan seringainya yang tidak
menyenangkan.
"Sayang..."
Seorang pemuda tegap dan bersetelan
super trendi muncul dari dalam butik kenamaan tersebut lalu menyapa Tina. Saat
itulah Jackie agak terkejut.
"Gerard Harianto...."
Jackie berkata dalam benaknya.
"Wah! Lihat siapa ini?! Seorang
napi dari Penjara Bawah Sembilan ada di... mall paling mewah di Kota Bunga. Apa
aku tidak salah lihat?" Gerald berkata bak terkejut sambil bermaksud
merendahkan Jackie.
"Jackie, kamu tahu siapa...
'PACAR'-ku ini, bukan?" senyum Tina disertai gaya genit. Dia-meraih tangan
Gerald dan menggandengnya seolah merasa bangga.
Keluarga Harianto dikenal sebagai
salah satu keluarga kaya raya di kota Bunga. Gerald adalah orang yang melecehkan
Sherina tiga tahun Jalu.
Bagaimana Jackie tidak menghajar
Gerald? Waktu itu, pria tersebut berusaha merangkul malahan mencium adiknya
secara paksa. Karena hal itu Jackie naik pitam dan bertindak.
Jika security café tempat terjadinya
insiden tersebut tidak memisahkan dan menenangkan Jackie, Gerald mungkin sudah
dibuat babak belur oleh lawannya. Kemudian, Gerald juga dirundung oleh
teman-temannya karena kalah dari Jackie.
Tapi, Gerald memanfaatkan kekayaan
dan pengaruh keluarga Harianto. Ia berhasil mengatur semuanya, hingga dapat
mencebloskan Jackie ke Penjara Bawah Sembilan yang terkenal menjadi hunian bagi
penjahat-penjahat kelas kakap.
"Tentu saja aku mengingat
pengecut yang satu ini," jawab Jackie menggunakan gaya kalemnya yang khas.
"Apa kamu bilang...?!"
Gerald tidak terima dirinya disebut pengecut. Ia mulai meradang.
"Aku bilang: kamu adalah anak
mami yang hanya bisa memanfaatkan pengaruh keluargamu untuk menjerat aku,
tenang Jackie bertutur. "Tina, apa yang membuatmu mau berkencan dengan laki-laki
mesum macam dia?"
Dikatai sedemikian rupa, Gerald tak
mampu lagi meredam emosinya, la melepaskan gandengan Tina dan melangkah maju ke
hadapan rivalnya.
"Kamu masih berani padaku? Ayo,
kita bertarung di sini. Kamu pikir aku takut untuk menghadapi manusia sampah
seperti kamu lagi?" tantang Gerald.
"Kamu yakin ingin menghadapi
aku... lagi? Pacarmu harus tahu bagaimana tiga tahun yang lalu, kamu berusaha
lari sebelum aku membuatmu merebah di tanah? Untung aku masih menghargai
petugas keamanan itu. Jika tidak, entah seperti apa bentuk wajahmu
sekarang."
Apa yang diungkapkan Jackie membuat
Tina tertegun. Terlihat Gerald sudah mulai merasa kehilangan muka. Namun, tentu
saja dia gengsi karena di situ ada pacarnya.
"Aku sudah berbeda dari Gerald
yang tiga tahun lalu, Bung! Kalau berani, maju sekarang, ayo! Jangan cuma
banyak cakap!" masih saja Gerald ingin menantang Jackie.
"Baiklah, kalau itu yang kamu
minta. Tapi aku ingatkan: sekarang tidak ada gunanya bagimu untuk berkonspirasi
memasukkan aku ke Bawah Sembilan lagi. Sebab, semua orang-orang disana segan
padaku."
No comments: