Bab 631
Nindi berdiri di bawah panggung
sambil menatap Yanisha yang memegang mikrofon dengan tenang. Hati Nindi pun
terasa lega seketika.
Bagaimanapun, Yanisha semalam terus
menangisi kejadian yang akan terjadi hari ini.
Namun, hari ini dia tetap bangkit dan
menghadapi semuanya dengan tegar.
Saat melihat Nindi di antara
kerumunan, ketegangan dalam diri Yanisha pun sedikit mereda.
Seumur hidupnya, Yanisha belum pernah
benar-benar melawan keluarganya. Selama ini, día selalu menuruti kata-kata Bibi
Keduanya. Awalnya, dia mengira mengganti calon tunangan adalah hal yang
sederhana. Namun, siapa sangka dia malah dimarahi habis-habisan.
Barulah Yanisha tersadar, ternyata
Bibi kedua tidak sebaik yang dia kira.
Sedikit saja dia tidak menuruti
kemauan sang bibi, maka ekspresi wanita itu pasti langsung berubah.
Dalam hal ini, dia tak ingin lagi
menjadi sosok yang akan menurut begitu saja.
Suasana yang tadinya hangat dan
ramai, kini mendadak terasa dingin.
Bagaimanapun, semua orang yang hadir
di tempat itu sudah tahu bahwa Darren adalah menantu keluarga Ciptadi. Bahkan,
Martha sendiri yang membawanya dan memperkenalkannya kepada semua orang.
Lantas, mengapa Yanisha justru
mengatakan bahwa hubungan mereka hanya sebatas teman biasa?
Senyuman di wajah Martha sedikit
menegang. Dia menatap Yanisha dan melirihkan suaranya, "Kenapa kamu
semarah ini?"
Namun, Yanisha berpura-pura tak
mendengar. Dengan santai, dia mengangkat mikrofon dan berkata dengan lantang,
"Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku! Silakan menikmati
makanan dan minumannya."
Begitu selesai berbicara, dia
langsung turun dari panggung. Martha kemudian buru-buru mengejarnya dari
belakang, "Berhenti kamu!"
Yanisha pun terpaksa berhenti.
Yanisha berbalik dan menatapnya
dengan tajam, Jadi, sekarang kamu merasa sudah punya kekuatan sendiri, ya?
Memang apa kurangnya Darren? Bukankah hubungan kalian selama ini baik-baik
saja?"
"Tapi kan aku sudah bilang,
sekarang aku nggak suka dia lagi. Bibi saja yang nggak máu terima."
Martha langsung naik pitam, "Apa
ini gara-gara Nindi? Dia bilang sesuatu padamu, ya? Kenapa kamu percaya día,
tapi nggak mau percaya pada Darren, pacarınu sendiri?"
"Bibi, aku bisa lihat pakai mata
kepalaku sendiri. Kalau aku tunangan dengannya, semua sahamku harus dialihkan
padanya buat mengurus perusahaan. Aku nggak mau."
Yanisha tahu bahwa yang sebenarnya
menginginkan saham adalah Bibi Kedua, sedangkan Darren hanyalah bidak catur
dalam rencana itu.
Yanisha menjadi begitu sibuk
belakangan ini. Sebab, dia sudah menyelidiki dan mengetahui kemungkinan
kesepakatan yang terjadi antara Bibi Kedua dan Darren.
Martha masih ingin mengatakan
sesuatu, tetapi Yanisha langsung mendorong orang-orang di sekitarnya dan
berjalan pergi.
Saat ini, tidak ada seorang pun yang
berani menghentikannya.
Nindi melihat Yanisha berjalan
mendekat dengan gaun indahnya, yang dikelilingi sorotan dan perhatian semua
orang. "Selamat, ya!" ujar Nindi.
"Terima kasih".
Namun, Darren seketika
menghampirinya, " Yanisha, apa ada kesalahpahaman di antara kita?"
Darren telah menunggu momen ini sejak
lama.
Tidak peduli bagaimana orang lain
mengejeknya seakan menjadi menantu yang mengandalkan keluarga sang wanita, dia
tetap bertahan.
Akan tetapi, siapa sangka, pada
akhirnya, Yanisha justru memberinya tamparan telak!
Sania tampak sedikit cemas, lalu
buru-buru berkata, "Apa kakak melakukan sesuatu yang buat kamu
marah?"
"Sepertinya kamu lumayan sadar
diri, ya? Itu karena aku membencimu."
Dia sama sekali tidak berniat menjaga
perasaan Sania.
Wajah Sania langsung memerah, matanya
pun berkaca-kaca. Witan yang ada di sampingnya segera berkata, "Apa
hubungannya ini dengan Sania?"
Yanisha menjawab tanpa basa-basi,
"Karena aku nggak suka dengan suasana di keluarga Lesmana -mu!"
Satu keluarga penuh orang pilih
kasih.
Pada saat itu, Martha melangkah
mendekat, "
Yanisha, kamu harus kembali ke kamar
dan ganti pakaian."
Sekarang bukan saat yang tepat untuk
membuat keributan. Jika terus begini, yang akan dipermalukan adalah keluarga
Ciptadi.
Nindi maju dan menggandeng lengan
Yanisha, " Ayo, aku akan menemanimu."
Martha melirik Nindi sejenak, tetapi
tidak berkata apa-apa.
No comments: