Bab 637
Nindi mendengar suara yang begitu
familiar. Dia pun berbalik dan melihat seorang pria yang mendekat ke arahnya di
halaman.
Di bawah sorotan lampu, fitur
wajahnya yang tampan semakin terlihat tegas dan memikat.
Kemunculan Cakra sontak menarik
perhatian banyak orang. Bagaimanapun, dia adalah sosok bujangan yang menjadi
sorotan di kalangan elite ibu kota.
Kini, beredar rumor bahwa dia tidak
memiliki ikatan pertunangan dengan putri keluarga Morris, keluarga -keluarga
lain yang memiliki anak perempuan pun mulai bergerak.
Tanpa ragu, Cakra melangkah langsung
ke sisi Nindi, lalu menatapnya dengan dalam, "Maaf, aku datang
terlambat."
Saat melihat pria itu muncul, Nindi
justru tidak tahu harus berkata apa.
Di sekeliling mereka, orang-orang
mulai berbisik, " Astaga jadi gadis yang disebut sebagai pacar Pak Cakra
ternyata putri keluarga Lesmana?"
"Iya, benar! Aku pernah dengar
kalau pacar Pak Cakra adalah seorang penyiar permainan. Nggak kusangka ternyata
dia!"
"Kupikir itu cuma rumor saja,
ternyata memang benar."
Nindi hanya mengatupkan bibirnya
rapat-rapat, tanpa mengatakan apa pun saat mendengar perkataan itu.
Cakra berdiri di sisinya, lalu
mendongak dan menatap langsung ke arah Martha, "Pacarku datang ke sini
pakai undangan resmi buat menghadiri pesta ulang tahun temannya. Bukankah ada
kesalahpahaman kalau sampai Bu Martha mengusirnya begitu saja?"
Martha tak menyangka bahwa Cakra juga
hadir di acara ini. Bukankah kabarnya Andrea sedang sakit parah dan harus
dibawa ke rumah sakit?
Dia kemudian memaksakan sebuah
senyuman, "Pak Cakra, apa maksudmu bilang begitu?"
"Bu Martha, kalau memang ada
kesalahpahaman, aku bisa menjelaskannya secara langsung."
Nada suara Cakra terdengar dingin,
penuh ketegasan seolah siap membela Nindi tanpa ragu.
Martha semakin terkejut dibuatnya.
Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Cakra akan mengakui secara terbuka bahwa
Nindi adalah kekasihnya. Tak disangka, perempuan ini benar-benar memiliki
pengaruh sebesar itu.
Martha akhirnya berkata dengan
enggan, "Ini bukan masalah besar. Tentu saja aku akan menyambut setiap
tamu undangan dengan baik."
"Tapi aku dengar sendiri kalau
Bu Martha bilang mau mengusirnya. Pasti ada alasan di balik itu, 'kan?
Cakra tidak berniat berkompromi.
Tatapan matanya begitu tajam.
Di sisi lain, Audy buru-buru angkat
bicara, "Pak Cakra, jangan terlalu menekan Bu Martha.
Bukankah ini gara-gara putri keluarga
Lesmana yang memang nggak tahu malu? Padahal sudah membuat keributan besar
dalam acara malam ini, tapi masih saja berani tetap tinggal di sini. Aku saja
ikut merasa malu gara-gara dia."
Amarah telah menguasai hati Audy.
Semua ini terjadi karena anak angkat
keluarga Lesmana yang tidak tahu diri. Dia begitu terobsesi mengejar putranya,
hingga menciptakan skandal sebesar ini.
Audy kini sangat membenci keluarga
Lesmana. Jadi, dia otomatis membenci Nindi juga. Baginya, mereka yang bermarga
Lesmana pasti sama saja. Tak mungkin ada gadis baik-baik yang dibesarkan oleh
mereka, bukan?
Lalu, sekarang, Nindi bahkan berani
mendekati sosok Cakra.
Seperti dugaan, para putri dari
keluarga Lesmana memang tidak berpendidikan. Selalu saja menggoda pria kaya dan
bermimpi menjadi sosok yang bermartabat.
Setelah mendengar perkataan Audy,
Martha hanya bisa menghela napas dan berkata dengan nada pasrah, "Aku juga
nggak punya pilihan. Aku сита ingin memastikan acara ini tetap berjalan
lancar."
Cakra menatapnya dengan ekspresi
dingin, lalu berkata tegas, "Pacarku sudah nggak ada hubungan apa pun
dengan keluarga Lesmana. Kalau keluarga Lesmana melakukan hal yang memalukan,
itu nggak ada hubungannya dengan dia."
Dalam perjalanan ke pesta, Cakra
sudah mendengar semua yang terjadi di sana.
Meskipun dia menduga bahwa insiden
siaran langsung di ruang istirahat mungkin ada hubungannya dengan Nindi, itu
tetaplah urusan keluarga Lesmana sendiri. Apa kaitannya dengan Nindi?
Melihat bagaimana Cakra begitu
membela Nindi, membuat Martha tidak berani berkata sepatah kata pun.
Namun, Audy Masih belum mau menyerah,
"Pak Cakra, apa kamu yakin nggak lagi ditipu oleh Nindi? Barusan, putri
keluarga Lesmana bahkan sengaja melemparkan dirinya ke pelukan putraku. Dia
sedang berusaha menggoda dan menaikkan derajatnya. Apa kamu nggak curiga dengan
gadis yang latar belakang keluarganya begitu?"
Cakra menoleh ke arahnya dengan
ekspresi dingin, " Kalau begitu, biar aku tanya satu hal. Celana Yanuar
itu... bukankah dia sendiri yang membukanya?"
Wajah Audy seketika merah padam tak
tertahankan.
Beberapa tamu di sekitar bahkan tak
kuasa menahan tawa.
Nindi melirik sekilas ke arah Cakra
di sebelahnya. Mengapa ucapan pria itu begitu sarkas malam ini?
Wajah Audy semakin memerah karena
amarah, "
Tetap saja, putri keluarga Lesmana
yang terlebih dahulu menempel pada putraku! Keluarga mereka benar-benar licik.
Kakaknya mau menikah buat bergantung ke keluarga lain, satu adik perempuannya
menggoda putraku, sementara adik lainnya berusaha mendekatimu. Kalau mereka
berhasil, keluarga Lesmana akan langsung naik derajat begitu saja, 'kan?"
No comments: