Bab 18
Vanessa cukup terkejut dengan gerakan
yang dibuat oleh Jackie. Sumpit yang ia pegang nyaris lepas dari tangannya.
Jackie menatap choi pan itu
lekat-lekat dengan warna mata yang serius. Vanessa memperhatikan dengan sangat
serius apa yang dilakukan Jackie.
Teknik Deteksi Mata Ketiga Sang Dewa:
Pemindai Racun. Terselubung. Teknik itu merupakan sebuah teknik yang dipelajari
Jackie dari Dewa Agung. Teknik tersebut memungkinkan Jackie untuk mendeteksi
apakah ada ancaman tertentu di balik sesuatu yang ada di hadapannya.
Di Bawah Sembilan, Jackie sudah
terbiasa mengerahkan teknik tersebut. Maklum, ia harus memastikan bahwa tidak
ada musuh yang ingin menyingkirkan dia tanpa dirinya ketahui.
Demi keselamatan Vanessa, Jackie juga
mengerahkan teknik tersebut. Sebetulnya, dia hanya iseng belaka. Dia sekadar
ingin memastikan apakah makanan di Phoneix Bistro higienis untuk dikonsumsi
atau tidak.
Tanpa dirinya sangka-sangka,
hidungnya menangkap ada aroma asing dari makanan yang nyaris dilahap Vanessa.
"Jackie, ada apa?" tanya
Vanessa bingung. Dia menatap Jackie lugu.
"Choi pan itu mengandung
racun," ucap Jackie pasti.
Sontak, Vanessa bergidik. Beberapa
hari yang lalu dirinya baru saja selamat dari gigitan Ular Weling. Sekarang,
Jackie mengatakan ada racun dalam makanan mereka.
"Ap-apa? Bagaimana bisa kamu
tahu choi pan ini beracun?" Vanessa kembali bertanya dengan mimik
terheran-heran.
"Penciumanku sensitif. Makanan
ini masih hangat sehingga aromanya masih merebak. Ada bau janggal yang aku
tangkap. Kamu percaya padaku, bukan?"
Agak lucu. Di saat-saat seperti itu, Jackie
yang menyentuh punggung tangan Vanessa sempat-sempatnya menaruh kekaguman
terhadap Vanessa. Sebab, kulit gadis itu sangat lembut.
Karena tengah memandangi dirinya,
Jackie juga bisa melihat betapa cantiknya Vanessa. Bisa dibilang, sang putri
Halim adalah perempuan paling cantik yang pernah dirinya temui.
Sebaliknya, Vanessa bisa merasakan
bagaimana reaksi Jackie menyentuh dirinya. Sebab, terlihat jelas ekspresi
Jackie menaruh kepedulian lebih terhadap dirinya.
"Aku percaya padamu, Jackie.
Tunggu. Aku harus memanggil Yeni."
Tidak herapa lama kemudian, kehebohan
merebak di Phoenix Bistro. Sebagai asisten dari putri orang yang berpengaruh,
ketegasan Yeni membuat Maria menutup restorannya sementara. Tidak boleh ada
orang yang keluar bahkan masuk ke sana.
Para tamu terheran-heran. Sebagai
pemilk, tentu saja Maria berang dengan apa yang terjadi di rumah makannya.
Apalagi mengetahui hidangan yang mereka suguhkan bagi putri keluarga terhormat
mengandung racun.
"Kumpulkan seluruh staf,
karyawan, hingga tukang parkir! Ada-ada saja, tidak tahukah kalian bahwa kalian
bisa kehilangan pekerjaan karena hal ini?!" omel Maria galak dengan nada
tinggi.
Dengan tergopoh-gopoh karena
diingatkan Maria, semua bawahannya datang untuk masuk ke ruang VIP yang
ditempati Jackie dan Vanessa.
Karena panik dan terburu-buru, mereka
tak meriyadari ada seseorang yang berusaha menyelinap kabur. Orang itu sudah
hampir berhasil untuk melarikan diri. Akan tetapi, ada orang lain menyapa dia.
"Mau ke mana kamu,
pencoleng?"
Terkejut, pria itu spontan menoleh ke
belakang. Jackie memandangi orang yang sepertinya berusaha melarikan diri
tersebut dengan tatapan tajam. Ia menghampirinya ke lorong tempat pria itu
ingin kabur.
Karena dirinya sudah kepalang basah,
tanpa ragu-ragu pria itu menyerang Jackie.
"Heaaa!"
Bak sudah tahu bahwa laki-laki yang
ia pergoki akan menyerang, Jackie langsung menghadapi orang yang mencabut pisau
dari balik pakaiannya tersebut.
Pria itu berusaha menikam pisaunya
berkali-kali. Sayangnya, dia berhadapan dengan seseorang yang belakangan
terkenal dengan sebutan Dewa Bawah Sembilan.
Begitu mudah Jackie menangkal dan
menepis serangan lawan, hingga ia mendapati sesuatu. Terdapat logo angka lima
terukir pada dasar mata pisau yang musuh gunakan, dekat gagang senjata tajam
tersebut.
"Sekte Lima Racun?" kaget
Jackie pada saat mengetahui angka lima yang terukir di situ membentuk ular.
"Jackie...?!"
Vanessa, Yeni, Maria ditemani oleh
dua anggota keamanan dan tukang parkir tiba di lorong tempat Jackie bergumul.
"Jangan mendekat!" sergah
Jackie.
Seketika itu Vanessa dan yang lain
mundur selangkah. Petugas keamanan langsung melindungi mereka, sedangkan Jackie
lanjut bertarung.
"D-dia... adalah karyawan baru
di sini...!" Maria berusara penuh keterkejutan.
Sementara itu, Jackie yang mengetahui
musuh bukanlah dari kalangan biasa mengambil tindakan. Ia balas menyerang
dengan cepat.
Depal
Bugh!
Dhuak!
Bluk!
Klotak!
Kombinasi serangan Jackie membuat
musuh tersungkur. Pisaunya terlepas. Jackie segera menendang pisau tersebut
menjauh dari pemiliknya. Ia memperkirakan, jangan-jangan senjata tajam itu
mengandung racun.
"Siapa yang menyuruhmu untuk
menyamar di sini?" tanya Jackie dengan gaya kalem dia yang khas. Tetapi,
sorot matanya mengawasi lawan begitu tajam.
"Bukan urusanmu!" balas si
karyawan gadungan sembari bangkit berdiri.
"Biar aku ingatkan: Sekte Lima
Racun tak akan mampu menyentuh kami. Jadi lebih baik kau berbicara sebelum aku
mengirimmu ke tempat di mana kau tidak akan hidup dengan tenang," ancam
Jackie.
Mendengar bagaimana Jackie mengetahui
dirinya berasal dari Sekte Lima Racun, pria itu tertegun. Walau demikian, dia
menyeringai lalu mengancam balik.
"Jika kalian masih menggali-gali
juga, kalian akan mati, kau tahu itu?!"
Perkataan yang keluar dari mulut
lawan membuat Jackie keheranan. Apa yang dia maksud dengan 'menggali-gali'?
Meski begitu Jackie menanggapi.
"Coba saja, bisa-bisa kalianlah
yang akan aku enyahkan," Jackie membalas tenang.
Melangkah mendekati lawan, Jackie
melihat rahang musuhnya bergerak. Dia langsung tahu, kemungkinan besar orang
yang berusaha membunuh Vanessa tersebut mempersiapkan racun dalam mulutnya,
"Sialan!" umpat Jackie
geram.
Dalam hitungan detik, laki-laki
berpakaian layaknya karyawan dapur Phoenix Bistro itu menjadi kaku. Selanjutnya,
dia roboh ke lantai dan mengalami kejang. Buih putih memenuhi bibirnya.
Tubuhnya melonjak-lonjak beberapa kali hingga tak bergerak lagi.
"Dasar bodoh!" gumam
Jackie. Dia membalikkan tubuh dan melihat Vanessa, Yeni, dan Maria terdiam
memandangi dia.
Petugas kepolisian datang. Urusannya
menjadi mudah karena Charles, suami Maria, adalah pengusaha yang disegani di
Kota Bunga. Terutama, mereka mengetahui ada anggota keluarga Halim di situ.
Para tamu Phoenix Bistro yang belum
mengetahui ada kejadian apa. Demi reputasi resotorannya, Maria hanya mengatakan
ada maling yang berusaha membobol tempat penyimpanan uang mereka.
Menjauh dengan maksud berpura-pura
bahwa dirinya tak terlibat, Jackie memandang ke arah Vanessa dan Yeni yang
sedang berbincang serius.
"Menggali-gali, apa maksud orang
itu. Sasarannya adalah Vanessa. Si putri Halim pasti mengetahui sesuatu,"
batin Jackie.
Selesai berbincang dengan Yeni,
Vanessa mendekat pada Jackie. Senyum lesu terlukis di wajahnya.
"Terima kasih sudah menyelamatkan
nyawaku dua kali, Jackie," ucap Vanessa.
"Aku tidak menghitungnya. Kamu
pasti mendengar apa yang diucapkan orang itu padaku di lorong belakang tadi,
bukan?" Jackie mengingatkan Vanessa,
"Maksudmu...?"
"Dia bilang: 'jika kalian masih
menggali-gali', apakah itu ada artinya untukmu? Dia jelas-jelas mengincarmu,
Vanessa. Kamu baru saja digigit ular yang muncul dalam mobilmu. Sekarang, kamu
nyaris saja diracun. Ada apa sebenarnya?"
No comments: