BAB 6
Mendengar perkataan William Rilley,
Anita dan Sherina tampak terkejut. Ya, mereka kaget karena harga yang
disebutkan oleh William barusan.
Akan tetapi, dia menyampaikan bahwa
obat yang ia temukan bersama para cendikiawan itu dapat menyembuhkan Hendra.
"Tentu saja saya tidak
sendirian. Dokter Dendy juga tetap turun tangan untuk menangani Pak Hendra.
Jadi, Anda sekalian tidak perlu risau karena Pak Hendra berada di tangan para
ahli," ujar William lagi seraya tersenyum bijak.
Anita dan Sherina bertatap-tatapan.
Ada perasaan lega karena penyakit Hendra ternyata masih dapat disembuhkan.
Meski, mereka mesti merogoh kocek lebih dalam.
Akan tetapi, Jackie bergeming. Ia
menatap William dengan tajam. Dirinya tidak mempercayai semua kata-kata si
lokter.
"Mereka itu hanya ingin mengeruk
keuntungan dari kami. Melihat dan menyentuh ayah barusan, aku sudah dapat
memastikan. Beliau bukan menderita alergi yang aneh. Melainkan, sindrom anti
imun. Aku bisa menyembuhkan dia! Jackie membatin.
Dia sudah berniat untuk menyatakan
menolak metode pengobatan yang akan dilakukan oleh William dan Dendy. Akan
tetapi, Anita sudah lebih dahulu berucap.
"Ba-baiklah, kami mengizinkan
suami saya menjalani metode pengobatan tersebut. Tetapi, apakah... kami boleh
melakukan pembayaran mundur untuk terapi itu?"
"Oh, tentu saja. Kalau soal itu
bisa diatur. Anda bisa-"
"Jangan, Bu! Kita tidak perlu
mengikuti apa yang dikatakan oleh dokter ini!" tegas Jackie berbicara lantang.
Terang saja semua orang dalam ruangan
tersebut tercengang dengan apa yang diucapkan oleh Jackie. Sherina lansung
berkata pada kakaknya.
"Kak, ibu tahu seseorang yang
bisa memberikan pinjaman ringan pada kita. Tapi karena dia terlalu baik, kami
agak segan meminta bantuan dia!" jelas Sherina. Tetapi, Jackie sudah
menimpali.
"Kita tidak perlu meminjam uang
apalagi mempercayai omongan dokter ini!" geram Jackie berkata-kata.
"Kami hanya mencoba membantu,
Kak. Karena kami..." William hendak buka suara, namun Jackie menyerobot.
"Sudah cukup, Dokter. Tak perlu
lagi Anda menjelaskan macam-macam. Karena aku sendirilah yang akan
menyeinbuhkan ayahku!"
Kali itu Jackie benar-benar semua
orang kontan terperangah. Jelas saja, ujaran Jackie tersebut membuat Anita dan
Sherina resah.
"Jackie, ibu tahu kamu ingin
ayah untuk sembuh, tetapi... bukan begini caranya!" Anita mengingatkan
putranya.
"Ibu, percayalah padaku. Aku
bisa mengobati ayah!" Jackie tetap ngotot,
"Kak Jackie, tenanglah, Kak. Aku
pikir ayah sudah ada di tangan orang yang tepat," Sherina turut
menenangkan sang kakak.
""Orang yang tepat'? Mereka
ini hanya ingin menguras uang kita, Sher!" lawan Jackie.
"Jackie, sudahlah. Kondisi
ayahmu sedang kritis, kita tidak dapat bertindak sembarangan," ujar Anita
lagi.
"Ibu, aku akan membuktikan pada
ibu, Sherina, dan ayah...." Jackie bertutur kemudian memandang ke arah
William. "juga dihadapan dokter ini bahwa aku dapat menyembuhkan
ayah!"
"Maaf, Kak. Kakak bukanlah
seorang dokter, jangan main-main. Oh ya, bukankah Kakak adalah seorang napi...
maaf, tepatnya mantan napi. Yang jelas, begini: saya tidak bisa menempatkan
pasien saya dalam risiko. Karena Anda bukanlah seorang dokter," papar
William segera.
"Dokter, menurut Anda, apakah
seseorang yang tidak memiliki latar belakang medis mampu menyembuhkan penyakit
seseorang?" balas Jackie.
"Saya tidak menampik, ya, ada
orang yang seperti itu. Tapi apakah Anda memiliki bukti bahwa Anda mampu
menyembuhkan penyakit serius seseorang, yang saya maksudkan adalah: apakah Anda
berpengalaman dalam melakukannya?"
"Silakan Anda menghubungi Pak
Juan Hardian, Kepala Lapas Bawah Sembilan. Saya punya nomor teleponnya.
Tanyakan pada beliau, apa yang pernah saya lakukan di dalam sana."
Kata-kata Jackie itu disambut senyum
oleh William. "Kak, saya mengerti mungkin Kakak panik karena melihat
kondisi ayah kakak. Tapi tolong, jangan mengarang cerita yang aneh-aneh,"
dia meremehkan Jackie.
"Anda menuding saya hanya
membual?" Jackie mendebat dengan melebarkan mata. "Bukankah Anda dan
rekan Anda, Dokter Dendy itu, yang berdusta? Kalian telah membuat keluargaku
terlilit utang ratusan juta tapi ayah saya tidak kunjung sembuh. Bukankah itu
penipuan?!"
"Kak...!" Sherina menyergah
Jackie karena menurutnya, perdebatan Jackie dengan William sudah keterlaluan
dan kakaknya mulai melampaui batas.
"Jackie, sudahlah. Mari kita
turuti saja apa yang Dokter William usulkan," Anita berusaha membuat
putranya menyerah.
Mendengar seorang mantan tahanan
menuding dia dan rekannya melakukan praktik yang tidak benar, William berang.
"Anda jangan sembarang bicara,
Kak! Saya dan Dokter Dendy adalah dokter spesialis penyakit dalam, kami anggota
Perhimpunan Dokter Nagaka. Kanai memiliki sertifikat-sertifikat yang tidak
dimiliki dokter lain bahkan kami pernah mendapat penghargaan Dokter
Jenius!"
Jackie menanggapi, "Saya tidak
mempertanyakan kreadibilitas Anda sebagai dokter. Saya mengakui Anda dan Dokter
Dendy memang dokter yang hebat. Tetapi, sertifikat dan penghargaan bukan
jaminan bagi Anda untuk tidak menipu pasien, bukan?"
Memang apa yang dikatakan oleh Jackie
belum dapat dibuktikan. Akan tetapi tampak benar jika William terlihat
canggung. Wajahnya memerah bukan karena dia marah. Kemungkinan, perkataan
Jackie barusan telah menyinggung sisi lain dirinya.
"Jackie, ayolah. Jangan
memperburuk keadaan kita. Rumah sakit ini adalah rumah sakit terbaik, hanya
mereka yang dapat merawat ayahmu," bujuk Anita, begitu juga Sherina.
"Kak, aku rasa kita harus
menurut saja apa kata dokter.
"Aku tidak bisa membiarkan mereka
berbuat seperti ini pada kita, Bu, Sher. Mereka mungkin juga telah berbuat hal
yang sama pada pasien lain di sini!"
Kedua perawat yang datang bersama
William pun turut buka suara. "Kak, harap tenang. Para dokter kami tidak
mungkin melakukan hal seperti yang Kakak sebutkan tadi."
"Kak, percayalah pada kami.
Rumah sakit ini memiliki latar belakang yang kuat. Kami berjanji akan
menyembuhkan ayah Anda."
"Maaf, aku sudah tidak lagi
percaya pada kalian. Biar aku yang menyembuhkan ayahku!" Jackie tidak peduli
dengan semua orang yang berkata ini-itu pada dirinya.
"Anita, Sherina..."
Sejak tadi terbaring tak berdaya di
tempat tidurnya, akhirnya Hendra bersuara. Keluarganya membalikkan badan, Mata
William dan dua orang stafnya mengarah pada dia.
"...jika memang Jackie mampu
untuk merawatku, ya sudah. Kita pulang saja dari sini. Tidak mungkin lagi bagi
kita untuk mengeluarkan dana lebih besar lagi. Aku pun tidak keberatan apabila
aku menghembuskan napas terakhir di tangan anakku."
Perkataan Hendra yang diiringi senyum
membuat keluarganya terenyuh. Anita dan Sherina sudah nyaris menitikkan air
mata. Hanya Jackie yang tak bereaksi.
"Pak Hendra, kami sudah
menawarkan opsi yang terbaik pada Anda dan keluarga. Apabila itu memang
keputusan Anda, Rumah Sakit Bunga Asih akan lepas tangan. Kak Jackie, jika Anda
memang mampu menyembuhkan Pak Hendra, kami ingin melihat buktinya nanti."
Kata-kata yang dilontarkan oleh
William baru saja membuat Jackie sontak menatap tajam pada dokter tersebut.
Sebab, perkataan William bagai menantang dirinya.
No comments: