Bab 281
"Iya, cepat keluar!"
"Dasar sampah, mesum!"
Semua perempuan mulai memaki Seno.
Ada juga yang melempar tempat sampah ke arahnya.
Saat ini, Seno benar-benar
berantakan. Sepertinya kakinya patah, jadi dia hanya bisa menahan rasa sakit
sambil merangkak turun dari tangga!
Saat itu juga, ibu asrama datang,
"Ada apa ini? Kenapa kalian main pukul?"
Begitu melihat ibu asrama, Seno
langsung berkata, " Itu Nindi yang mulai duluan! Dia juga bilang aku
mesum!"
Ibu asrama segera menjelaskan,
"Seno, kapten tim, datang buat latihan simulasi. Dia bukan orang
mesum!"
Nindi langsung mengerti situasinya.
Rupanya ibu asrama juga sudah disuap.
Tidak heran Seno bisa masuk ke asrama
cewek!
Saat itu, Jihan tiba-tiba keluar
dengan wajah memerah, lalu memeluk leher Seno, "Seno, bukannya tadi kamu
bilang mau masukin obat bius ke minuman Nindi malam ini, terus meniduri dia?
Kok malah kabur sih?"
Melihat kondisi Jihan, Nindi langsung
tahu itu efek dari air minum tadi.
Dengan tatapan dingin, Nindi menatap
ibu asrama, " Ini baru kebenarannya. Kita lapor polisi saja!"
Saat Nindi mengusulkan untuk lapor
polisi, ibu asrama langsung berteriak melarang.
"Nggak boleh! Jangan lapor
polisi! Ini hanya kesalahpahaman!"
Ibu asrama mulai panik. Kalau sampai
ini dilaporkan dan jadi masalah besar, dia pasti kehilangan pekerjaannya.
Jihan yang masih setengah sadar malah
berkata keras, "Ini bukan salah paham! Seno memang punya niat buruk ke
Nindi, makanya dia melakukan ini. Lagi pula, bukannya Seno juga pernah
melakukan hal seperti ini sebelumnya? Ibu asrama, bukannya ibu selalu pura-pura
nggak tahu?"
Sekarang Jihan tidak berpikir jernih,
dia mengatakan apa pun yang terlintas di pikirannya.
Ibu asrama itu terkejut dan wajahnya
pucat, "Kamu, jangan bicara sembarangan, aku nggak tahu tentang hal
ini."
"Kamu ngomong apa sih?
Minggir!"
Seno dengan kasar mendorong Jihan,
lalu melontarkan ancaman ke Nindi, "Ini belum selesai, Nindi! Tunggu saja
pembalasanku!"
Nindi tersenyum sinis, "Kalimat
itu, mending kamu sampaikan saja ke polisi."
Tidak ada lagi kesempatan baginya.
Di saat bersamaan, mobil polisi sudah
tiba di halaman asrama. Polisi turun dan langsung menangkap Seno,
"kalian mengikat aku? Aku
difitnah!" teriak Seno
Nindi mendengus kecil, "Kamu mau
bilang kalau pakal wig, baju cewek, menyamar, dan menyelinap ke asrama
perempuan tengah malam itu juga bagian dari fitnah.
"Itu untuk latihan! Aku masuk
dengan izin ibu asrama!"
Ibu asrama buru-buru menyangkal,
"Jangan ngarang! Aku ... aku nggak pernah kasih izin!"
Ibu asrama tidak berani mengaku sama
sekali.
Tak peduli apa pun yang dikatakan
Seno, dia tetap dibawa polisi.
Melihat pemandangan itu, Nindi
akhirnya tersenyum tipis. Setidaknya satu ancaman sudah hilang.
Namun, ibu asrama langsung mendekat,
dan meluapkan emosinya ke Nindi, "Bukannya kamu sama Seno itu pacaran?
Kenapa malah bikin masalah jadi besar?"
"Aku sama dia nggak ada hubungan
apa-apa."
"Nggak ada hubungan? Tapi tadi
siang dia nyatain cinta ke kamu?"
Nindi menatapnya penuh ejekan,
"Dia nyatain cinta, terus otomatis jadi pacarku? Jangan fitnah aku. Mending
ibu pikirin bagaimana besok jelasin ke sekolah soal suap dan kenapa izinin
cowok masuk asrama cewek!"
Ibu asrama langsung terduduk di
lantai, habis sudah semuanya.
Di sisi lain, Galuh memimpin tepuk
tangan, "Nindi nggak salah! Dia cuma berusaha melindungi kita semua!"
"Iya, aku juga dari dulu dengar
kalau Seno itu orang nggak beres, udah buat masalah sama banyak cewek.
Dalam sekejap, tepuk tangan riuh
terdengar di sekitar Nindi.
Dia tahu, keadilan tidak akan pernah
kalah!
Nindi menatap semua cewek di sana,
"Ayo semuanya balik ke kamar dan istirahat. Tadi kalian rekam video, 'kan?
Besok jangan lupa kirim ke sekolah buat bukti. Hari ini kita semua jadi saksi.
Mereka bisa bungkam satu orang, tapi nggak bisa bungkam kita semua!"
Hari ini, semua cewek asrama menjadi
pahlawan.
Setelah selesai bicara, Nindi kembali
ke kamarnya.
Tak lama kemudian, Galuh masuk sambil
membantu Jihan yang tubuhnya lemas.
No comments: