Bab 2041
Bukan hanya Ruvan, Saka juga ingin
membunuh satu per satu dari mereka yang tersisa.
Tempat meditasi Ruvan terletak 300
kilometer dari Saka. Tempat itu bernama Gunung Liora.
Di sana terdapat Api Ilahi tingkat
delapan yang diperoleh Ruvan. Tempat ini juga tidak jauh dari Jalan Kejayaan,
sehingga Ruvan menjadikan tempat ini sebagai markas besarnya.
Adair dan yang lainnya juga mengikuti
pola yang hampir sama. Mereka membangun markas di sekitar Jalan Kejayaan dan
menunggu Jalan Kejayaan dibuka untuk melancarkan aksi sepenuhnya.
Wilayah tempat mereka berada ini
disebut sebagai " zona aman." Hanya mereka yang memiliki kualifikasi
untuk membangun kekuatan di tempat ini yang berhak berpartisipasi dalam
perebutan Jalan Kejayaan.
Seluruh perhatian di Gunung Reribu
tertuju pada wilayah ini. Sekarang, suasana terasa seperti badai akan datang.
Semua kekuatan sedang menunggu dengan tegang dan penuh harap untuk kelahiran
master ilahi yang pertama.
Di titik ini.
Di Gunung Liora, di sebuah istana
kayu bergaya kuno yang dibangun sementara...
Sisi kanan wajah Marina memerah dan
bengkak. Dia duduk di sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Di sampingnya, seorang pria berusia
tiga puluhan menunjukkan ekspresi marah. Pria itu terlihat masih belum
meredakan amarahnya yang tersisa.
"Marina, aku sudah cukup
bersabar denganmu. Izinkan aku bertanya sekali lagi. Apa kamu mau menghubungi
Saka?"
Marina tampak seperti orang bodoh dan
bergumam, "Waktu aku sadar, aku sudah pingsan di dalam gua. Aku nggak
melihat Saka. Meski aku menghubunginya, dia nggak akan peduli padaku."
"Omong kosong. Saka pernah
memberimu pil obat. Semua orang juga melihatnya. Jelas-jelas kamu punya
hubungan yang sangat dekat dengannya, masih berani menyangkal?"
Kakak tertua Marina yang bernama Ryan
Minjana, menegur dengan penuh amarah.
Namun, ketika melihat tatapan kosong
Marina, Ryan pun menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Marina, aku nggak
peduli dengan apa yang terjadi antara kamu dan Saka. Tapi, sekarang situasinya
berbeda."
"Jasad Saka belum ditemukan
hingga sekarang. Harusnya dia nggak mati dan bersembunyi di suatu tempat untuk
memulihkan luka-lukanya."
"Asalkan kamu bisa memancingnya
untuk datang, itu akan menjadi jasa besar untukmu."
"Kamu juga tahu generasi
keluarga Minjana nggak terlalu sukses. Sekarang, Ruvan akhirnya mau menerima
kita. Cuma dengan mengirimkan kepala Saka, kita bisa pantas mendapatkan
sisa-sisa dari apa yang mereka miliki."
"Sampai sekarang, jangankan Api
Ilahi tingkat delapan, Api Ilahi tingkat tujuh saja aku belum punya. Apa kamu
tega melihatku pulang dengan tangan kosong seperti ini?"
Ryan sedikit melembutkan nada
bicaranya, menahan amarahnya, berbicara dengan empati dan meyakinkan dengan
logika.
Bagaimanapun, saat ini keluarga
Minjana terlalu lemah. Sementara, Marina tampaknya menjadi harapan satu-satunya
untuk memancing Saka yang tidak diketahui keberadaannya....
Akan tetapi, Marina menggelengkan
kepalanya sedikit dan berkata, "Aku nggak punya posisi sepenting itu di
hatinya. Aku... cuma mainan baginya. Dia nggak akan peduli padaku."
"Diam! Sebagai anggota keluarga
Minjana, bagaimana bisa kamu merendahkan diri sendiri seperti ini?"
Ryan berteriak dengan marah. Dia
mengangkat tangannya dan kembali menampar Marina.
Wajah Marina ditampar hingga menoleh
ke samping. Darah mengalir dari sudut mulutnya. Namun, dia hanya mengangkat
matanya sedikit dan berkata dengan tatapan kosong, "Aku memang sudah
mempermalukan keluarga Minjana. Pil obat itu, baru kudapatkan ... setelah aku
menemaninya."
"Kak, apa Kakak mengerti? Aku
ini pelacur, aku ini pelacur ..."
Sambil berkata seperti itu, dua lajur
air mata mengalir dari wajah Marina yang tanpa ekspresi. Namun, seakan-akan
Marina tidak menyadari jika dirinya sedang menangis. Marina hanya mengucapkan
kata-kata tersebut dengan tenang.
Dalam sekejap, wajah Ryan tampak
terkejut. Dia tertegun. Melihat Marina yang menangis, Ryan pun perlahan-lahan
menurunkan tangannya yang terangkat itu.
Ryan terdiam. Setelah sekian lama,
dia pun menghela napas pelan. "Ternyata begitu. Pantas saja Renan ...
"
"Sialan, Renan itu bukan
laki-laki. Melindungi wanitanya sendiri saja dia nggak bisa. Sementara Saka,
dia bahkan lebih pantas untuk mati."
Ryan menggertakkan giginya. Matanya
tampak merah dan dia terlihat sangat marah.
Kekhawatiran keluarganya membuat hati
Marina yang mati rasa itu menjadi tersentuh. Perlahan-lahan, dia membuka
pertahanannya. Suaranya yang tenang akhirnya tercekat oleh isak tangis.
"Kak, Renan itu binatang. Dia memanfaatkanku. Aku sekarang mengerti. Dia
nggak layak. Saka sendiri juga binatang..."
"Aku mau pulang. Aku nggak mau
lagi berada di Gunung Reribu. Aku akan pulang, menyembunyikan diri dan nggak
akan keluar lagi, sehingga nggak akan mempermalukan keluarga."
Ryan menepuk punggung Marina dengan
lembut. Dia menghela napas dan berkata, "Oke, Kakak berjanji padamu, Kakak
berjanji padamu, tapi..." "Marina..."
Link Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
Note: Untuk beberapa saat, kita off dulu ya, semoga bisa sebelum puasa lanjut update, soalnya lagi ada kegiatan di dunia nyata. Yang mau bagi – bagi THR, ditunggu ya di Dana or Ovo 089653864821..Terima Kasih
No comments: