Bab 2049
"Aku nggak tahu!"
Marvel menjawab sambil menggertakkan
giginya menatap Saka.
Saka yang sekarang sudah mencapai
tahap puncak, sementara Ruvan masih bermeditasi. Tentu saja Marvel tidak bisa
membiarkan Saka mengusik meditasi Ruvan.
Saka pun mengernyit dan menggunakan
teknik membaca pikiran miliknya. Ternyata Marvel memang tidak tahu...
Ruvan memilih tempat untuk meditasi
seorang diri dengan sangat hati-hati. Marvel saja tahunya hanya Ruvan sedang
bermeditasi di dekat Batu Delapan Sekte, dia tidak tahu lokasi persisnya.
"Kamu pancing dia keluar,"
perintah Saka.
"Nggak," jawab Marvel
sambil tersenyum dengan dingin. "Itu sih sama saja aku mengkhianati Pak
Ruvan."
"Kamu pikir aku nggak berani
membunuhmu?" tantang Saka dengan sorot tatapan dingin.
"Kamu pikir aku takut mati di
saat aku saja berani muncul di hadapanmu?"
Marvel menyahut dengan berani, sorot
tatapannya yang terarah kepada Saka bahkan terlihat menyindir. "Aku ini
berbeda dari kakak-beradik keluarga Minjana yang rela menurunkan harga diri dan
menjadi bawahan orang rendahan!"
"Sekali pun aku harus
mengkhianati Pak Ruvan, aku nggak akan mengkhianatinya demi orang rendahan
sepertimu!"
Sorot tatapannya terlihat begitu
mengejek dan meremehkan seolah-olah menyerah kepada Saka adalah hal yang lebih
memalukan daripada mati.
"Apa bagimu status sosial itu
lebih penting daripada nyawamu?" kata Saka sambil tersenyum kesal.
"Cuma orang bodoh yang bertanya
seperti itu!"
Marvel balas menatap Saka dengan
sinis sambil melanjutkan, "Bagi kami, status sosial itu lebih penting
daripada nyawa sendiri!"
Setelah itu, Marvel pun menggunakan
energi sejatinya untuk mencabut nyawanya. Darah mengalir keluar dari mulut
Marvel, tetapi sorot tatapannya yang tertuju kepada Saka tetap terlihat penuh
dengan kebencian dan rasa menghina.
Saka pun mengernyit.
Orang-orang di wilayah utara masih
takut akan kematian, itu sebabnya Saka masih bisa memanfaatkan kelemahan itu.
Namun, lain dengan orang-orang dari Kota Sentana ini. Mereka aneh sekali,
sebegitunya mementingkan status sosial sampai-sampai menolak menyerah padahal
itu demi menyelamatkan nyawa mereka.
Bahkan Renan juga tidak pernah
benar-benar menyerah, dia hanya mengalah untuk sementara waktu.
Padahal nenek moyang mereka juga
sukses dari nol, kenapa sekarang mereka bersikap seperti ini?
"Otak kalian ini mengalami
kelainan, ya?" tanya Saka sambil menatap Marina dengan bingung.
"Kamu nggak akan paham karena
nggak pernah tinggal di Kota Sentana," jawab Marina.
"Anak-anak utama dari tujuh
keluarga besar dididik dengan pemikiran bahwa kami terlahir sebagai bangsawan
dan ditakdirkan untuk memerintah. Garis keturunan kami bukanlah sesuatu yang
sembarangan."
"Kamu tahu nggak kalian itu apa
bagi kami?"
"Orang rendahan?" tanya
Saka sambil mengernyit.
"Itu istilah yang cenderung
masih lebih sopan. Bagi kami, kalian itu..." Marina terdiam sesaat sambil
menggelengkan kepala, lalu menghela napas pelan. "Ibarat hewan ternak."
"Kami adalah para penggembala,
sementara kalian adalah kawanan hewan ternak yang kami pelihara. Kami memang
membutuhkan kalian sebagai sumber pemberi makan, tapi apa kamu pernah melihat
penggembala berterima kasih kepada kawanan hewan ternaknya?" <
"Kalau kamu bisa memahami hal
ini, kamu pasti akan paham kenapa Marvel lebih memilih mati daripada
mengkhianati Ruvan. Kamu juga pasti akan paham kenapa kakakku lebih memilih
menjadi budaknya Ruvan daripada harus turun status."
"Siapa juga yang mau berubah
dari manusia ke hewan ternak..."
Penjelasan Marina itu membuat Saka
akhirnya mengerti jalan pikir orang-orang kalangan atas ini, sorot tatapannya
pun perlahan berubah menjadi dingin.
"Kukembalikan Api Ilahi ini
kepadamu. Walaupun kamu punya banyak Api Ilahi, kamu nggak mungkin diizinkan
menikah denganku."
Marina pun hendak mengembalikan Api
Ilahi itu kepada Saka.
Saka akhirnya paham bahwa bagi
Marina, memberikannya Api Ilahi berarti Saka ingin menikahinya.
"Rakyat biasa bisa jadi orang
kalangan atas, seekor domba bahkan bisa jadi pemimpin kawanannya," kata
Saka sambil tersenyum dengan getir. "Tapi, menikahi orang dari tujuh
keluarga besar itu sesuatu yang nggak mungkin."
Inilah kesenjangan antara status
sosial. Mau sekuat apa pun Saka, tetap saja dia hanya dipandang sebagai domba
pemimpin kawanannya.
Link Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
Note: Untuk beberapa saat, kita off dulu ya, semoga bisa sebelum puasa lanjut update, soalnya lagi ada kegiatan di dunia nyata. Yang mau bagi – bagi THR, ditunggu ya di Dana or Ovo 089653864821..Terima Kasih
No comments: