Bab 2046
Apa kekuasaan semenggoda itu?
Dia jadi agak kebingungan.
Marina menatap mayat Ryan yang berada
dalam pelukannya dengan wajah pucat pasi, lalu berujar pelan, "Pantas saja
kamu jadi begini, konflik keluarga-lah yang menghancurkanmu... "
Marina mengusap pipi Ryan dengan
lembut untuk membuat ekspresi pria itu kembali tenang. Wajah Ryan yang tampan
itu pun terlihat anggun, bahkan terkesan cería dan berbinar.
"Kuburkan saja dia. Kamu nggak
perlu merasa bersalah, dia mati karena ulahnya sendiri... "
Saka berujar sambil menghela napas.
Marina terdiam sesaat, lalu menyahut
dengan suara pelan, "Waktu kecil, kakakku itu lembut, pendiam dan tukang
baca. Dia perhatian sekali dengan kami. Dia juga suka mengajarkan kami musik,
catur, kaligrafi dan melukis. Dia bilang cita-citanya saat besar nanti adalah
menjadi guru atau dokter."
"Sayangnya, beban tanggung jawab
yang dia pikul terlalu banyak. Dia dibesarkan sebagai pewaris keluarga."
"Dia yang dulu pasti akan
memintaku membunuhnya..."
Saka menghela napas pelan
mendengarkan cerita Marina.
Yang namanya kekuasaan itu menindas
masyarakat bawah, sekaligus menggerogoti moral masyarakat atas dari dalam...
"Ayo tinggal bersamaku mulai
sekarang. Aku punya pil obat ... "
Saka menawarkan.
"Terima kasih, tapi nggak
usah... " tolak Marina sambil menggelengkan kepala. "Mulai sekarang,
aku akan menjauh dari yang namanya perselisihan. Kalau memang keluarga Minjana
harus jatuh, ya biarkan saja."
Wennie pun hanya bisa menghela napas
dengan sedih.
"Mana Ruvan?"
Saka bertanya.
"Mana mungkin Ruvan ada di sini?
Ini adalah momen penting untuk bermeditasi, dia pasti sudah tahu akan ada orang
yang memanfaatkan momen penting ini untuk balas dendam. Dia sudah membawa semua
yang dia butuhkan untuk berlatih dan bermeditasi di tempat lain."
"Tempat ini hanyalah gunung
kosong untuk menyembunyikan diri," kata Marina sambil menghela napas.
"Kakakku sendirian saja di sini sebagai umpan untuk menarik keluar
musuhnya."
"Rencananya sukses, terbukti dia
bahkan berhasil menarik perhatianmu. Kakakku mengorbankan nyawanya sebagai
alarm tanda bahaya untuk Ruvan.
"Aku yakin Ruvan akan segera
mengetahui soal kabar kemunculanmu di sini. Mulai sekarang, kamu harus
hati-hati."
Saka pun mengernyit. Jika Ruvan saja
sudah seperti ini, apalagi Adair dan yang lainnya...
"Kamu bisa pergi mencari
perlindungan ke Sungai Causta."
Saka berujar.
"Terima kasih," jawab
Marina sambil tersenyum. Dia mengambil sebuah tas penyimpanan yang Ryan peluk,
lalu menyerahkannya kepada Saka sambil berkata lagi, "Tabungan kakakku dalam
perjalanan ini ada di semua di sini."
"Di dalam sini juga ada sebuah
batu alam pelarian, kamu bisa menggunakannya untuk kabur ke luar Gunung Reribu
seandainya dalam bahaya..."
Ryan sudah terlanjur dibunuh oleh
Marina saat belum sempat menggunakan batu alam itu.
Saka memperhatikan ekspresi Marina
yang tenang dan tegas itu, lalu mengambil tas penyimpanan itu sambil berkata,
"Terima kasih."
Saat dia berbalik badan hendak pergi,
tiba-tiba Marina memanggilnya, "Apa aku boleh minta tolong?"
"Kamu mau aku membunuh
Ruvan?"
Saka balik bertanya. Ryan adalah
umpan yang Ruvan tinggalkan. Dengan kata lain, Ryan mati untuk menggantikan
Ruvan.
"Bukan itu..."
Marina menggelengkan kepalanya, lalu
berujar, " Bukan hanya Ruvan yang memaksa kakakku begini, tapi semua
pergulatan kekuasaan di kalangan atas."
"Lingkungan kalangan ini
benar-benar buruk. Kuharap kamu bisa menghancurkannya!"
"Kakakku kalah dalam pergulatan
kekuasaan ini, sementara Ruvan dan yang lainnya menang."
Marina tiba-tiba menengadah dan
berujar dengan sorot tatapan yang mulai menyalang, "Aku ingin sekali
melihat saat semua kalangan atas itu ... kehilangan kekuasaan mereka!"
Saka memperhatikan sorot tatapan
Marina yang tenang, tetapi terkesan berkacmuk itu. Dia menghela napas dalam
hati, lalu mengangguk kecil.
Link Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
Note: Untuk beberapa saat, kita off dulu ya, semoga bisa sebelum puasa lanjut update, soalnya lagi ada kegiatan di dunia nyata. Yang mau bagi – bagi THR, ditunggu ya di Dana or Ovo 089653864821..Terima Kasih
No comments: