Bab 34 Kamu Tidak Akan Mati Kalau
Tidak Melakukannya
Anak kecil tidak punya konsep
pemikiran baik dan buruk. Amir sudah terlahir dengan sifat yang jahat. Setelah
ditinggalkan oleh orang tua, dia sama sekali tidak tahu apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Sebenarnya, Amir tinggal di klinik
pengobatan tradisional bukan karena dipungut oleh Nyonya Yaputra, melainkan
karena terkesan oleh Elisa.
Selama tiga tahun ini, penampilannya
mulai membaik, wajahnya menjadi bersih dan tidak berbahaya karena telah lama
berhubungan dengan ramuan obat. Namun, ada pepatah di kalangan masyarakat
"watak buruk sejak lahir akan tetap ada ... Orang yang dia incar pasti
akan mengalami kesulitan.
Elisa duduk di halaman kecil sambil
tersenyum lembut. Ujung jarinya masih berputar-putar di antara bunga pohon
akasia ...
Malam hari, di kediaman tua keluarga
Gerots. Bu Fenny masih terbaring di tempat tidur karena merasa terlalu
tertekan.
Banyak mahasiswa kedokteran datang ke
Kediaman Gerots. Mereka semua adalah murid Bu Fenny yang sudah lama menunggu
kesempatan ini untuk menunjukkan kesetiaan mereka.
Di antara mereka, Keneth dan Dian adalah
yang paling menonjol, sedangkan Yabel tidak ada di antara mereka karena Bu
Fenny memanggilnya dan Wanda ke lantai atas segera setelah dia bangun.
Saat Yabel melihat Bu Fenny, matanya
menjadi merah. Dia lebih menyayangi Bu Fenny daripada nenek kandungnya sendiri.
"Guru, kenapa Guru jadi seperti ini? Siapa yang membuat Guru marah?"
"Kalau bukan karena
kalian..." Bu Fenny menempelkan plester penurun panas di tubuhnya. Saat
dia hendak berkata kasar, dia teringat sesuatu dan melambatkan ucapannya.
"Ini karena gadis itu."
Yabel bingung. "Gadis itu?"
"Kerabat miskinmu dari
desa." Bu Fenny langsung marah begitu teringat pada Elisa. "Dia
menipu orang dan membawanya ke rumah sakit kita!"
Yabel terkejut. "Dia?"
Wanda langsung marah. "J*lang
palsu itu!"
Apa yang sebenarnya gadis itu
lakukan? Bukannya mereka sudah menyuruhnya untuk segera kembali ke desa untuk
mencari orang tua kandungnya?
Dia sudah mengiyakannya, tetapi
sekarang malah mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi. Dia tidak menepati
kata-katanya pasti karena ingin mendapatkan lebih banyak uang!
"Jangan khawatir, Bu Fenny, saya
pasti akan membereskan gadis itu." Wanda berjanji.
Bu Fenny pura-pura berbesar hati.
"Aku nggak akan berurusan dengan seorang gadis desa sepertinya Wanda, aku
ingin tanya, kenapa kamu nggak pernah memberitahuku kalau kerabat miskinmu itu
bisa ilmu kedokteran?"
"Bisa ilmu kedokteran?"
Wanda seolah-olah mendengar lelucon besar. "Dia? Dia cuma siswa SMK, dia
tahu apa tentang kedokteran?"
Bu Fenny menghela napas. "Itu
belum tentu. Orang yang berpikiran dalam mungkin saja menyembunyikan dirinya
dengan baik. Hari ini dia menggunakan akupunktur sampai membuat Direktur Tomy
tertegun. Itu konyol, 'kan?"
"Direktur Tomy?" Yabel
mulai khawatir saat mendengar ini.
Namun, Wanda tidak berpikir begitu.
"Aku yang paling mengenal gadis itu. Nilai rapornya sangat buruk dan dia
nggak pernah belajar dengan baik. Dia selalu mengikuti nenek miskin itu dan
cuma tahu beberapa trik untuk menakut-nakuti orang."
"Dia mengikuti Yaputra?" Bu
Fenny tiba-tiba duduk dengan tegak. "Bukannya kamu bilang dia cuma kerabat
jauh? Kenapa dia bisa mengikuti Yaputra?"
Meski keluarga Yuridis hanyalah
keluarga bangsawan kecil yang baru muncul, tetapi Yaputra masih punya beberapa
trik di tangannya, jadi Bu Fenny harus berhati-hati.
Namun, Wanda tidak mengerti apa yang
harus diperhatikan dari nenek miskin itu. Dia menggelengkan kepalanya lalu
membuka kotak hadiah. "Bu Fenny, jangan pedulikan orang-orang kecil itu,
lihat apa yang saya bawa untuk Anda?"
"Daun Kumis Kucing!" Bu
Fenny bangkit dengan gembira. Kekesalannya langsung lenyap. "Bagus!
Bagus!"
Wanda mendekat. "Dan ini adalah
buku yang paling berharga bagi nenek miskin itu."
Akupunktur? Ahli akupunktur? Pantas
saja teknik gadis itu sangat istimewa, ternyata dia diajari oleh Yaputra!
No comments: