Bab 2052
Suasana seketika memanas, seperti
busur yang sudah terpasang anak panah, siap dilepaskan kapan saja. Wajah Marina
mengeras, nadanya dingin ketika dia berkata, "Ridwan, jaga ucapanmu!
Sekarang pergi dari sini!"
Ridwan tertawa kecil, seolah tak
terganggu oleh kemarahan itu.
Dengan senyum yang begitu santai, dia
menjawab, " Kak Marina, kenapa marah-marah begini? Katanya, makin marah
seorang wanita, makin peduli dia pada pria itu. Jangan-jangan kamu peduli
padaku?"
Marina gemetar saking marahnya,
wajahnya memerah hingga ke telinga. Dia baru hendak bertindak, tetapi Saka
hanya melambaikan tangan, memberi isyarat agar dia tenang. Tanpa banyak bicara,
Saka menatap Ridwan dan berkata dingin, " Kamu nggak layak untuk kuhina.
Panggil majikanmu keluar kalau ingin bicara denganku."
Pada saat yang sama, Saka diam-diam
mengaktifkan teknik membaca pikirannya.
Dia sudah punya dugaan tentang siapa
di balik Ridwan, dan ini adalah kesempatan untuk memastikan kecurigaannya.
Ridwan tertegun sejenak, tatapannya
penuh kebingungan saat menatap Saka. Dia bergumam dengan sedikit tidak percaya,
"Kamu ini... sombong juga, ya."
Awalnya, dia mengira Saka hanyalah
pria tampan tanpa kemampuan yang menempel pada Marina.
Namun, sekarang, sepertinya ada
sesuatu yang lebih dari sekadar penampilan.
Namun, ketika dia mencoba merasakan
aura Saka, tidak ada yang istimewa terdeteksi. Hal ini membuatnya makin
bingung.
Ridwan tersenyum tipis, lalu menoleh
pada Marina. "Kak Marina, penglihatanmu makin buruk saja. Kamu memilih
bocah seperti ini untuk melindungimu? Rasanya dia nggak cukup pantas, ya,
"katanya, jelas-jelas mencoba memprovokasi..
Saka mengangkat alisnya. Dari
pikirannya, dia berhasil mendapatkan jawaban. Majikan Ridwan ternyata Cello,
bukan Wafa seperti yang sebelumnya dia duga.
Sementara itu, lebih banyak orang
mulai berdatangan.
Aura mereka kuat, masing-masing
memiliki kekuatan luar biasa, dan beberapa bahkan sudah mencapai tingkat langit
tahap kesembilan.
Di antara mereka ada sosok-sosok
terkenal seperti Adair, Feriza, Julio, Cello, Putri Bulan Dahlia, Novea, dan
seorang anak haram dari keluarga Elyora. Tujuh dari mereka sudah berada di
tingkat master ilahi setengah langkah.
Bagi kebanyakan orang di sana,
delapan posisi di Jalan Kejayaan hampir tidak mungkin diraih, karena mereka
tidak berani melawan tujuh master ilahi setengah langkah itu. Namun, satu
tempat terakhir masih diperebutkan oleh banyak orang.
Melihat ketegangan antara Saka dan
Ridwan, orang-orang yang baru datang tampak tertarik.
Tawa ringan penuh hiburan terdengar
di antara kerumunan, seolah menonton drama persaingan dan kecemburuan seperti
ini menjadi hiburan yang menyenangkan sebelum pertarungan besar di Jalan
Kejayaan dimulai.
"Itu Ridwan dari keluarga
Dimasta. Sejak Renan kalah, dia dianggap sebagai harapan baru keluarga
Dimasta," bisik seseorang.
"Ah, dia lagi menggoda kakak
iparnya?"
"Yah, nggak heran. Katanya yang
paling seru itu ya soal kakak ipar pelan. "canda yang lain, diiringi tawa
Orang-orang yang berhasil sampai di
tempat ini umumnya adalah penduduk Kota Sentana, bahkan beberapa di antaranya
adalah keturunan biasa dari tujuh keluarga besar.
Ridwan, mendengar suara-suara itu,
hanya tersenyum tipis. Dengan nada santai, dia berkata kepada mereka,
"Maaf kalau kalian merasa terganggu. Sepupuku itu memang nggak becus.
Bahkan menjaga istrinya saja nggak bisa. Jadi, aku yang harus repot-repot
memperbaiki nama keluarga kami."
Namun, jelas bahwa tujuannya lebih
dari sekadar mengolok-olok Marina. Dia ingin memanfaatkan kekalahan Renan untuk
menunjukkan kekuatannya di hadapan orang banyak. Ini adalah kesempatan sempurna
baginya untuk menggantikan posisi sepupunya dan mengukuhkan kekuasaan di
keluarga Dimasta.
Marina hanyalah alat bagi Ridwan
untuk unjuk kekuatan, tidak lebih dari itu.
Oh, tetapi tunggu. Selain Marina, ada
satu target lain yang menarik perhatiannya...
Ridwan melirik ke arah Saka. Dengan
senyum mengejek, dia berkata, "Hei, bocah, kalau punya nyali, ayo
bertarung denganku. Kalau nggak, minggir saja. Aku mau mencoba Batu Delapan
Sekte itu."
Saka menatapnya sekilas, ekspresinya
datar tanpa emosi. Tanpa repot menjawab, dia langsung melangkah ke samping,
membiarkan Ridwan lewat. Namun, pandangannya terarah jauh ke depan, mengabaikan
pria itu sepenuhnya.
Bagi Saka, Ridwan hanyalah pion kecil
yang sengaja dilemparkan Cello untuk memancing reaksi. Sebuah langkah
berhati-hati dari orang yang licik.
Lawan yang cukup berharga untuk dia
hadapi belum datang.
"Begitu saja? Kak Marina, kamu
cuma bisa menemukan seorang pengecut tampan seperti ini? Sungguh
mengecewakan," ejek Ridwan dengan tawa dingin, menatap Marina seolah
merasa kasihan.
Para penonton yang berkumpul di
sekitar juga tersenyum kecil, tidak terkejut dengan sikap pasif Saka. Seolah
semua sudah menduga dia akan memilih mundur.
Namun, Marina hanya melirik Ridwan
dengan dingin, bibirnya melengkung ke atas dalam senyum mengejek. "Badut
kecil," katanya singkat.
Ridwan menyipitkan mata. "Apa
aku badut atau bukan, sebentar lagi kamu akan tahu," jawabnya dengan nada
tenang, sebelum berjalan santai menuju Batu Delapan Sekte.
Kali ini, suasana mulai berubah.
Tatapan para penonton yang sebelumnya santai kini menjadi lebih serius. Batu
Delapan Sekte adalah tolok ukur sejati untuk menguji potensi dan kekuatan
seseorang.
"Baiklah, semuanya, izinkan aku
menunjukkan sedikit kemampuanku!" seru Ridwan dengan percaya diri.
Dengan satu tangan di belakang
punggung, dia melangkah mendekati batu, mengangkat tangan kanannya, dan dengan
penuh percaya diri, menekankan telapak tangannya pada permukaan batu itu.
Link Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
Note: Untuk beberapa saat, kita off dulu ya, semoga bisa sebelum puasa lanjut update, soalnya lagi ada kegiatan di dunia nyata. Yang mau bagi – bagi THR, ditunggu ya di Dana or Ovo 089653864821..Terima Kasih
No comments: