Bab 282
Saat ini, efek obat di tubuh Jihan masih
ada, tetapi begitu melihat Seno dibawa polisi, dia langsung sadar sepenuhnya.
Jihan mulai ketakutan, berpura-pura
bingung, tidak berani menghadapi Nindi.
Nindi menoleh ke arah Galuh,
"Kali ini untung ada kamu, jadi Seno si berengsek ini bisa benar-benar
dibereskan."
Kalau tidak, dengan keluarga Morris
sebagai pendukung, melaporkan Seno hanya akan membuat keluarga Morris mengancam
balik.
Sama seperti yang dialami oleh kakak
senior sebelumnya.
Hanya dengan cara seperti ini,
membuat masalah menjadi besar, keluarga Morris tidak akan berani campur tangan
untuk melindungi Seno!
Galuh menghela napas, "Aku
sebenarnya nggak ngapa ngapain kok, kamu yang udah bantu semua orang!"
Saat itu, Jihan tiba-tiba membuka
matanya, langsung memberikan tamparan ke Galuh, "Bagus banget, kamu yang
bocorin semuanya ya!"
Jihan selama ini bertanya-tanya,
kenapa Nindi tidak meminum air yang dia berikan. Ternyata, Galuh sudah lebih
dulu memberi tahu rencana mereka.
Nindi balas menampar Jihan dan
menyiramkan segelas air dingin ke wajahnya!
Dia mencengkeram dagu Jihan,
"Jangan kurang ajar, ya. Itu Galuh yang ngasih tahu aku rencana kalian,
tapi menurutmu, dengan begini kamu bisa bebas masalah?"
"Iya! Seno udah janji bakal
hapus video aku yang ada di ponselnya!"
"Bego, kamu percaya omongan
berengsek itu?
Galuh nelepon aku dan bilang
semuanya, lalu minta bantu buat hapus video dan foto kamu yang ada di tangan
Seno. Cuma dengan cara ini, masalah bisa diberesin sampai tuntas!"
Jihan terdiam mendengar ini.
Tidak pernah terpikirkan olehnya.
Karena setelah Nindi menolak bantuannya, dia sudah merasa putus asa.
Nindi melepaskan tangannya,
"Lagian, kita nggak tahu apa Seno simpan backup-nya atau nggak. Cuma
polisi yang bisa ngurus semuanya biar beres!"
Jihan langsung menangis sesenggukan,
"Aku ... aku cuma terlalu takut ... "
Nindi mengabaikan Jihan, dia
mengambil laptop yang sengaja dibawanya. Sekarang dia harus mencari bukti bahwa
Seno membantu keluarga Morris melakukan pencucian uang.
Bagaimanapun, ini adalah kesempatan
bagus untuk menekan keluarga Morris.
Sebelumnya, bukti yang dipegang oleh
kakak senior dirampas oleh keluarga Morris dengan mengancam keluarganya.
Namun, Nindi tidak takut ancaman keluarga
Morris!
Dia meretas ponsel, email, komputer,
dan semua akun yang biasa dipakai Seno, semua data di dalamnya dia telah
simpan.
Karena yang dia lakukan juga tidak
sepenuhnya legal, tadi hampir saja terdeteksi oleh polisi siber. Jadi, dia
hanya bisa menyimpan semuanya dulu, baru perlahan mencari apakah ada bukti
pencucian uang di dalamnya.
Setelah menutup laptop, Nindi membuka
ponselnya dan memeriksa berita terkini.
"Asrama Wanita Universitas
Yasawirya Digegerkan oleh Pria Berpakaian Wanita, Seluruh Penghuni
Mengejarnya!"
"Pria Penyamar Wanita di Asrama
Yasawirya, Identitas Diduga Kapten Tim LeSky!" 2
Berita itu langsung trending. Dengan
perhatian sebesar ini, keluarga Morris mungkin tidak akan bisa menghentikan
skandal ini.
Nindi sengaja membagikan berita itu
di status Whatsapp-nya, "Apa yang ditanam, itu yang dituai!"
Tidak lama kemudian, Zovan memberi
tanda suka pada statusnya.
Lalu, Nindi menerima telepon dari
Cakra. Dia melihat ke arah asrama, kemudian berjalan ke balkon untuk mengangkat
teleponnya, "Kamu udah mendingan?"
"Besok aku udah bisa pulang. Eh,
soal pria aneh di asrama wanita kampusmu, itu kamu yang bikin ketahuan?"
"Dari mana kamu tahu?"
"Di video itu, ada punggung
seseorang yang menendang dengan hebat, lihat sekali aja aku tahu Itu
kamu."
Cakra melihat video pria aneh di
asrama wanita Yasawirya, sekarang video itu sudah menyebar ke mana-mana.
Namun, dia langsung mengenali
punggung Nindi yang sedang menendang.
Nindi tersenyum, "Gebukin pria
aneh kayak gitu, tanggung jawab semua orang."
"Dia nggak sempat nyakitin kamu,
'kan?"
"Nggak kok. Dia udah dihajar
sampai babak belur, sekarang juga udah ditangkap polisi."
Tatapan Cakra jadi lebih dalam,
meskipun suaranya tetap tenang, "Cuma gitu aja?"
Dia tahu, pasti ada cerita lebih
dalam.
Nindi memandang ke langit malam, lalu
menjawab, "Iya, cuma gitu aja."
Dia tidak ingin membahas lebih jauh.
Setelah kecelakaan sebelumnya yang hampir merenggut nyawa Cakra, dia tidak
ingin melibatkannya lagi. Lebih baik menjaga jarak.
No comments: