Membakar Langit ~ Bab 1786

 

Bab 1786

 

Pada saat ini, ketika pedang datang, terdengar suara Cecil yang menjerit dan terlempar ke belakang. Akan tetapi, dia langsung ditangkap dengan kuat oleh Saka.

 

Namun, ada bekas pedang yang mengerikan di bahu Cecil yang tidak mengeluarkan darah. Petir itu telah membuat lukanya menjadi terbakar dan melepuh.

 

Kekuatannya cukup besar, tetapi kekuatan petir ini masih tertinggal jauh dibandingkan dengan pedang setengah jadi.

 

"Lepaskan aku, tolong lepaskan aku. Aku benar- benar menyesal. Huhuhu... "

 

Cecil tidak bisa menahan tangis dan memohon dengan sedih.

 

"Kenapa kamu menangis? Nanti aku akan mengobati lukamu!"

 

Saka langsung menepuk punggung wanita itu sambil berteriak. Lukanya harus diobati, jika tidak maka akan mengganggu pandangan saat melepas pakaiannya.

 

"Jahat!"

 

"Pahlawan macam apa yang berani menggunakan wanita sebagai tameng?"

 

"Huh, ternyata orang wilayah selatan seperti ini."

 

Beberapa warga Kota Sentana langsung berteriak dengan marah.

 

Hal ini membuat Saka mencibir sambil menyahut, " Saat kalian menindas orang-orang wilayah selatan, kenapa kalian nggak menunjukkan sikap yang adil seperti ini?"

 

Ini benar-benar standar ganda. Lalu nyawa orang orang wilayah utara itu termasuk apa?

 

"Aku awalnya berpikir kalau masyarakat wilayah selatan juga warga Negara Elang dan aku nggak setuju dengan rencana mereka. Aku ingin melewati rintangan dengan kekuatan sendiri, tapi kamu justru menggunakan Cecil sebagai perisai dan nggak berani melawanku. Apa yang mereka katakan itu benar? Kalau masyarakat di wilayah selatan, semuanya adalah orang-orang yang memiliki moral kurang dan nggak layak diselamatkan..."

 

Martin menyahut seraya menghela napas pelan.

 

Namun, begitu kata-kata ini keluar, semua orang wilayah selatan menjadi bersemangat dan sangat marah. Omong kosong macam apa ini? Jika kalian menindas orang-orang di wilayah selatan, lalu Saka otomatis menjadi orang jahat jika dia berusaha memberontak?

 

Apakah menurutnya perkataannya ini tidak masalah?

 

Sorot mata Saka terlihat aneh, lalu dia menyahut, " Awalnya aku pikir kamu adalah orang munafik, tapi sekarang tampaknya kamu adalah orang munafik yang sangat tulus. Aku benar-benar merasa kalau pemahamanku nggak ada masalah... "

 

"Kurang ajar! Aku, Martin, selalu melakukan segala sesuatu dengan jujur dan terbuka. Mengusir iblis dan melenyapkan kejahatan! Beraninya kamu memfitnahku!"

 

Martin mengerutkan kening sambil berseru dengan ekspresi jijik di wajahnya.

 

Tidak lama kemudian, dia terlihat melompat, mengangkat pedangnya dan menunjuk ke langit seraya berteriak dengan keras, "Kekuatan yang perkasa, patuhi perintahku!"

 

Petir dahsyat terbentuk di ujung pedang.

 

Dalam sekejap, petir itu mengembun di udara dan berubah menjadi ilahi agung petir yang agak samar!

 

Wajahnya buram, tetapi khidmat dan sakral. Ia sedang berdiri tegak di bawah langit, menunjukkan keagungan yang menakjubkan.

 

"Mantra Kekuatan Dewa Petir!"

 

Pupil Cecil gemetar dan suaranya bergetar, "Itu adalah bela diri yang dikumpulkan khusus oleh keluarga Syahrir untuk Adair. Adair memahaminya secara menyeluruh dan mengukirnya di pedang. Jangan melawannya dan bisakah kamu cepat kabur sają?"

 

Petir melambangkan kehancuran dan dia merasa Saka pasti tidak akan mampu menahannya, bahkan dia juga akan terbakar menjadi arang!

 

Namun, sudah terlambat. Martin tiba-tiba mengayunkan pedangnya dengan keras sambil berteriak, "Penggal tanpa ampun!"

 

Dewa Petir mengangkat telapak tangan raksasanya yang terjalin dengan petir dan kilat, lalu menghantamkannya ke arah Saka. Dalam sekejap, itu seperti ribuan petir yang menderu-deru dan mengguncang langit.

 

Saka melangkah maju untuk menghadapinya. Dia menggunakan keterampilan tubuhnya untuk menghindari telapak tangan. Saka juga mengamati teknik tersebut menggunakan mata ganda untuk melihat sejauh mana pemahaman Adair tentang bela diri.

 

Dalam sekejap, Dewa Petir itu meraung dan terus mengejar Saka. Tempat itu dipenuhi dengan sambaran petir dan kilat, seolah-olah telah berubah menjadi lautan petir.

 

Di lautan petir itu, Saka berubah menjadi seberkas cahaya keemasan, melewatinya dan mundur dari waktu ke waktu. Setelah satu serangan, tampaknya dia dalam posisi yang tidak menguntungkan.

 

"Pantas saja dia Raja Empat Mahkota. Dia punya kekuatan sebesar itu cuma dengan menebaskan satu pedangnya saja. Sangat mudah baginya untuk mengusir kejahatan dan mengalahkan iblis jahat!"

 

Kerumunan orang itu dipenuhi dengan suara kekaguman. Beberapa wanita di antara kerumunan itu bahkan lebih terpesona dan hati mereka terus berdebar.

 

Adair pernah menggunakan pedang ini untuk mengalahkan semua lawan sebayanya dalam kompetisi internal tahunan di antara tujuh keluarga besar di Kota Sentana. Semua orang hanya mendengar tentang ini, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk melihatnya.

 

Sekarang Adair tetap menggunakan bela diri pedang ini dan masih bisa melihat kehebatannya.

 

"Bersiaplah. Kak Martin akan memimpin kita untuk menindas para pemberontak ini nanti!" Beberapa orang di Kota Sentana sudah bersiap untuk kemenangan Martin seraya menatap Elin beserta yang lainnya dengan tatapan acuh tak acuh.

 

Pada saat ini, Elin beserta orang lain dari wilayah selatan menjadi geram dan mengepalkan tangan mereka.

 

Beberapa orang menunjukkan raut kesedihan, kemarahan dan keputusasaan. Begitu mudahnya seseorang memimpin mereka untuk melakukan perlawanan, tetapi mereka akan dikalahkan seperti ini?

 

Saat ini, hanya terdengar suara gemuruh.

 

Saka tiba-tiba berhenti mengelak, dia terbang menjauh dan langsung bertemu dengan telapak tangan Dewa Petir.

 

Hanya dengan satu pukulan, Dewa Petir tiba-tiba meraung, lalu telapak tangan itu hancur berkeping- keping oleh tinju Saka.

 

Martin mendapat serangan balik, tubuhnya bergetar hebat dan dia memuntahkan seteguk darah.

 

Wajah Martin menjadi pucat, lalu dia menatap Saka dengan kaget sambil berkata, "Kamu ... bagaimana kamu..."

 

"Kenapa aku tiba-tiba melawan? Aku baru saja mengamati bela diri Adair. Bela diri kakakmu agak menarik, tapi sayangnya nggak terlalu banyak... "

 

Saka menyahut dengan santai, "Apa ada serangan lain? Kalau nggak ada, sekarang adalah giliranku."

 

Sebuah kalimat yang keluar itu membuat semua orang tercengang.

 

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1786 Membakar Langit ~ Bab 1786 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 24, 2025 Rating: 5

2 comments:

Powered by Blogger.