Bab 1816
Tingkat langit tahap ketujuh ditambah
dengan kerjasama Dahlia, sudah cukup untuk membunuh orang ini!
Namun saat ini, Saka tiba-tiba
terkejut, dia melihat dalam mata ganda bahwa ada sesosok orang yang sedang
memanfaatkan kekacauan dan menuju lembah dengan cepat.
Tujuannya adalah ...
Api Ilahi!
"Berhenti semuanya! Ada orang
yang memanfaatkan kekacauan untuk mencuri Api Ilahi!" teriak Saka.
Kali ini, Dahlia juga Adair sangat
terkejut dan menatap ke arah Saka. Mereka bahkan melihat ke mulut lembah dan
memang melihat sosok itu.
"Beraninya kau!" teriak
Adair dengan marah karena gelisah. Sebuah energi sejati berwarna hijau
-kebiruan meledak dan berubah menjadi bilah pisau tak terbatas yang menutupi
langit.
Dahlia juga mendengus dingin, pedang
setengah jadi di tangannya bergetar dan melambai, lalu petir demi petir
menyambar.
Namun, reaksi sosok itu sangat cepat
dan dia menghindar dengan cepat. Namun, mulut lembah bergetar, puing-puing
berjatuhan dan sosok itu terlihat sepenuhnya.
Itu adalah wanita yang anggun dengan
mengenakan jubah merah.
"Novea!"
Melihat sosok ini, Adair tidak bisa
percaya dan berteriak dengan marah, "Ini adalah wilayahku, beraninya kamu
menyerangku. Apa kamu ingin mengkhianati perjanjian beraliansi?"
Tujuh keluarga besar dan keluarga
kerajaan sudah memiliki kesepakatan, yaitu masing-masing membagi wilayah
kekuasaan. Menunggu munculnya Jalan Kejayaan baru bertempur dan tidak diizinkan
bertikai sebelum itu.
Tentu saja, Dahlia yang pernah
membantu Saka telah dianggap sebagai pengkhianat dan diusir dari perjanjian
aliansi. Namun, dia membiarkannya masuk hanya karena menghormati Guru Kaisar.
Saat ini, Dahlia juga agak terkejut
dan menatap putri kerabatnya.
"Sungguh merepotkan ... "
ucap Novea.
Novea agak mengerutkan kening dan
terlihat agak kesal. Dia berjalan mendekat, auranya membuat semua orang tidak
berani meremehkannya.
"Novea, apa maksudmu? Aku nggak
pernah mengganggumu! Apa kamu mau mengkhianati perjanjian allansi kita?"
tanya Adair dengan ekspresi masarn.
"Adair, setelah bertahun-tahun,
kenapa kamu masih begitu kekanak-kanakan?" tanya Novea balik sambil
mengerutkan kening, seolah sedang melihat anak kecil dan menunjukkan ekspresi
meremehkan, "Politik pada dasarnya adalah saling menyakiti. Perjanjian
aliansi apa pun hanya ditaati saat menguntungkan bagiku dan ditinggalkan saat
tidak menguntungkan bagiku. Kalau aku nggak merebut Api Ilahimu sekarang, apa
aku harus menyesal setelah kelompokmu memiliki master ilahi dan
menyerangku?"
Kata-kata terdengar, membuat Adair
tercekik dan tidak bisa menjawab.
Adair memang memiliki rencana seperti
ini...
Hanya saja situasi saat ini agak
canggung, ketiga pihak berdiri tegak dan setiap orang menginginkan Api Ilahi
tingkat kedelapan...
Tempat kejadian masih menegangkan,
tetapi situasinya berada dalam keseimbangan yang aneh.
Namun, Novea malah tiba-tiba tertawa
dingin dan berkata, "Lihat apa lagi? Beraliansilah denganku, Api Ilahi
milikku dan Dahlia milikmu."
Adair menjawab dengan marah,
"Apa hakmu memutuskan?"
Meskipun Dahlia memang hebat, Api
Ilahi lebih penting pada tahap ini.
Novea malah tersenyum sinis dan
berseru, "Aku nggak bicara denganmu!"
Adair agak tertegun. Kemudian, dia
agak terkejut saat melihat bahwa tatapan Novea tertuju pada pria bertubuh besar
di belakangnya.
"Kemampuan perangmu cukup bagus,
bagaimana kalau kita bunuh Adair terlebih dulu? Lagi pula, kamu nggak punya
bawahan yang cocok untuk naik tingkat menjadi master ilahi. Dahlia menjadi
milikmu dan Api Ilahi menjadi milikku, kamu nggak akan rugi," ucap Novea.
Adair agak tertegun, lalu tertawa
sinis dan berkata, " Novea, kamu menyogok anggotaku di depanku? Kamu sangat
berani."
Adair merasakan napas pria bertubuh
besar di belakangnya panjang dan kuat, tingkat kultivasinya hanya sedikit lebih
rendah dari dirinya, pria itu termasuk prajurit yang bisa mengubah situasi
medan perang.
Namun, pria itu hanyalah bawahannya,
apa kamu bisa mengambil bawahanku begitu saja?
No comments: