Bab 1803
Di sisi lain.
"Katanya di Gunung Reribu ini
penuh harta karun? Tapi kenapa cari bahan obat saja susahnya minta ampun?"
Saka mengerutkan alis, wajahnya
muram. Dia berjalan sambil mengumpulkan bahan obat untuk meramu pil yang bisa
meningkatkan kekuatannya.
Saat ini, dia benar-benar miskin.
Namun, hasilnya nihil
"Bahan-bahan yang bagus sudah
diambil orang- orang yang masuk lebih dulu," kata Cecil sambil tersenyum
getir.
Dia mengeluarkan beberapa botol pil
dari tasnya dan menyerahkannya untuk menawarkan, "Aku cuma punya ini. Kamu
pakai saja dulu."
Saka membuka botolnya, lalu memandang
pil-pil itu dengan ekspresi tak berdaya. Dia berkata, "Pil ini nggak bisa
dibilang buruk, tapi ya... biasa saja. Sepertinya posisinya di keluarga Dimasta
nggak lebih dari anggota biasa, ya?" pikirnya dalam hati, lalu
mengembalikan botol itu ke Cecil.
"Sudahlah, simpan saja untukmu
sendiri."
"Aku nggak meracuninya!"
kata Cecil buru-buru, entah apa yang tiba-tiba melintas di pikirannya.
"Aku lebih tertarik merebut
kehormatanmu daripada pilmu," ucap Saka blak-blakan seperti biasa.
"Oh..." Wajah Cecil
seketika memerah. Dia tahu, cepat atau lambat, kehormatannya akan jadi milik
Saka. Namun, dia juga tidak melawan. Lagi pula, seorang pria biasanya tidak
akan mempermalukan wanita yang sudah jadi miliknya, 'kan?
Namun, dia tidak tahu kapan Saka akan
bertindak.
Kegelisahannya bercampur antara takut
Saka tidak melakukannya dan takut Saka bertindak sembarangan.
Saat dia melamun, sebuah suara
tiba-tiba terdengar dari kejauhan.
"Cecil! Akhirnya aku
menemukanmu!"
Tampak belasan orang dari keluarga
Syahrir muncul, dipimpin oleh seorang pria dengan wajah tampan dan senyum
lembut yang membuat orang merasa nyaman seperti terkena semilir angin musim
semi.
"Zaqi?"
Cecil tampak terkejut, tetapi matanya
menyiratkan kebencian mendalam. Meski begitu, dia tetap memaksakan senyum dan
menyapanya dengan sopan.
Zaqi?
Saka mengangkat alis. Nama ini baru
saja disebut oleh Cecil beberapa jam lalu. Pria ini dulunya adalah pacar Cecil.
Ya, pacarnya. Sampai beberapa jam
yang lalu.
Setelah dia mendarat di wilayah ini,
keluarga Syahrir memanggilnya, tetapi dia tahu posisinya berbahaya. Jadi, dia
bersembunyi. Sayangnya, Zaqi meneleponnya secara pribadi, memintanya datang.
Begitu muncul, Cecil langsung
ditangkap.
Dari pacar, langsung jadi mantan.
"Cecil, apa yang kulakukan waktu
itu hanya strategi. Dalam hatiku, aku masih memikirkanmu," kata Zaqi
dengan sedikit canggung, berusaha membela diri.
"Aku tahu, aku nggak
menyalahkanmu," jawab Cecil sambil memaksakan senyum, tetapi tubuhnya
secara refleks bergerak, berlindung di belakang Saka, seolah menemukan
perlindungan di tengah bahaya.
Tatapan Zaqi membeku sesaat. Matanya
menyipit, lalu menatap Saka dengan penuh rasa tidak suka. Dia bertanya,
"Kamu yang membawa Cecil? Kamu dari salah satu tujuh keluarga besar atau
pihak kerajaan?"
"Bukan, namaku..." Saka
tersenyum kecil, hendak menyebutkan nama palsu yang sudah dipersiapkannya.
"Aku nggak tertarik tahu
namamu," potong Zaqi dengan nada tidak sabar. Dia bertanya, "Sudah
ketemu tempat persembunyian Saka atau belum?"
"Belum ada kabar..."jawab
Saka dengan tenang.
"Jadi apa gunanya kamu? Hal
kecil seperti ini saja nggak bisa diurus!" marah Zaqi pada Saka dengan
nada keras, tetapi dalam hati dia merasa sedikit jijik pada dirinya sendiri.
Berbicara seperti anak manja keluarga
kaya
memang rendah, tetapi dia tahu wanita
seperti Cecil sering tertarik pada pria kuat.
"Terkadang, perlu pamer
kekuasaan untuk membuat para wanita terkesan," pikirnya.
Lagi pula, di wilayah Gunung Reribu
yang penuh bahaya ini, wanita seperti Cecil adalah aset langka. Menggunakan
sedikit cara licik demi membuatnya tetap patuh dianggapnya sepadan.
Raut wajahnya makin dingin. Dia
membentak, "Aku tanya kamu! Tuli, ya?"
Saka tetap tenang, bahkan tersenyum
kecil. Dia membalas, "Aku butuh barang yang dijanjikan."
"Kamu baru dapat barang itu
kalau sudah ketemu dia! Jangan banyak omong, mana posisinya!" seru Zaqi
tanpa basa-basi.
Dengan santai, Saka membalas,
"Aku nggak punya lokasi pastinya. Tapi perkiraan posisi, aku bisa kasih.
No comments: