Bab 1823
Saka mengangkat tangannya, dan api
yang berkobar seolah memiliki nyawa. Dalam sekejap, nyala api itu membara
dengan panas yang luar biasa.
Namun, Adriel hanya melambaikan
tangan sekali lagi dan menyegel api itu ke dalam sebuah botol giok
Ketika dia melangkah keluar dari
lembah, Cecil sudah menunggunya di sana. Ekspresinya ragu-ragu dan dia bertanya
dengan nada canggung, "Jadi... langkah kita selanjutnya bagaimana?"
Kini mereka telah menyinggung Adair
dan Novea. Langkah berikutnya pasti akan membawa masalah besar...
Langkah selanjutnya...
Adriel tersenyum tipis dan berkata,
"Mengguncang langit dan membalikkan bumi!"
Apa? tanya Cecil dengan bingung.
Namun Saka tak menjelaskan lebih
lanjut. Malam itu sudah larut dan dia segera mengajak Cecil mencari tempat
untuk beristirahat.
Sambil beristirahat, dia juga
menyempatkan diri untuk berolahraga ringan.
Keesokan paginya, dengan tubuh segar
bugar, Saka membawa Cecil menuju pinggiran Gunung Reribu
Tidak peduli ke arah mana mereka
pergi, pasti akan bertemu dengan pertahanan yang didirikan oleh tujuh kekuatan
besar dan keluarga kerajaan. Setiap kali pertahanan terbuka, orang-orang dari
luar akan berbondong bondong masuk
Bertarung sendirian memang sudah
mulai membosankan. Sekarang saatnya menikmati pertempuran massal!
Di sepanjang perjalanan, Cecil hanya
bisa terus menghela napas setelah mengetahui tujuan Adriel. Dia merasa masa
depannya suram, seperti sudah memutuskan untuk mengikuti Saka sampai ke titik
kehancuran.
Namun, Adriel tidak peduli dengan
keluhan Cecil.
Selama perjalanan, pikirannya
dipenuhi dengan kata -kata Dahlia. Apa sebenarnya maksud dari kata-kata itu?
Dia sempat bertanya pada Cecil,
tetapi wanita ini juga kebingungan dan tidak mengerti sedikit pun...
Dalam perjalanan, sambil menyusun
rencana, Saka berencana untuk mencari Gary dan membawanya masuk ke arena ini.
Namun tiba-tiba, dia mendengar suara
pertempuran dari depan.
Ke sana! serunya.
Dia segera membawa Cecil mendekat.
Ketika mereka tiba, pemandangan yang
dilihat Saka cukup mengejutkan. Di jalan sempit di antara dua gunung, sedang
terjadi pertempuran sengit. Namun, bukan seperti yang dia bayangkan, di mana
para bangsawan menindas orang luar.
Sebaliknya... Pertahanan itu hampir
saja dihancurkan!
Sosok gagah berdiri di depan
kerumunan, penuh wibawa dengan aura membunuh khas medan perang. Di
sekelilingnya, banyak prajurit yang berdiri mendampinginya.
Dengan suara lantang, dia berkata,
"Aku datang ke sini atas perintah Panglima Besar. Aku sudah memberi kalian
beberapa kesempatan. Kalau kalian masih menghalangi, maka aku nggak akan segan
-segan membunuh!"
Ketika kata-kata itu terucap, kerumunan
di sekitarnya juga berteriak serempak, "Bunuh tanpa ampun!"
Adriel tertegun melihat sosok itu.
Itu adalah
Gilbert Surya?
Bukan, dalam bayangannya, Gilbert
adalah seseorang yang sering tertindas. Namun ternyata dia berhasil mencapai
posisi seperti ini?
Di antara dua gunung itu, beberapa
sosok berdiri di hadapan Gilbert.
Seorang pria dengan wajah muram
berkata, "
Gilbert, kami juga hanya bekerja
untuk orang-orang di Kota Sentana. Memberimu sepuluh slot untuk masuk adalah
batas kami. Jangan terlalu serakah!"
Gilbert berdiri dengan tangan di
belakang punggungnya. Dengan nada datar dia berkata, " Panglima Besar
menginginkan semua orang masuk."
"Kamu!" Pria itu sangat
marah.
Dia hanyalah anggota luar dari
keluarga di Kota Sentana. Kekuatan di pertahanan ini juga tidak cukup besar
untuk menahan serangan Gilbert dan pasukannya.
Jangan banyak bicara! Kalau bukan
karena Panglima Besar merasa malu membunuh rakyat sendiri, kamu pasti sudah
kehilangan nyawamu. Ini adalah peringatan terakhir. Segera menyingkir atau aku
nggak akan segan-segan bertindak! kata Gilbert dengan tegas.
Dia penuh wibawa hingga membuat darah
orang -orang di sekitarnya ketakutan.
Setelah melalui banyak tempaan, dia
benar-benar memiliki aura pemimpin.
Namun, tiba-tiba terdengar suara
dingin dan menyeramkan, "Gary nggak datang sendiri dan malah mengirimkan
anak buah kecil untuk melewati pertahanan ini? Apakah dia meremehkan
orang-orang dari Lembah Ilahi Obat?"
Seiring dengan itu, sebuah sosok
melayang dari udara dan mendarat dengan keras di tanah. Pria itu berjalan
mendekat dengan sorot mata dingin, hidung bengkok, dan mata tajam yang seperti
elang, menunjukkan bahwa dia bukan orang baik-baik.
Lembah Ilahi Obat sudah berjuang
keras mendapatkan kesempatan ini untuk melayani keluarga Dimasta. Gary justru
mengirimkan anak buahnya kepadaku. Apa dia memandang remeh orang Lembah Ilahi
Obat?
No comments: