Bab 1840
Di luar Lembah Seratus Obat, banyak
orang yang datang untuk mencari pengobatan tertegun melihat ketegangan antara
Saka, Gilbert, serta Rayden.
"Kamu datang cukup cepat, ya?
Apa hanya kamu sendiri di sini? Pilihlah, kamu mau pergi sendiri atau aku yang
akan mengusirmu lagi?" kata Saka sambil menatap Rayden dengan ekspresi
main-main.
Kelompok Saka tahu Gary mungkin akan
datang ke sini, tetapi rupanya Rayden juga memprediksikan hal yang sama. Tepat
ketika dia tiba, Rayden juga muncul di sana.
Tampaknya Rayden memang sengaja
datang untuk mengadangnya.
Namun, Rayden hanya menggelengkan
kepala sambil tersenyum, lalu berkata, "Saka, aku harus mengingatkanmu
kalau ini adalah wilayah Dokter Dewi Sakti. Siapa pun yang berani membuat
keributan di sini akan selamanya ditolak.olehnya. Apa kamu berani bertindak di
sini?"
"Kalau kamu ingin aku pergi,
tentu saja bisa. Tapi beri aku satu Api Ilahi tingkat lima lagi," lanjut
Rayden dengan mata yang menunjukkan ekspresi serakah
Dalam persaingan dengan Devian dan
Sandi tadi, dia kalah langkah, sehingga tidak berhasil mendapatkan Api Ilahi
tingkat lima. Oleh karena itu, dia datang ke sini untuk mencoba
keberuntungannya, berharap bisa mengadang Gary.
Slapa sangka dia malah bertemu dengan
Saka di sini
"Bagi orang sepertimu, satu Api
Ilahi tingkat lima seharusnya bukan masalah besar, 'kan? Jangan khawatir, aku
adalah orang yang menepati janji. Berikan Api Ilahi padaku, lalu aku akan
pergi!" ujar Rayden.
Namun, Gilbert tak dapat menahan
amarahnya." Tempat ini adalah tempat untuk mengobati dan menyelamatkan
orang. Kalau kalian membuat masalah di sini, Dokter Dewi Sakti nggak akan
pernah bekerja sama dengan kalian lagi!"
"Hehe, jadi menurut kalian,
posisi kalian yang seperti gelandangan lebih penting di mata Dokter Dewi Sakti
dibandingkan kami?"
Rayden tertawa seolah baru saja
mendengar lelucon. Meskipun dia tampak seperti orang yang kasar, dia sebenarnya
memiliki rencana yang matang. Dia tahu Saka pasti akan memenuhi permintaannya.
"Kamu mencoba mencari keuntungan
dariku, ya?"
Saka memandang wajah Rayden yang
seakan memancing amarah, menghela napas, lalu tiba-tiba meledakkan energi
sejatinya. Dia siap untuk bertindak.
Tak perlu ditanya, Wennie jelas akan
berdiri di pihak Saka dan lainnya.
Namun, pada saat itu sebuah sosok
tiba-tiba berdiri di depan Rayden.
"Semuanya berhenti..."
Setelah kata-kata yang diucapkan
dengan santai ini terdengar, Julio tampak berjalan keluar dengan tangan di
punggungnya.
Saat dia muncul, banyak orang yang
datang untuk berobat segera memberi hormat padanya.
"Halo, Pak Julio!"
"Pak Julio, apakah kami masih
bisa berobat hari ini?
"Pak Julio, ini ada sedikit
tanda hormat untuk Dokter Dewi Sakti. Tolong diterima!"
Dalam beberapa hari ini, Julio telah
menangani berbagai urusan kecil di lembah. Di mata orang-orang, dia sudah
seperti pengurus utama di sisi Dokter Dewi Sakti, hampir setara dengan pemilik
separuh Lembah Seratus Obat.
Sambil berjalan, Julio tersenyum
ramah, menganggukkan kepala pada semua orang.
"Pak Julio, aku adalah orang Pak
Renan, namaku Rayden dari Sekte Surgawi. Orang ini membuat keributan di sini,
bagaimana menurutmu?"
Rayden yang melihat situasinya segera
mengungkapkan identitasnya dengan penuh senyuman serta nada yang tenang.
Julio hanya mengangguk acuh tak acuh,
tampak kurang tertarik.
Dia datang dengan penuh semangat,
tetapi langsung merasa sedikit kecewa. Ternyata ini hanya konflik di antara
musuh lama, bukan sesuatu yang serius. Dia pikir mereka datang ke sini untuk
mencari masalah...
Julio membalas dengan acuh tak acuh,
"Kalau mau bertarung, selesaikan saja di luar. Jangan membuat keributan di
sini."
"Pak Julio, ini urusan yang
perlu diselesaikan Dokter Dewi Sakti!" ujar Rayden.
Wajah Rayden tampak berubah serius
ketika melanjutkan, "Mungkin kamu belum tahu, tapi sesuatu yang besar
sedang terjadi di luar. Gary masuk ke Gunung Reribu. Tapi bukannya berlatih
dengan baik, dia malah menghasut orang untuk membuat kekacauan di mana-mana!
Semua orang datang mencari kesempatan, tapi mereka malah memusuhi orang-orang
dari wilayah utara dan Kota Sentara, terus mengeluh soal ketidakadilan sosial.
Padahal ini karena mereka sendiri yang nggak cukup berusaha di luar sana.
Sedikit kesulitan saja sudah membuat mereka menghasut orang untuk menghancurkan
ketertiban!"
Rayden menambahkan, "Pak Renan
sudah beberapa kali ditantang olehnya, sampai akhirnya harus mengejarnya. Kami
hanya ingin menangkapnya di sini, tapi Saka ini malah menghalangi kami. Pak
Julio, negara sedang dalam bahaya, tapi mereka malah nggak peduli dengan
keadaannya. Bukankah menurutmu mereka layak dihukum?"
Setelah mendengar penjelasan panjang
ini, orang-orang di belakang Gilbert langsung marah, "Omong kosong! Sejak
awal, kesempatan kita saja sudah nggak setara. Seberapa keras harus bekerja
untuk dianggap cukup keras? Seperti kalian yang ingin merebut warisan Tabib
Agung begitu saja. Kalau pewaris Tabib Agung saja nggak punya peluang, bagaimana
kami bisa memiliki kesempatan?"
Ketika hendak membantah, Julio sudah
mengangkat tangan sembari berkata, "Jadi, ini adalah konflik antara
golongan atas dan bawah?"
"Benar"
Saka tersenyum. Dia merasa Julio ini
cukup cerdik. Dia tidak terpengaruh oleh kata-kata yang membalikkan fakta tadi.
"Kalau begitu... "
Julio merenung sejenak, lalu menatap
Saka dengan sedikit hormat sebelum berujar, "Kalian memang punya
keberanian... "
Julio tahu bahwa sejak awal,
kompetisi di Gunung Reribu ini tidaklah adil. Perlawanan mereka menunjukkan
semangat yang luar biasa.
No comments: