Bab 1838
Namun, Saka berpura-pura tidak tahu,
lalu berkata dengan ekspresi terkejut, "Oh? Apa Dokter Dewi Sakti ini
sehebat itu? Siapa namanya?"
"Namanya nggak diketahui. Semua
orang hanya memanggilnya Dokter Dewi Sakti saja," jawab Cecil.
Identitasnya memang tersembunyi
dengan sangat baik. Memang seharusnya begitu. Wennie dan Gary bisa menjadi
terang dan gelap secara bersamaan. Ini adalah kombinasi terbaik. Wennie memang
benar -benar cerdas.
Tidak heran Gary dan yang lainnya
bisa membangun kelompok di tempat ini. Tampaknya Wennie selalu diam-diam
memberikan pasokan.
Namun, Cecil tampaknya sudah salah
paham. Dia tiba-tiba tersenyum kecil sambil berkata, "Oh ya, katanya dia
nggak secantik aku. Hanya saja, dia memang punya aura yang luar biasa."
"Sialan, kenapa kau menekankan
soal kecantikan? Siapa yang mau kamu sindir? Apa aku terlihat seperti orang
semacam itu? Lagi pula, dia itu istriku! "batin Saka dengan wajah yang
menjadi muram.
Saka mendengus kecil, lalu berkata,
"Di mana Dokter Dewi Sakti itu? Tunjukkan jalannya."
Gilbert memimpin jalan dalam diam.
Rombongan mereka bergerak cepat, melintasi gunung dan lembah.
Di sepanjang perjalanan, Saka secara
tidak langsung menanyakan informasi tentang Wennie.
Namun, Gilbert selalu menghindar,
hanya mengatakan bahwa Wennie adalah seseorang yang mengabdikan hidupnya untuk
menyelamatkan orang.
Ketika ditanya terus, Gilbert
tiba-tiba berkata, " Katanya, suami Dokter Dewi Sakti itu juga seorang
dokter sakti yang hebat. Dia meninggal dunia karena menyelamatkan orang lain.
Kalau kamu mau mencoba mengejarnya, kamu mungkin akan bernasib buruk."
"Siapa sebenarnya yang sedang
kamu singgung?" batin Saka.
"Aku hanya merasa kalau Dokter
Dewi Saktu itu adalah seorang wanita lemah, sementara situasinya cukup
berbahaya. Dia orang baik. Jadi kalau bisa, kita bantu saja dia," jelas
Saka dengan nada yang sedikit tak berdaya.
"Nggak juga," kata Cecil
tiba-tiba dengan nada penuh makna. "Kabarnya, beberapa orang yang
disembuhkan olehnya sangat rela menjadi pelindungnya."
"Hm?" Saka tampak terkejut.
Dia segera mempercepat langkahnya.
Setengah jam kemudian, di Lembah
Seratus Obat.
Di depan sebuah gubuk jerami, seorang
pria muda berwajah tampan dengan aura santai terlihat duduk di kursi malas dari
anyaman bambu. Dia sedang melilitkan perban di lengannya sambil santai menyilangkan
kaki.
"Paman Dasra, bagaimana? Nggak
kelihatan kalau lukaku sudah sembuh, 'kan?"
Di sampingnya, seorang pria paruh
baya berkulit gelap sedang menjemur bahan obat. Pria itu berkata dengan nada
berat, "Pak, kita di sini untuk bersaing di Jalan Kejayaan, bukan untuk
mengejar seorang wanita. Kalau kamu terus membuang waktu seperti ini, kamu akan
tertinggal oleh Shawn dan yang lainnya."
"Omong kosong! Mengejar wanita
biasa itu buang -buang waktu, tapi apakah Dokter Dewi Sakti itu orang
biasa?"
Pria muda itu langsung kembali
membentak, "Kalau bukan karena dia, aku sudah mati! Dia punya jasa dalam
menyelamatkan nyawaku. Apa kamu paham?"
"Kalau begitu, balas saja
jasanya. Beri dia Api Ilahi sebanyak apa pun yang dia minta. Asal nggak lebih
dari tingkat delapan, aku akan mencarikan untuknya!" balas pria paruh baya
itu.
"Api Ilahi nggak ada
apa-apanya!" jawab pria muda itu dengan mata melotot. "Aku tentu saja
harus membalasnya dengan menjadi pendamping hidupnya!"
Ketika mendengar ini, wajah pria
paruh baya itu menjadi muram, sementara hatinya dipenuhi keputusasaan.
Tujuh hari yang lalu, dia dan
majikannya itu mengalami kecelakaan, membuat mereka tersesat di tempat ini.
Mereka diselamatkan oleh Dokter Dewi Sakti ini.
Awalnya, pria paruh baya itu berpikir
ini adalah keberuntungan majikannya. Namun, ternyata itu adalah bencana bagi
mereka!
Majikannya, yang menjadi idola ribuan
gadis di Kota Sentana, kini mati-matian ingin bersama Dokter Dewi Sakti ini.
Bahkan dia juga berpura-pura terluka setiap hari, enggan pergi dari tempat ini.
"Pak, tolong sadarlah. Dengan
status Dokter Dewi Sakti ini, dia nggak mungkin diterima di keluarga
Dinata!" mohon pria paruh baya itu dengan penuh kesedihan.
"Memang kenapa kalau mereka
nggak setuju? Apa mereka akan mengusirku dari rumah?" jawab pria muda itu
dengan santai, tetapi nadanya penuh ketidakpedulian. "Kalau mereka berani
mengusirku, keluarga-keluarga lain mungkin akan tertawa sampai
terbahak-bahak!"
Pria paruh baya itu hanya bisa
terdiam setelah mendengar ini.
Nama keluarga Dinata memang cukup
umum. Namun, jika digabungkan dengan kata Kota Sentana, semua orang akan
langsung menghubungkannya dengan salah satu dari tujuh keluarga besar!
Nama Julio juga cukup umum didengar.
Namun, jika ditambahkan dengan kata-kata "angin, api, hijau tua. Ruvan,
Darta, Novea. Sosok penuh kekejaman seperti binatang buas, meski masih ada
seberkas kebaikan dalam hatinya", semua orang tahu siapa yang dimaksud!
Keluarga Dinata berada di peringkat
keempat dari tujuh keluarga besar. Mereka berada setelah keluarga Syahrir,
keluarga Atmaja, keluarga Romli, serta keluarga Dimasta.
No comments: