Bab 1839
Pria yang dikenal dengan kebaikan
hatinya ini adalah seorang genius langka dari keluarga Dinata. Dia adalah sosok
yang diandalkan untuk memimpin keluarga tersebut selama 100 tahun ke depan.
Apa pun yang ingin dia lakukan,
bahkan kepala keluarga Dinata pun tak bisa menghentikannya.
Pria paruh baya itu merasa mulutnya
kering. Dia hanya bisa berkata dengan pasrah, "Jadi, bagaimana
perkembanganmu dalam mengejar Dokter Dewi Sakti?"
"Ada kemajuan!" jawab Julio
dengan penuh percaya diri.
"Kemajuan seperti apa?"
tanya pria paruh baya itu dengan penuh semangat.
"Dia akhirnya bersedia
memberitahuku kalau dia dari keluarga Lavali!" kata Julio dengan nada
penuh kebanggaan.
Pria paruh baya itu merasa putus asa.
Apa ini bisa disebut kemajuan?
Kenapa majikannya ini jadi kehilangan
akalnya setiap kali bertemu dengan wanita ini?
"Kenapa kamu nggak langsung saja
mengatakan kalau kamu adalah pewaris keluarga Dinata? Dia pasti mau ikut
denganmu!" kata pria paruh baya itu sambil menggaruk kepalanya, mencoba
memberikan saran.
Julio sengaja menyembunyikan
identitasnya dari Wennie, dengan alasan tidak ingin memberikan tekanan padanya.
"Cuih! Dokter Dewi Sakti itu
bukan tipe orang seperti itu!" kata Julio dengan nada menghina. "
Tapi aku memang punya rencana ... 11
"Rencana apa?"
"Hehe... " Julio tersenyum
simpul sambil menggoyang-goyangkan kursi malasnya. "Dengan statusku, di
luar perbatasan ini aku bisa mengalahkan siapa saja. Bahkan orang-orang seperti
Renan pasti akan tunduk dengan patuh kalau melihatku. Nanti seiring persaingan
yang makin memanas, pasti akan ada orang bodoh yang datang untuk mencari
masalah. Pada saat itu, aku akan menyembunyikan identitasku, lalu memukul
mereka sampai babak belur di depan Dokter Dewi Sakti!"
Julio melanjutkan, "Setelah itu,
aku akan terus meningkatkan reputasiku sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya,
ketika kelompok orang-orang tak berguna seperti Renan itu datang mencari
masalah, mereka akan mengenaliku. Mereka akan berlutut dengan rendah hati, lalu
memohon ampun. Aku tentu akan menghajar mereka tanpa ampun dengan sikap santai.
Dokter Dewi Sakti pasti akan menatapku dengan penuh kekaguman."
Setelah menyampaikan rencana ini,
mata Julio tampak bersinar penuh keyakinan. Día tampak sangat puas dengan
dirinya sendiri!
"Oh..."
Pria paruh baya itu mengangguk dengan
ragu, lalu berkata, "Lalu, sejauh mana rencanamu sudah berjalan?"
"Belum berjalan sama
sekali."
Pria paruh baya itu benar-benar tak
bisa berkata kata.
Pada saat itu, pintu gubuk jerami
tiba-tiba terbuka. Seorang wanita dengan keranjang obat di lengannya melangkah
keluar.
"Dokter Dewi Sakti, kamu
akhirnya keluar!"
Julio langsung melompat dengan wajah
penuh senyuman, menyapa dengan antusias.
Wennie meliriknya dengan tatapan
dingin, lalu berkata, "Lukamu sudah sembuh. Sudah saatnya kamu
pergi."
"Siapa bilang aku sudah sembuh?
Jelas-jelas masih belum! Lihat saja, aku masih memakai perban. Kalau disentuh,
masih terasa sakit!" kata Julio sambil mengangkat tangannya, berpura-pura
kesakitan.
"Kalau kamu nggak pergi dalam
waktu tiga hari, aku yang akan pergi."
Wennie mengatakan ini dengan
ekspresi.acuh tak acuh. Kemudian, dia membawa keranjangnya ke gubuk lain tempat
dia biasa merawat pasien setiap harinya.
Julio menatap punggungnya yang
menjauh dengan perasaan kecewa, lalu menghela napas dalam-dalam.
"Pak, dia itu cuma seorang
wanita. Apa harus kamu sampai murung seperti ini?" kata pria paruh baya
itu dengan putus asa.
Julio menghela napas pelan.
"Ketika kamu mencapai ustaku, kamu akan mengerti..."
Pria paruh baya itu tak bisa berkata
apa-apa lagi.
"Sial, ini nggak bisa dibiarkan!
Aku harus segera melaksanakan rencanaku! Aku harus segera menemukan seorang
penjahat!" ujar Julio dengan penuh frustrasi.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar
suara gaduh dari luar.
Suara perkelahian yang sengit bisa
terdengar dengan jelas. "Gilbert Surya datang untuk bertemu dengan Dokter
Dewi Sakti!"
"Pergi dari sini! Kalian nggak
pantas bertemu Dokter Dewi Sakti!" bentak seseorang dengan nada dingin.
"Wah? Akhirnya sang penjahat
datang!"
Mata Julio langsung berbinar, seperti
orang yang kelaparan selama setahun yang akhirnya menemukan makanan lezat. Dia
melompat pergi dengan terburu-buru!
Tak lama kemudian, dia melihat
sekelompok pasien yang sedang mengantre di depan lembah sedang terlibat dalam
pertarungan sengit!
No comments: