Bab 274
Guntur langsung berkata, "Seno,
lebih baik kamu hati-hati, suatu hari kamu bisa kena batunya."
"Aku hanya berkata yang
sebenarnya, Guntur. Aku nggak pernah melakukan itu, mereka yang mengarang
cerita."
Setelah mengucapkan itu, Seno menatap
Nindi dengan nada yang agak memelas, "Ternyata kamu memang Lemon Manis,
kenapa nggak bilang dari awal? Tim kami butuh orang berbakat seperti kamu!
"Aku menolak untuk bergabung,
aku merasa jijik!"
Nindi tidak menutupi rasa jijiknya
terhadap Seno, " Kecuali kamu keluar dari tim E-sport, baru aku pikirkan
lagi!"
Seno tampak kesal, tetapi dia tidak
berani membantah.
Sekarang Nindi bukan orang yang bisa
dia lawan sembarangan.
Beberapa streamer lain yang ada di
sekitar Nindi berkata, "Nindi, ayo kita duel, selama ini kita nggak
sempat, berikan kami kesempatan!"
"Ada aku juga, sebelumnya kamu
ngomong soal masalah teknik, tapi aku nggak bisa atasi itu, bisa bantu aku
lihat?"
Nindi dikerumuni oleh para streamer.
Mereka semua ingin bertanding dengan
Nindi.
Seno hanya bisa melihat dari samping,
dan tidak berani mendekat. Seharusnya dia lebih serius mengejar Nindi, setelah
tahu kalau dia seorang streamer terkenal.
Bagaimanapun, gadis-gadis yang baru
masuk universitas itu sangat mudah ditipu.
Jihan melihat Nindi yang dikerumuni
banyak orang dengan rasa cemburu dan marah.
Karena selama ini Jihan merasa
meremehkan Nindi yang dia anggap hanya anak kampung, tetapi ternyata dia kena
batunya!
Galuh berkata pelan, "Ayo pergi
ke ruang UKS, kamu terluka."
Jihan secara refleks melihat ke arah
Seno, tetapi pria brengsek itu sama sekali tidak memperhatikannya. Akhirnya,
dia hanya bisa pergi dengan perasaan kecewa.
Setelah Nindi selesai berlatih dengan
yang lain, suasana hatinya sedikit lebih baik.
Seorang gadis dari klub memberanikan
diri mendekat dan berkata, "Nindi, boleh nggak aku foto bareng?"
"Boleh."
Setelah Nindi setuju, anggota klub
lainnya juga datang untuk berfoto bersama Nindi.
Tidak lama setelah itu, foto Nindi
diunggah ke forum sekolah, "Streamer besar Lemon Manis ternyata adalah
mahasiswi baru Nindi!"
Postingan ini menjadi populer.
Terlebih lagi, sebelumnya Nindi sudah
mengunci banyak ponsel orang, sebuah prestasi yang belum pernah ada sebelumnya.
Setelah acara berakhir, Guntur
mengajukan kepada Nindi sekali lagi, "Kami mengundangmu untuk bergabung dengan
Tim E-Sports kami, pasti tim ini nggak akan mengganggu keanggotaanmu di tim
nasional!"
"Oke, akan aku
pertimbangkan."
Nindi merasa dengan adanya Seno di
sana, dia sama sekali tidak ingin bergabung dengan Tim E-Sport di markas.
Kotor sekali.
Guntur merasa jauh lebih baik, si
brengsek Seno akhirnya melakukan sesuatu yang berarti.
Nindi kembali ke asrama dan langsung
tidur.
Keesokan harinya, dia terbangun oleh
suara tangisan Jihan.
"Jihan, bagaimana kalau kita
lapor polisi saja."
"Nggak bisa, dia mengambil foto
dan video telanjangku. Kalau aku melaporkannya, pria brengsek itu bilang akan
mengirimkannya ke grup teman-teman, lalu bagaimana aku bisa hidup setelah
itu?"
Jihan terus menangis.
Nindi yang terbangun oleh tangisan
itu merasa kesulitan tidur lagi. Dia bangun sambil menguap dan pergi ke kamar
mandi.
Jihan melirik Nindi dan dengan
sengaja berkata, " Kecuali ada seseorang yang bisa membobol ponsel pria
brengsek itu dan menghapus foto serta video itu!"
Orang yang bisa membantunya hanyalah
Nindi.
Namun Nindi langsung pergi ke kamar
mandi dan sama sekali tidak menghiraukan Jihan.
Setelah Nindi keluar dari kamar
mandi, Jihan dengan nada marah bertanya, "Nindi, tadi kamu jelas mendengar
apa yang aku katakan, kenapa nggak bilang apa-apa?"
Kenapa tidak membantunya?
Lagi pula, kemampuan Nindi dalam
meretas pasti bisa menyelesaikan masalah ini.
Nindi dengan tenang menjawab,
"Apa wajahku terlihat seperti malaikat?"
No comments: