Bab 1869
Sebuah suara dingin terdengar. Itu
adalah seorang kultivator lepas yang memanfaatkan kesempatan dengan
mengumpulkan semua orang menjadi satu kelompok dan menekan Gunung Nagari.
Semua orang meremehkan dan hendak
menyerang untuk merebut obat herbal, tetapi saat ini, sebuah suara dingin
terdengar dari Danau Solaris.
"Marko, Pemimpin Paviliun Yasobi
punya urusan di sini, siapa yang berani menyerang?"
Felicia berjalan keluar, sangat
perkasa dan dia menatap semua orang dengan dingin.
Kali ini, kesombongan semua orang
sebelumnya tiba tiba menghilang dan digantikan dengan kegemparan.
"Marko? Benarkah itu dia?"
"Siapa dia?" tanya
seseorang.
"Orang bodoh dari mana? Pembunuh
Pavilion Yasobi harus menyembunyikan identitas mereka dan hanya menggunakan
kode sebagai nama panggilan, Marko adalah salah satu dari empat pemimpin
Paviliun Yasobi! Dia selalu melakukan pembunuhan instan, kenapa dia ada di
sini?"
"Kabarnya, Marko juga berasal
dari keluarga besar di Kota Sentana, tapi nggak tahu kenapa bergabung dengan
organisasi pembunuh secara sukarela, benar benar mempermalukan keluarga besar
tersebut."
"Nggak bisa dikatakan seperti
itu. Paviliun Yasobi ini tampaknya sangat misterius. Renan pernah mengatakan
bahwa dia ingin menaklukkan Gunung Perian dan Gunung Nagari, tapi nggak pernah
mengatakan ingin menaklukkan Pavilium Yasobi...
Seseorang mengatakan dengan takut dan
tidak berani mendekat lagi.
"Semuanya mundur! Siapa yang
berani maju satu langkah, akan menghadapi pemburuan Paviliun Yasobi!" seru
Felicia dengan dingin.
"Kami hanya datang untuk melihat
kemampuan membunuh Pak Marko, nggak bermaksud untuk menjadi musuh Paviliun
Yasobi..." ucap pria Gunung Perian yang sebelumnya bersikap sombong.
Semua orang juga ikut menyahut dan
sama-sama mundur dengan jarak yang cukup jauh, menunjukkan rasa takut yang
besar terhadap kehebatan Marko.
Hal ini sangat kontras dengan sikap
arogan mereka sebelumnya terhadap Wennie.
Hanya sebuah nama, bisa membuat semua
orang mundur karena takut!
Tatapan Cecil penuh kemarahan,
kelompok orang ini menyepelekan dan jelas meremehkan mereka.
"Nggak tahu siapa yang sedang
berebut dengan Marko, kenapa majikan nggak keluar? Apa dia melepaskan Obat
Herbal Abadi begitu saja?"
Cecil mengerutkan kening dan melihat
ke arah Danau Solaris dari kejauhan, tetapi dia takut dengan ketangguhan Marko
dan tidak berani terlalu dekat.
Tidak bisa melihat situasi di sana
dengan jelas dan tidak tahu siapa yang sedang berebut dengan Marko.
"Pilihan Saka tepat. Kita harus
bersabar saat kekuatan kita lemah, nggak boleh menyinggung Paviliun Yasobi...
Obat Herbal Abadi ini hanya bisa diberikan kepada mereka."
Wennie menghela napas ringan dan
wajahnya terlihat penuh penyesalan.
Sementara itu, pada waktu bersamaan.
Di samping Danau Solaris.
Pria paruh baya bernama Marko
menghela napas ringan, lalu berkata, "Akhirnya terbongkar juga... "
Saka tersenyum dan berkata,
"Kulihat kamu sangat menikmati berpura-pura hebat."
"Bagaimana denganmu? Apa masih
ingin melawanku ?" tanya Marko dengan tenang sambil menatap Saka.
"Aku ingin mencobanya... "
jawab Saka sambil tersenyum.
"Membunuh bukanlah hal yang bisa
dicoba-coba "balas Marko.
Marko menundukkan kepala dan
menyentuh pedang panjang dengan lembut, tiba-tiba dia mengangkat kepala dan
menatap Saka, kilatan dingin melintas di atas pedang, "Kecepatanku dapat
ditumpuk, satu pedang lebih cepat dari pedang yang lain," ujar Marko.
"Ya, aku tetap ingin
mencobanya," balas Saka.
Saka tersenyum dan semangat
pertempurannya meningkat. Ini adalah pertama kalinya dia bertarung dengan
seorang tingkat langit tahap kesembilan yang kuat!
No comments: