Bab 609
Setelah melakukan semua
itu, Nindi menatap Darren yang tampak kesal dan frustasi, "Orang yang
minta buat dibelikan itu Sania, bukan aku."
"Nindi, kamu gila,
ya! Sekalipun aku salah ingat, mana pantas kamu mengotori wajahku?"
Ludo nyaris naik pitam.
Dia buru-buru mengambil tisu yang disodorkan oleh asistennya untuk menghapus
sisa kue di wajahnya.
Nindi tersenyum santai,
"Kalau begitu, seharusnya kamu sudah ingat sekarang, yang suka kue ini itu
Sania, bukan aku. Harusnya kamu berterima kasih, ' kan?"
Begitu melihat taksi
datang, Nindi langsung membungkuk dan masuk ke dalam mobil.
Darren, yang masih penuh
amarah pun berteriak, " Nindi, turun! Aku masih mau tanya sesuatu! Waktu
di Restoran Pyrus, kamu sengaja panggil Yanisha buat ke sana, 'kan?"
Nindi melirik keluar
jendela dengan ekspresi datar, " Ternyata kamu cukup pintar menyembunyikan
fakta kalau Yanisha adalah teman sekamarku, ya."
"Aku nggak
bermaksud menyembunyikannya. Mana aku tahu kalau Yanisha nggak pernah cerita ke
kamu soal siapa dia sebenarnya?"
Darren berbicara dengan
sedikit gugup, "Tapi seharusnya kamu kasih tahu aku dulu, kalau kamu mau
mengajak Yanisha makan malam."
Andai dia tahu lebih
awal, Darren pasti tak akan membiarkan kejadian di hari itu terjadi.
Nindi menatapnya dengan
sinis, "Kasih tahu kamu dulu? Kalau begitu, aku nggak bakal bisa melihat
pertunjukan yang menarik, dong? Aku juga harus berterima kasih pada Sania. Dia
nekat mencuri pakaiannya orang lain. Kalau nggak tahu situasinya, mungkin orang
bakal mengira Sania punya hubungan spesial denganmu."
"Nindi, pasti kamu
yang ngomong kalau aku punya hubungan lain dengan Sania di depan Yanisa,
'kan?"
Pantas saja sikap
Yanisha padanya dingin beberapa hari ini.
Sekarang, proyek
kecerdasan buatan yang sedang ia kerjakan berada di tahap investasi yang sangat
penting. Dia tidak boleh kehilangan dukungan dari keluarga Ciptadi.
Perkataan Darren menjadi
jauh lebih tajam, " Sebaiknya kamu tutup mulut dan jangan ngomong
sembarangan."
"Kalau begitu, aku
juga menyarankan kamu nggak cuma jadi suami yang hanya bisa numpang hidup. Kamu
mungkin nggak bakal sanggup menjalaninya nanti."
Mendengar istilah
"numpang hidup", membuat amarah Darren langsung membuncah. Dia
mengulurkan tangan, berniat menarik Nindi keluar dari mobil. Namun, supir taksi
dengan sigap menginjak pedal gas hingga mobil itu langsung melaju kencang.
Melihat Darren yang
berdiri di sana dengan wajah merah padam karena marah, Nindi justru merasa itu
sangat menggelikan.
Saat itu juga, ponsel
Nindi ikut berdering. Dia tak perlu menebak siapa yang menelepon.
Nindi sontak menolak
panggilan itu.
Setelah taksi itu sampai
di depan Perusahaan Patera Akasia, Nindi naik ke lantai tempat Departemen
Teknis berada. Dia datang untuk mendiskusikan masalah teknis terbaru yang akan
mereka hadapi. Masih banyak pengujian yang perlu dilakukan sebelum semuanya
bisa berjalan dengan lancar.
Begitu memasuki kantor,
ketua tim menyambutnya dengan senyum semringah, "Lama nggak bertemu.
Kudengar tim kalian menang di babak awal turnamen kali ini. Selamat."
"Terima
kasih."
Rekan-rekan kerja Nindi
memang tahu bahwa dia juga seorang streamer game. Itu bukan rahasia lagi.
Nindi duduk di depan
komputer dan mulai menguji data. Sembari memperhatikan layar, ketua tim di
sebelahnya pun berkomentar, "Kudengar Lesmana Grup juga sedang
mengembangkan proyek kecerdasan buatan. Mereka terus membandingkan produk
mereka dengan milik kita."
Nindi terhenti sejenak,
"Bukankah mereka sudah kalah dalarn proses lelang?"
Dulu, ketika tim milik
Leo dibubarkan, lalu skandal Brando juga terungkap, situasinya menjadi semakin
rumit. Pada akhirnya, Nindi setuju untuk tidak menuntut demi menyelidiki
insiden kecelakaan itu.
Akan tetapi, dampaknya
sudah terlanjur terjadi. Pada akhirnya, bisnis yang dijalankan oleh Darren
tetap saja mengalami kerugian besar.
Mungkinkah masih ada
dana untuk berinvestasi di proyek kecerdasan buatan?
"Itu memang benar.
Kudengar mereka baru saja mendapatkan pendanaan. Bahkan, mereka juga bekerja
sama dengan sebuah perusahaan luar negeri untuk mengembangkan proyek ini
bersama-sama."
Nindi termenung sejenak.
Ini berbeda dari kehidupan sebelumnya.
Dahulu, seluruh aset
perusahaan Nando akan diinvestasikan ke dalam proyek kecerdasan buatan. Nindi
bahkan ikut terlibat, kemudian mereka berhasil memenangkan tender hingga
akhirnya sukses melantai di bursa saham.
Namun, bagaimanapun
juga, untuk saat ini, Perusahaan Patera Akasia masih berada di posisi yang
lebih unggul.
Seseorang berjalan
mendekat dan berkata kepada Nindi, "Bos memintamu ke kantor. Sepuluh menit
lagi semua akan berkumpul di ruang rapat."
Nindi melirik hasil uji
coba terbaru yang ada di layar. Dia sudah bisa memperkirakan di mana letak
masalahnya.
Dia seketika mengambil
dokumen hasil cetakan dan berjalan menuju kantor.
Begitu masuk, dia
terkejut melihat sosok yang duduk di kursi, Cakra. Pupil matanya sedikit
mengecil Sekilas, dia hampir mengira itu adalah Zovan.
Hari ini, Cakra
mengenakan setelan jas formal, kancing bajunya tertutup rapat hingga ke leher.
Penampilannya memberikan kesan dingin dan berwibawa
Harus diakui, Cakra
memang sangat cocok mengenakan setelan jas.
Dia mendongak dan
menatap Nindi dengan tatapan yang dalam dan tajam, "Kenapa berdiri di
depan pintu? Takut aku memakanmu? Masuklah."
Nindi melangkah masuk ke
dalam kantor, dengan sengaja tidak menutup pintunya.
Di dalam ruangan, hanya
ada mereka berdua.
Dia berjalan mendekat
dan meletakkan dokumen di atas meja, "Ini data yang sudah aku kumpulkan
beberapa waktu terakhir, termasuk masalah yang ditemukan dan beberapa saran
buat optimalin hasilnya."
Cakra mengulurkan tangan
untuk mengambil dokumen itu. Sekilas, Nindi memperhatikan jemarinya yang
ramping dan tampak indah.
Namun, bukannya langsung
membaca, dia malah membiarkan jarinya menekan bagian atas dokumen, mengusapnya
perlahan.
Nindi menatapnya dengan
heran. Apa maksudnya ?
Mata mereka bertemu
dalam tatapan yang penuh teka teki.
Pandangan Cakra perlahan
turun, menyapu tubuh Nindi. Baru saat itulah dia menyadari bahwa hari ini Nindi
mengenakan rok pendek. Cakra pun memperlihatkan sepasang kakinya yang jenjang
dan ramping, rasanya cukup memesona.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: