Bangkit dari Luka ~ Bab 608

 

Bab 608

 

"Nindi, kamu juga harus patuh pada aturan. Mana boleh bertindak semaumu sendiri!"

 

"Kapten yang sebelumnya memang penurut, bahkan membantu keluarga Morris buat cuci uang. Jangan-jangan, kamu juga terlibat, ya?"

 

Begitu Nindi mengucapkan itu, ekspresi atasannya langsung berubah, "Kamu ngomong apa, sih? Aku mana mungkin terlibat? Itu cuma tindakan pribadi kapten yang sebelumnya, Kapten Seno."

 

Nindi hanya menatapnya tanpa berkata apa pun, tetapi sorot matanya tajam dan mengintimidasi.

 

Akhirnya, sang atasan berdiri, "Tapi kamu juga nggak bisa begitu saja menyinggung keluarga Morris. Kalau mereka marah, bagaimana kita bisa bekerja ke depannya?"

 

"Aku punya bukti kejahatan mereka. Jadi, mereka nggak akan berani macam-macam. Aku jamin, sekalipun mereka menarik dana, tim ini nggak akan terpengaruh."

 

Nindi sudah bicara sejauh ini. Alhasil, sang atasan pun tidak bisa membantah lagi dan hanya bisa pergi.

 

Setelah menyelesaikan masalah itu, barulah Nindi keluar dari kantor.

 

Galuh buru-buru mendekat, "Bos tadi marah-marah, ya? Semua orang juga bisa melihat apa yang terjadi tadi malam. Senior kita bahkan pernah bilang kalau ada yang lebih parah dari ini dulunya."

 

Nindi menatap orang-orang di sekitarnya, "Aku nggak peduli bagaimana dulu. Tapi selama aku yang jadi kapten, aku nggak akan biarkan kalian dipaksa menemani minum atau jamuan kotor seperti itu!

 

Galuh sontak bertepuk tangan, "Luar biasa! Kapten memang benar-benar bijaksana!

 

"Ada satu hal lagi yang perlu diumumkan. Mulai hari ini, Yudha resmi menjadi wakil kapten. Jadi, kalau aku lagi nggak ada di markas, dia yang bakal memimpin latihannya."

 

Setelah pertandingan kali ini, Nindi menyadari bahwa Yudha adalah pemain terkuat di tim setelah dirinya.

 

Yudha tersenyum tipis, "Kalau kita semua berusaha lebih keras, tahun depan kita pasti bisa menjuarai kompetisi nasional!"

 

Semangat Nindi langsung membara ketika mendengar kata-kata itu.

 

Memang benar, kali ini, dia harus meraih gelar juara dengan tangannya sendiri. Tidak akan ada lagi cerita dirinya hanya menjadi batu loncatan untuk orang lain.

 

Nindi berlatih beberapa saat lagi sebelum akhirnya melirik jam. Dia lalu meraih tas selempangnya dan bersiap untuk pergi.

 

Yudha berjalan mendekat, "Sore ini kamu nggak ada kelas, 'kan? Mau ke gym bareng?"

 

"Nggak, deh. Aku mau keluar, ada urusan."

 

Nindi berencana pergi ke Perusahaan Patera Akasia untuk menghadiri rapat. Proyek yang sedang mereka kerjakan telah mengalami perkembangan. Alhasil, dia harus datang langsung untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.

 

Yudha terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, " Nanti kalau ada waktu, kita ke gym bareng, ya."

 

"Oke, nanti kita atur lagi."

 

Setelah mengatakan itu, Nindi langsung pergi. Dia tak ingin lagi memikirkan apakah Yudha masih orang yang sama seperti dulu atau bukan.

 

Entah benar atau tidak, yang jelas jelas dia sukai sekarang adalah Cakra.

 

Itu adalah sesuatu yang tak perlu diragukan lagi.

 

Saat tiba di gerbang kampus, Nindi kebetulan melihat Yanisha turun dari mobil bersama Darren.

 

Yanisha menyapa terlebih dahulu, "Kebetulan sekali. 11

 

Nindi langsung menyadari bahwa ekspresi Yanisha tidak begitu baik. Tampaknya, ada sesuatu yang terjadi.

 

Nindi tak berniat bertanya lebih lanjut, melainkan hanya tersenyum, "Iya, kebetulan sekali."

 

"Kalau begitu, aku kembali ke asrama dulu."

 

Setelah mengucapkan itu, Yanisha pun berbalik dan pergi.

 

Darren mengulurkan sebuah kotak berisi kue, "Ini buat kamu, bawa ke asrama dan makanlah nanti."

 

"Aku lagi diet, nggak bisa makan yang manis-manis, "tolak Yanisha dingin.

 

Darren hanya bisa mematung di tempat, sembari masih memegang kotak kue itu dengan perasaan kikuk

 

Nindi menyaksikan kejadian itu dengan tatapan sinis. Ternyata ada harinya juga Darren bisa dipermalukan seperti ini.

 

Dia melihat Darren berjalan mendekatinya. Dengan alis sedikit terangkat, Nindi pun bertanya, "Ada apa? 11

 

"Ini ada kue, kamu ambil saja, aku nggak suka makan yang manis-manis."

 

Sudut bibir Nindi melengkung dingin, "Kamu kira aku tempat sampah, hah?"

 

"Ini kue merek terkenal edisi terbatas, susah sekali buat didapatkan. Lagi pula, belum disentuh sama sekali. Dulu kamu bahkan pernah minta tolong aku buat belikan ini dan kirim ke tempatmu, 'kan?"

 

Darren langsung mengeluarkan kue kecil dari kotaknya dan menunjukkannya pada Nindi.

 

Nindi terkekeh kecil. Lalu, dia mengambil kue itu dan menempelkannya ke wajah Darren tanpa ragu.

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 608 Bangkit dari Luka ~ Bab 608 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 20, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.