Bab 1654
Namun saat itu, Adriel sama sekali
tidak melirik mereka, matanya justru tertuju pada danau darah yang bergelora
dan berkata, "Akhirnya keluar juga..”
"Apa?"
Steven sedikit terkejut, lalu
mendongak. Matanya langsung membesar dan bergumam, "Tunggu, itu ...
Saat itu, Gemma juga mengikuti arah
pandangnya dan langsung terkejut.
Danau darah itu tiba-tiba bergelora
dan sebuah pilar darah muncul. Di puncak pilar tersebut berdiri sosok yang
tampak sangat tua dan lemah.
Orang tua itu bergerak lambat,
melangkah di atas gelombang darah, lalu dengan hati-hati menjejakkan kaki di
tanah. Mungkin karena sudah lama tidak bergerak, tubuhnya sedikit goyah saat
menyentuh permukaan tanah.
"Pak Wongso!"
Melihat sosok tersebut, Steven dan
yang lainnya langsung sangat senang.
Dengan terbunuhnya naga mayat,
akhirnya Wongso keluar!
"Terima kasih... "
Wongso tersenyum lemah. Dia
mengenakan jubah darah yang berlumuran, tetesan darah jatuh dari ujung bajunya,
sosoknya tampak seperti baru saja keluar dari neraka.
Dia tersenyum, memancarkan aura
kedamaian, meski sedikit tampak aneh.
"Aku Steven dari Lembah Ilahi
Obat hormat pada Pak Wongso!"
Steven sangat emosional dan memberi
hormat.
"Aku Gemma dari Sekte Akasia
hormat pada Pak Wongso!"
Gemma juga segera memberikan salam
dan wajahnya penuh kegembiraan. Dengan diselamatkannya Wongso, itu berarti
bahaya telah teratasi dan tujuan terbesar perjalanan mereka telah tercapai!
"Ah, ternyata ini anak-anak dari
Sekte Akasia dan Lembah Ilahi Obat... Berdirilah, berdirilah, kalian adalah
penyelamat hidupku, nggak perlu begitu sungkan."
Wongso tampak makin bersahabat. Dia
melambaikan tangannya, wajahnya yang penuh darah tetap menunjukkan rasa akrab.
Steven dan yang lainnya segera
berdiri.
"Tiga tahun, rasanya seperti
sudah lama sekali..."
Wongso memandang danau darah di
sekitarnya, kemudian menatap tubuh-tubuh yang berbaring di sana dengan sedikit
rasa iba lalu berkata, "Untuk menyelamatkanku, begitu banyak nyawa
melayang..."
"Pak Wongso! Keponakanmu, Kiran
juga telah berkorban besar!" ujar Steven.
Lalu, Steven tersenyum gembira dan
langsung menunjuk Adriel serta Nyonya Freya lalu berkata, " Kiran telah
dibunuh oleh orang ini, jalur bela dirinya terputus! Tadi saat menghadapi naga
mayat, mereka hanya menonton dan berharap kami berdua mati!"
"Pak Wongso, mohon
keadilannya!"
Mendengar itu, Nyonya Freya langsung
menyipitkan matanya, menambah kewaspadaan.
Adriel seolah tidak mendengar apa
pun. Dia hanya tersenyum dan sedikit mengangguk ke arah Wongso lalu berkata,
"Pak Wongso, salam kenal, aku Adriel.
Sebenarnya aku juga berjasa dalam
menyelamatkanmu ... "
"Diam! Apa jasamu! Kamu pikir
Pak Wongso akan memaafkanmu begitu saja? Terlalu naif!" ejek Gemma.
Dia tak lagi berpura - pura. Sekarang
pertarungan sudah mereda, ini saatnya bagi dia untuk membalas dendam!
"Nggak perlu banyak bicara,
setiap kesalahan pasti ada balasannya! Tapi... "
Wongso mulai menatap mereka dengan
ekspresi yang makin dingin, lalu dengan lembut menatap Steven dan Gemma dan
berkata, "Tapi jika ada yang berbuat baik harus diberi hadiah. Nanti akan
kuberikan kalian hadiah yang berharga."
"Terima kasih banyak, Pak
Wongso!"
Steven dan Gemma sangat gembira dan
mengucapkan terima kasih.
Saat itu, Wongso sudah tersenyum dan
melangkah menuju Nyonya Freya dan yang lainnya dengan ekspresi sedikit
menyesal. Dia berkata, "Dulu ketika kamu datang, aku mengira kamu akan
menyelamatkanku, tapi ternyata kamu bukanlah orang baik. Sayang sekali..."
Saat itu, Steven dan Gemma pun
tersenyum dingin dan siap menghadapi Nyonya Freya.
Nyonya Freya tampak waspada dan
mundur perlahan.
Meskipun ilusi bintang miliknya
sangat kuat, memungkinkan untuk bertarung melawan lawan yang lebih kuat, dia
tidak tahu mengapa dia merasa ada ancaman yang tidak biasa dari sosok ini.
Steven dengan dingin berkata,
"Adriel, apa kamu sudah memikirkan kamu juga akan berakhir di hari
ini?"
No comments: