Bab 249
Nindi hanya benar-benar geli.
Dengan sinis, dia berkata,
"Kalau kalian nggak bisa main sebaik orang lain, mestinya pulang dan
latihan yang benar. Jangan cari-cari alasan!"
"Nindi, kamu pasti curang. Aku
nggak pernah melihatmu main gim di kampus. Bahkan, kamu nggak punya komputer.
Mana mungkin kamu bisa jago sekali?"
Jihan merasa Nindi telah tertangkap
basah. Jadi, dia langsung berkata dengan sangat percaya diri. " Karena
Nindi pakai program curang, pertandingan tadi nggak masuk hitungan!"
Seno pun seketika percaya diri.
"Benar, itu tadi nggak dihitung! Ayo, kita bertanding lagi!"
Nindi, seorang pendatang baru.
Bagaimana mungkin bisa mengalahkan dirinya. Pasti ada yang nggak beres!
Nindi mencibir, "Nggak perlu
repot-repot, aku pakai program curang atau nggak, toh, akan ketahuan juga pada
hari seleksi Tim E-Sport."
"Nindi, kamu sudah pakai program
curang, terus masih berani berharap ikut seleksi?"
"Apa kalian punya bukti? Aku
nggak mau buang waktu dengan kalian di sini!"
Suara Nindi datar, matanya menatap
orang lain bagai melihat sampah.
Dengan nada dingin, Seno berkata,
"Baiklah, kita tunggu saja evaluasi akhir pekan, Kalau kamu kalah, kamu
harus berlutut dan minta maaf di depan umum!"
"Jadi, kalau kalian kalah,
kalian juga harus berlutut dan minta maaf!"
Nindi mendongak dengan sikap angkuh.
Seno segera menjawab, "Baik,
jangan sampai kamu menyesal!"
Pada saat itu, semahir apa pun Nindi,
dia tidak akan mampu mengalahkan satu Tim E-Sport sendirian!
Dia menantikan momen Nindi dilibas
oleh Tim E-Sport hingga kalah dalam pertandingan, lalu berlutut meminta maaf!
Nindi berbalik dan meninggalkan
Markas Tim.
Jika tidak ingin mengikut seleksi tim
nasional, dia tidak akan bertahan di Tim E-Sport yang sangat toksik begini!
"Tunggu sebentar, Nindi!"
Nindi menoleh dan melihat ada dua
gadis yang mengejarnya. "Ada apa?"
"Terima kasih sudah mewakili
kami tadi. Kami dukung kamu!"
Nindi menduga, Seno pasti sering
melakukan pelecehan. Mungkin sebelumnya, ada gadis lain yang mengalami hal
serupa seperti dirinya!
Nindi tersenyum. "Aku senang
melakukannya."
Karena dia sudah menghadapi perlakuan
seperti itu, tentu dia tidak akan membiarkan bajingan semacam itu lolos begitu
saja. Apalagi, orang seperti Seno menjadi Kapten Tim, entah berapa banyak gadis
yang akan menjadi korban.
Dia kembali ke asrama setelah makan,
melihat Jihan sedang duduk berlatih memainkan gim di depan komputer.
Galuh juga bermain online. Dia
terlihat lebih baik ketimbang Jihan yang masih pemula.
Setelah karakter dalam gimnya mati,
Jihan mulai mengutuk, "Galuh, ini semua salahmu, kenapa kamu nggak datang
menyelamatkanku?"
Galuh memperbaiki letak kacamatanya.
"Maaf."
Nindi langsung mengeluarkan suara
tawa sinis. Jihan langsung berdiri setelah mendengar tawanya. " Nindi, apa
maksudmu? Barusan mengejekku, 'kan?"
"Kalau kamu merasa begitu,
berarti memang begitu.
"Kamu pakai program curang, kamu
jangan merasa hebat. Kamu mungkin nggak lebih baik dariku. Kakak Seno itu
pemain profesional yang hebat. Kamu boleh sombong beberapa hari ini, tapi lihat
saja nanti. Sabtu malam, pas tes seleksi, kamu akan berlutut minta maaf!"
Jihan tetap yakin Nindi pasti
menggunakan program curang sampai bisa sehebat itu!
Nindi terdengar datar saat membalas,
"Seno itu bukan orang baik!"
"Nindi, kamu cuma iri saja
karena kakak kelas lebih perhatian sama aku. Jadi, kamu bilang begitu, 'kan?
Kamu mendekati Kak Seno, tapi ditolak, malah bilang dia melecehkanmu. Aku sudah
sering lihat gadis sepertimu. Orang udik, tetap saja orang udik!"
Melihat Jihan begitu terobsesi, Nindi
tidak bicara apa-apa lagi.
Kata-katanya pasti masuk telinga kiri
dan keluar lewat telinga kanan!
Setelah Nindi selesai mandi, dia
berbaring di ranjang mencari perkembangan insiden perundungan yang dilakukan
Serena. Topik itu sudah lama hilang dari daftar pencarian populer, bahkan
pencarian kata kunci itu pun diblokir!
Hah, sepertinya, keluarga Morris
sudah mengeluarkan uang banyak!
Namun, keluarga mendiang masih
menggugat di internet dan menyampaikan analisis polisi, di mana foto dan video
yang diunggah di internet telah diedit. Jadi, tidak dapat dijadikan alat bukti!
Setelah Nindi melihat itu, dia meretas
ponsel Serena lagi, dan mengunggah konten yang persis seperti konten terakhir
di Twitter. "Sampah dari kelas bawah mau menuntutku."
Dia juga telah membuat beberapa
alamat IP virtual di luar negeri untuk mengunggah video serta foto-foto ini.
"Kebenaran nggak seharusnya
ditutup-tutupi." Ada pesan lainnya juga. "Serena harus masuk penjara
karena melakukan perundungan hingga teman sekelasnya meninggal!"
Aksi perundungan yang dilakukan
Serena kembali menjadi topik yang paling banyak dibicarakan.
Setelah Nindi merilis video dan foto
tersebut, langsung ada yang melacak alamat IP-nya. Dia sudah memperkirakan hal
ini akan terjadi, makanya sudah dia antisipasi.
No comments: