Bab 257
Nindi memikirkan hal ini, dia melihat
Zovan, " Berapa lama aku pingsan?"
"Satu hari, kemarin kalian
kecelakaan mobil!"
"Jadi seharusnya semua orang di
Keluarga Lesmana sudah lihat rekaman itu sekarang!"
Nindi ingin bertanya kepada Kak Nando
tentang bukti rekaman itu!
Nindi mengeluarkan ponselnya untuk
menelepon Nando, tetapi tidak ada yang mengangkat.
Kenapa tidak ada yang mengangkat?
Tak gentar, dia terus menelepon,
tetapi kali ini panggilannya tersambung.
Hanya suara Sania yang terdengar di
seberang telepon, "Halo, Nindi, mau apa kamu nyari Kak Nando?"
"Kenapa ponsel Kak nando bisa
ada di kamu?"
"Karena omongan kamu yang bikin
Kak Nando marah sampai pingsan kemarin, dia masuk rumah sakit, dan sekarang dia
masih belum sadar."
Mendengar ini, Nindi dengan dingin
menjawab, " Flashdisk itu jatuh ke tangan kamu ya? Kamu kerja sama
Keluarga Morris buat ngerebut laptop itu?"
"Kamu ngomong flashdisk komputer
apa sih? Aku nggak paham, sudah ya."
Sania langsung memutuskan telepon,
sudut bibirnya sedikit terangkat, meskipun Nindi bereaksi sekarang, itu tidak
ada gunanya.
Rekaman telah dihancurkan sepenuhnya.
Namun, ketika Sania menoleh, dia
melihat Nando sudah sadar.
Sania terkejut, senyumnya membeku,
"Kak Nando, kapan kamu bangun?"
"Saat kamu menyangkal
flashdisk.'
Nando melihat dirinya mengenakan
pakaian pasien, dia dengan wajah dingin bertanya, "Di mana
flashdisknya?"
"Kak Nando, kamu benar-benar
nggak bisa maafin aku sekali saja? Aku yang nyelametin kamu pas kamu pingsan di
jalan!"
Sania masih menolak untuk menyerah.
"Berikan aku flashdisk itu, aku
akan pertimbangkan. 11
"Nggak, kamu pasti akan
nunjukkin ini ke Kak Darren, 'kan?"
Nando terlihat dingin, "Kalau
kamu ngerasa nggak bersalah, kenapa kamu takut Kak Darren tahu?"
"Kak, ayahku pernah
menyelamatkan Nindi. Dia meninggal karena bom saat kembali untuk menyelamatkan
orang tuamu. Kamu nggak bisa memperlakukanku begini!" 2
"Kalau bukan karena ayahmu, kamu
sama sekali nggak punya kesempatan untuk datang ke Keluarga Lesmana. Berikan
flashdisk itu padaku, dengar nggak?"
Sania sudah tahu, tidak peduli
seberapa menyedihkannya dia berpura-pura, tidak ada cara untuk menggoyahkan
keputusan Nando.
Dia melihat ke luar ruang perawatan,
kemudian merendahkan suaranya dan berbisik, "Aku sudah menghancurkan
flashdisk itu."
Nando langsung melayangkan tamparan
ke Sania, " Siapa yang kasih kamu keberanian buat ngelakuin ini!"
"Kak, aku benar-benar nggak
pernah ngelakuin sesuatu yang nyakitin Kak Nindi, kenapa kamu nggak percaya
aku!"
Tiba-tiba Sania mulai menangis dan
mengeluh.
Darren baru saja masuk ke ruang
perawatan, dia melihat Sania menutupi wajahnya, "Nando, kenapa kamu nampar
Sania?"
"Kak Darren, kamu nggak tahu apa
yang dilakuin Sania? Beberapa hari lalu, Nindi hampir mengalami masalah di bar,
itu karena dia bekerja sama dengan Serena, dan dia juga ngeracunin Nindi!"
Sania membantah dengan sedih,
"Kak Darren, aku beneran nggak ngelakuin ini."
"Sania, kamu berani ngeles? Saat
itu kamu juga ada di bar, banyak saksinya!"
"Aku, aku memang pergi ke bar,
tapi Nindi sudah menyinggung Serena, dan Serena memaksanya minum dua gelas.
Nggak ada ngeracunin, penculikan atau apa pun itu!"
Ketika nando melihat mata Sania
terbuka, dia tidak bisa memercayainya untuk sesaat.
Tidak menyangka akting Sania ternyata
sebaik itu!
Darren mengerutkan kening dan
berkata, "Nando, gimana mungkin Sania ngelakuin itu!"
"Kak Darren, jadi maksudmu adik
kita sedang berbohong?"
"Dari Nindi kecil sampai besar,
bukannya Nindi sudah sering berbohong untuk minta perhatian kita? Kamu nggak
punya bukti sama sekali!"
Nando menunjukkan senyum pahit,
"Siapa bilang nggak ada bukti, Nindi sudah mengembalikan rekaman pengawas
bar, aku lihat pake mata kepalaku sendiri, gimana bisa dipalsuin?"
Darren tertegun sejenak, "Karena
kamu bilang ada rekamannya, di mana aku bisa melihatnya?"
"Setelah aku pingsan, flasdisknya diambil sama Sania."
"Kak Nando, aku nggak ngambil
flasdisknya!"
No comments: