Bab 258
Dengan mata memerah, Sania tersenyum
pahit dan berucap, "Kalau Kak Nando bersikeras berpikir itu aku, ya sudah,
aku yang harus menanggung akibatnya. Lagi pula, kalian juga nggak berani cari
masalah sama Serena!"
Nando, "..." sangat ingin
memaki wanita licik itu!
Darren mengusap pelipisnya,
"Nando, jadi maksudmu nggak ada bukti? Aku tahu belakangan ini kamu lebih
memihak Nindi, tapi kamu juga nggak bisa mencemarkan nama Sania kaya
gitu."
Nando hampir tidak bisa bernapas
karena marah!
Dia tidak mencemarkan nama baik
Sania, dia melihat buktinya dengan mata kepalanya sendiri!
Dia ingin menjelaskan, tetapi tidak
bisa memberikan bukti.
Dia akhirnya merasakan perasaan Nindi
yang pernah difitnah! Sangat tertekan!
Nando menenangkan pikirannya dan
berkata, " Selain di aku, Nindi juga punya satu salinan rekaman
pengawasan. Dia bahkan pergi ke kantor polisi buat melaporkan kejadian itu
kemarin. Kalau Kak Darren mau lihat buktinya, langsung saja pergi ke kantor
polisi!"
Bahkan jika Sanía berbohong sekarang,
dia tidak akan bisa lama-lama menyembunyikannya!
Darren mengangguk, "Oke, aku
akan segera mengirim orang untuk menyelidiki hal ini, pasti akan menemukan
kebenarannya!"
Nando melihat ke arah Sania,
"Apa kamu benar-benar mau menunggu sampai bukti ada di depanmu, baru
mengakui dan berlutut untuk meminta maaf?"
"Kak Nando, aku tahu kamu selalu
pengen aku balik ke kampung halaman buat ngulang tahun ajaran, ini karena aku
nggak dengerin nasihat kamu, jadi kamu nggak suka sama aku."
"Tapi aku tinggal di Kota
Yunaria, pasti nggak akan merebut apa pun dari Nindi, kamu nggak perlu seperti
ini, pake alasan begitu buat ngusir aku!"
Sania menundukkan kepala, terlihat
seperti sedang terluka dan merasa tertekan.
Darren segera berkata, "Sania,
kamu nggak perlu mikirin Kak Nando, aku yang nyuruh kamu buat nggak kembali
untuk mengulang pelajaran."
"Kak Darren, aku selalu jadi
orang luar, sekarang aku juga sudah dewasa, memang seharusnya nggak terus
bergantung pada keluarga Lesmana!"
"Kamu ngomong apa sih, sejak aku
mutusin buat adopsi kamu, maka kamu adalah adikku!"
Nando merasa sangat frustrasi,
"Kak Darren, apa kamu tahu siapa Sania yang sebenarnya? Dia adalah seorang
gadis yang sangat licik, kita semua sudah ditipu!"
Itulah alasan Nindi meninggalkan
keluarga Lesmana tanpa ragu.
Sania berakting sangat baik, dia
sudah tertipu selama bertahun-tahun.
"Nando, aku hanya percaya pada
bukti."
Darren duduk di sebelahnya dan
menunggu, Sania berinisiatif mencuci buah dan sengaja membawakan untuk Nando.
Tetapi Nando sama sekali tidak
melihat Sania.
Sania berpura-pura merasa tertekan,
lalu kembali ke sisi Darren, "Kak Darren, kalau begitu kamu yang makan
saja."
"Baiklah Sania, pasti ini hanya
salah paham, kamu jangan menyimpan dendam pada kak Nando ya."
Sania mengangguk dengan patuh, tetapi
ada kilatan dingin di matanya.
Lihat, tanpa bukti, tidak ada yang
percaya pada kata -kata Nando.
Karena Nando tidak mau berdiri di
pihaknya, ya sudah.
Tidak lama kemudian, sekretaris
Darren kembali, " Bos, kami sudah mendapatkan informasinya."
"Hmm, apa sudah dapat rekaman
pengawasannya?"
"Menurut penyelidikan, Nindi
tidak pergi ke kantor polisi untuk melapor, dan dia juga tidak ada di sekolah,
hanya mengambil cuti sakit."
Nando duduk, "Nindi nggak pergi
ke kantor polisi?"
Tidak mungkin, kecuali terjadi
sesuatu!
Dia melihat ke arah Sania, "Apa
itu kelakuan kamu?"
"Kak, kalau Nindi bilang dia
punya bukti pengawasan dan mau melapor, orang yang paling nggak mau kejadian
ini terungkap adalah Keluarga Morris, bukan aku!"
"Meskipun malam itu aku juga di
bar, aku nggak melakukan apa-apa, aku merasa nggak bersalah!
Sania sudah lama tahu kalau Nindi
mengalami kecelakaan mobil, dan laptopnya juga sudah dirampas dan dihancurkan.
Sekarang Nindi sama sekali tidak
memiliki bukti!
Dia sekarang tidak takut lagi!
Darren mengangguk, "Sania benar,
kemungkinan besar ini dilakukan oleh orang-orang Morris."
Nando dengan ekspresi serius berkata,
"Masih ada bukti yang bisa membuktikan, kafe tempat kita bertemu kemarin pasti
punya rekaman pengawasan, dan ada juga Sania yang berlutut memohon ampun!"
Wajah Sania seketika memucat!
Aduh, bagaimana dia bisa melupakan
ini!
No comments: