Bab 268
Kalau ada kejadian seperti ini dulu,
Kak Leo pasti langsung mempertanyakan Nindi.
Kenapa sekarang bahkan Kak Leo juga
berubah?
Sania merasa tertekan hingga
menangis. "Tapi aku hampir mati, lho."
"Sania, aku tahu kamu selalu
pengertian. Walaupun Nindi sudah meninggalkan rumah, kita tetap sekeluarga,
jadi jangan terlalu mempermasalahkan ini."
Leo terdiam sejenak. "Lagi pula,
nggak ada bukti yang membuktikan kalau Nindi yang melakukan semua ini padamu,
'kan?"
Kata-kata itu membuat Sania begitu
marah hingga dia tidak bisa menangis lagi.
Bukankah kata-kata itu sebelumnya
selalu ditujukan kepada Nindi?
Dia tidak pernah menyangka bahwa
suatu hari, boomerang itu justru akan kembali menghantam dirinya sendiri!
Sania benar-benar tidak bisa
berkata-kata. Jika dia terus mendesak masalah ini, citra dirinya akan runtuh.
Akhirnya Sania hanya menelan kekesalannya
dan tidak berani mengatakan mau meminta Nindi bertanggung jawab.
Namun, dia tidak akan membiarkannya
begitu saja.
Nindi kembali ke asrama, dan semua
teman sekarnarnya ada di sana.
Galuh melihat perban di dahinya dan
langsung bertanya, "Kamu terluka ya?"
"Ya, tapi sekarang sudah nggak
apa-apa."
Nindi duduk di kursinya, di
sampingnya Jihan berkata dengan nada sinis, "Nindi, jangan -jangan kamu
takut ikut ujian dan kalah, jadi sengaja berpura -pura sakit untuk minta izin
nggak hadir?"
Nindi tersenyum dan berkata,
"Sejujurnya semua anggota klub sekolah ini juga nggak akan bisa
mengalahkanku."
"Nindi, terus saja membual.
Jelas-jelas kamu bahkan nggak berani ikut ujian, tapi masih membual."
Nindi juga tidak memberikan
penjelasan lebih lanjut. Dia malas untuk berbicara terlalu banyak dengan badut.
Jihan sengaja pamer. "Kali ini,
markas tim juga mengadakan acara. Malam ini banyak streamer besar dari Siaran
Langsung Drego akan datang, Sayangnya, kamu nggak punya kesempatan ikut."
"Hanya anggota markas tim yang
memenuhi syarat yang bisa ikut acara ini."
Setelah Jihan selesai berbicara, dia
melenggang pergi dengan gaun dan sepatu hak tinggi.
Setelah Jihan pergi, Galuh baru
berkata. "
Sebenarnya kamu sangat berbakat.
Kalau kamu mau, kamu bisa menandatangani kontrak dengan tim E-Sport lain, dan
bahkan punya kesempatan untuk masuk tim nasional."
"Aku tahu, terima kasih."
Saat ini, Nindi belum memikirkan
tentang tim E-Sport.
Bergabung atau tidak dengan Tim
E-Sport sebenarnya tidak berpengaruh banyak baginya.
Ketika Nindi hendak mandi, dia
menerima telepon dari manajer Siaran Langsung Drego. "Nona Nindi, aku
sudah meneleponmu berkali-kali kemarin dan juga mengirim pesan. Kenapa kamu
nggak membalas?"
"Aku kecelakaan kemarin, jadi
nggak tidak bisa menjawab telepon. Aku baru saja keluar dari rumah sakit dan
kembali ke asrama."
"Ternyata begitu, aku ingat kamu
dari Universitas Yasawirya. Malam ini ada acara selebriti internet di markas
tim Kota Yunaria. Kamu hadir, ya. Undangan sudah dikirim ke ponselmu."
Nindi berpikir sejenak.
"Baik."
Tidak ada salahnya datang untuk
melihat-lihat, agar orang-orang tidak terus mengoceh di telinganya.
Setelah Nindi menutup telepon, Galuh
bertanya, " Kamu punya streamer favorit nggak? Aku bisa minta tanda tangan
untukmu."
"Nggak perlu, terima
kasih."
Setelah mandi, Nindi berganti pakaian
menjadi kaos putih dan celana jeans.
Dia melihat ada beberapa panggilan
tak terjawab di ponselnya, tetapi nomornya tidak dikenal.
Saat itu, telepon berdering lagi.
Nindi mengangkatnya. "Halo,
siapa ini?"
"Kamu Nindi, 'kan?"
Dari seberang telepon terdengar suara
arogan.
Nada suara Nindi menjadi lebih
dingin, "Ya, ini aku. Kamu siapa?"
"Aku adalah pengacara Keluarga
Morris. Mengenai masalah antara kamu dan klienku, Serena, aku ingin berbicara
denganmu secara langsung."
"Nggak ada yang perlu
dibicarakan. Aku berharap dia segera berubah dan memulai hidup baru!"
Orang di seberang telepon terdengar
sangat marah, " Nindi, kamu cukup berani, ya. Apa kamu nggak takut akan
melibatkan Keluarga Lesmana?"
Senyuman tipis muncul di sudut bibir
Nindi.
Melibatkan Keluarga Lesmana?
Ini malah berita bagus, 'kan?
No comments: