Bab 269
Suara Nindi terdengar seperti
main-main, " Bagaimana cara melibatkan mereka?"
"Hmph, nggak perlu aku jelaskan,
kamu seharusnya sudah tahu Keluarga Lesmana nggak ada apa-apanya di depan
Keluarga Morris. Nona Besar kita, yaitu Nona Serena Morris, punya hubungan
pernikahan dengan putra mahkota dari Komunitas Konglomerat."
Kamu pikir keluarga kecil seperti
Keluarga Lesmana sanggup menyinggung Keluarga Morris?
Oh, ternyata ada dukungan di
belakang.
Nindi mencemooh dan menjawab,
"Aku ini orang yang nggak percaya takhayul. Kalau berani, coba saja!"
Dia selesai berbicara dan langsung
menutup telepon.
Hidup atau mati Keluarga Lesmana
tidak ada hubungannya dengan dia.
Nindi melirik undangan di ponselnya,
lalu beranjak keluar dari asrama.
Ketika tiba di markas tim, terlihat
karpet merah dan meja tanda tangan sudah digelar di luar.
Tampilannya memang cukup mewah.
"Nindi, kenapa kamu
terluka?"
Nindi menoleh dan melihat seseorang
yang dikenalnya, manajer Tim E-Sports, Guntur Zumawan!
Dia tersenyum dan berkata, "Ada
sedikit kejadian nggak terduga."
"Kudengar kamu nggak lolos evaluasi
tim E-Sport Kota Yunaria. Kok bisa?"
"Kebetulan pas ada musibah, jadi
aku melewatkan seleksinya. Bukan karena nggak lolos."
Mata Guntur langsung berbinar,
"Itu kebetulan sekali. Kamu bisa mempertimbangkan untuk bergabung dengan
Tim E-Sports kami. Kalau kamu mau ke tim nasional, kami juga nggak bakal
menghalangi."
"Akan kupikirkan dulu."
Nindi memang belum memutuskan
apa-apa.
"Aku ada teman di sana. Aku akan
pergi menyapa sebentar, nanti aku akan membujukmu lagi."
Guntur membawa gelas anggurnya dan
pergi.
Nindi melangkah masuk ke aula.
Tiba-tiba suara nyaring Jihan terdengar, "Nindi, kamu benar-benar tebal
muka, Beraninya kamu datang ke pesta hari ini!"
Nindi berhenti sejenak dan memandang
Jihan. " Kalau kamu boleh datang, mengapa aku nggak boleh?"
"Tentu saja aku boleh datang,
tapi kamu nggak boleh. Malam ini banyak selebriti internet terkenal yang hadir,
dan hanya anggota klub yang boleh ikut acara ini. Kamu nggak termasuk!"
Saat itu, Seno juga mendekat dan
berkata, "Nindi, kalau kamu menyesal, berlututlah dan minta maaf padaku di
depan semua orang!"
"Ngomong-ngomong, terakhir kali
kamu kalah, kamu juga belum berlutut dan minta maaf padaku!"
Wajah Seno langsung menunjukkan
ekspresi gugup, sementara Jihan cepat-cepat menyela, "Nindi, lebih baik
kamu cepat pergi saja. Aku nggak tahu bagaimana kamu bisa menyusup ke
sini!"
Nindi tertawa sinis. "Aku masuk
dengan cara yang sah, bukan menyusup."
Jihan menaikkan nada suaranya sambil
mengejek, " Kamu bahkan nggak punya undangan. Kalau bukan menyusup, lalu
apa?"
"Siapa bilang aku nggak punya
undangan?"
Mendengar apa yang dikatakan Nindi,
Jihan menutup mulutnya dan tertawa terbahak-bahak.
"Kak, Nindi bilang dia punya
undangan. Aku nggak pernah lihat orang setebal muka dia!"
Dengan gaya sok superiornya, Seno
berkata, "Nindi, dengar-dengar keluargamu nggak kaya. Kamu bahkan mungkin
nggak tahu bentuk undangan itu seperti apa!"
"Betul. Di mana satpam? Kemari
dan usir wanita yang nggak tahu malu ini!"
Jihan merasa puas akhirnya bisa
melampiaskan rasa kesalnya!
Dulu, Nindi mempermalukannya soal tas
palsu. Sekarang adalah waktunya untuk membalas dendam.
Nindi melihat sekilas ke arah satpam,
lalu mengeluarkan ponselnya dan membuka tautan undangan. "Ini
undanganku."
Satpam melirik sejenak, lalu dengan
hormat berkata, "Maaf mengganggu, silakan masuk!"
No comments: