Bab 270
Melihat situasi itu, Jihan sangat terkejut.
"Apa maksudnya? Nindi nggak mungkin punya undangan!
Seno juga mengerutkan kening,
"Benar, aku yakin Nindi bukan anggota klub kami, jadi dia nggak berhak
datang ke acara ini, apalagi punya undangan.
"Ya, undangan acara hari ini
hanya diberikan kepada para selebriti internet terkenal. Nindi itu siapa?"
Seno tiba-tiba menyadari.
"Tautan undangan Nindi palsu, dia 'kan ahli komputer. Memalsukan tautan
undangan itu hal kecil baginya."
Satpam yang mendengar itu menjadi
ragu-ragu lagi. Bagaimanapun, Seno adalah kapten tim E-Sport, jadi ucapannya
dianggap cukup berpengaruh.
Namun, Nindi hanya memandang Seno dan
Jihan dengan tenang. "Melihat sikap panik kalian, aku sebenarnya malas
membongkar semuanya."
"Nindi, sekarang kamu pasti
sangat takut, 'kan? Bagaimana mungkin kamu bisa punya undangan itu? Kamu bukan
selebriti internet!"
Nindi tersenyum dingin, "Kenapa
aku nggak bisa jadi selebriti internet?"
Seno tertawa terbahak-bahak.
"Kalau kamu seorang selebriti internet, aku akan langsung makan
kotoran!"
Mendengar ini, Nindi langsung
tertawa. "Ini kamu yang bilang sendiri, ya."
Pada saat itu, Guntur datang
mendekat. "Nona Nindi, semua orang sudah menunggumu dari tadi. Mengapa
kamu masih di depan pintu?"
Nindi dengan tenang berkat, "Ada
yang meragukan identitasku dan bilang kalau undanganku palsu!"
Guntur melihat Seno dan berkata
dengan nada kesal, "Apakah kamu nggak waras? Siapa juga yang mau
repot-repot memalsukan undangan seperti ini? Dunia selebriti internet itu
kecil, semua saling kenal!
"Kak Guntur, aku cuma ingin
memastikan acara ini berjalan dengan baik. Lagi pula, Nindi bukan bagian dari
markas ini, apalagi selebriti internet. Dia nggak boleh dibiarkan masuk."
Seno kenal Guntur. Dia mencoba untuk
mengambil hati Guntur. Dia selalu bermimpi untuk bergabung dengan tim E-Sports,
tetapi tidak pernah mendapatkan kesempatan.
Guntur langsung meluapkan amarahnya.
"Siapa bilang dia bukan seorang selebriti internet?"
Mendengar kata-kata Guntur, Seno
langsung tertegun. "Bagaimana mungkin?"
Namun, mendengar Guntur mengatakan
demikian, dia mulai ragu. Apakah Nindi benar-benar seorang selebriti internet
yang baru terkenal ? Seharusnya bukan.
Bukankah Nindi berasal dari keluarga
kurang mampu?
Guntur tanpa ragu mulai memarahi,
"Seno, dengan otakmu yang seperti itu, jangankan berkecimpung di industri
ini, kamu bahkan nggak layak makan kotoran yang masih hangat!"
Seno dimarahi habis-habisan dan tidak
berani membantah sepatah kata pun. Dia takut meninggalkan kesan buruk di depan
Kak Guntur.
Jihan yang merasa tidak terima
membela Seno, " Nindi bukan selebriti internet!"
"Diam kamu. Kak Guntur sudah
membuktikan identitas Nindi. Ini bukan urusanmu!"
Seno langsung berteriak kepada Jihan.
Dia juga tidak melihat situasi
terlebih dahulu. Apakah Guntur orang yang bisa disinggung?
Jihan merasa dipermalukan di depan
umum. Dengan mata memerah, dia berteriak, "Aku hanya ingin
membelamu!"
Guntur menatap Nindi, "Ayo
masuk. Di dunia ini memang selalu ada orang yang buta."
Nindi menatap Seno, "Tapi tadi
kamu bilang, kalau undanganku asli, kamu akan makan kotoran. Sekarang waktunya
menepati janji."
Ekspresi Seno langsung berubah.
Dia tidak menyangka Nindi akan
mengungkit hal itu.
Jihan mencoba membela, "Nindi,
jangan berlebihan. Senior hanya bercanda."
"Aku berlebihan? Tadi kalian
memaksaku keluar dan memanggil satpam, itu nggak keterlaluan? Ternyata kalian
ini bermuka dua ya, boleh memperlakukan orang lain dengan buruk, tapi nggak mau
diperlakukan sama."
Nada bicara Nindi yang tajam membuat
Seno tidak bisa berkata apa-apa.
Namun, dengan begitu banyak orang
yang menyaksikan, dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Jihan mencoba membela lagi,
"Tapi menyuruhnya makan kotoran itu terlalu berlebihan."
"Kalau begitu, kamu gantikan dia
saja. Toh sama saja!"
No comments: