Bab 30 Orang Itu Tidak Sederhana!
"Orang itu?" Elisa
mendengar inti dari ucapannya. " Bukannya dia itu tuan muda dari keluarga
Suherman?"
Manajer Furi tidak berani
mengungkapkan identitas Tuan Jason. Dia berkata dengan terbata-bata, "Bisa
dibilang gitu juga. Dia kerabat jauh, bukan anggota keluarga Suherman."
Elisa menundukkan kepalanya, memakan
permen, dan tersenyum. "Aku pikir Manajer Furi akan bertahan sampai akhir
dan bilang kalau pak tua di dalam bukan berasal dari keluarga Suherman."
"Saya sudah menganggap Dokter
Ajaib sebagai orang saya sendiri." Manajer Furi pandai bicara."
Apalagi Dokter Ajaib punya karakter yang baik, jadi tidak ada yang saya
khawatirkan. Bos saya memang berasal dari keluarga Suherman, keluarga terkaya
di Kota Mersus."
Elisa menempelkan lidahnya ke permen
di mulutnya. "Hm."
"Anda tidak peduli?"
Manajer Furi tertawa. "Dokter Ajaib memang luar biasa, Anda tetap tenang
meski sudah mendengar semua ini. Saya yang terlalu khawatir sebelumnya, maafkan
saya, Dokter Ajaib."
"Bawahan harus melindungi
privasi bosnya, kamu nggak salah." Elisa berhenti sejenak dan melihat ke
gang yang tidak jauh dari sana. "Sampai di sini saja. Aku akan datang
tepat waktu besok."
"Apa Dokter Ajaib tidak ingin
bertanya kenapa keluarga Suherman datang ke Kota Sulga?" Manajer Furi
masih belum pergi.
Elisa tersenyum. "Itu bukan
sesuatu yang harus ditanyakan oleh seorang dokter."
Setelah mendengar itu, Manajer Furi
makin kagum pada gadis di depannya. Bukan hanya karena keahlian medisnya,
tetapi juga kepribadiannya.
"Kalau Dokter Ajaib tidak
keberatan denganku, aku ingin menjadi temanmu!" Manajer Furi sangat
antusias. Dia bahkan tidak memedulikan perbedaan usia mereka. "Kalau suatu
saat Dokter Ajaib pergi ke Kota Mersus, aku akan melindungimu!"
Elisa memang ingin kembali ke Kota
Mersus.
Itu hanya masalah waktu.
Bagaimanapun juga, itu adalah tempat
asal Paviliun Dokrit.
Dia tidak menolak keramahan Manajer
Furi.
Elisa suka berurusan dengan orang
seperti ini, tidak merayu dan tidak takut, juga punya pikiran bisnis.
"Kalau gitu, aku akan
memanggilmu Kakak." Elisa tersenyum tulus.
Furi sangat senang mendengarnya.
"Oke! Aku akan memanggilmu Elis!"
Tadinya dia agak menyesal setelah
mengatakan kata kata itu.
Bagaimanapun juga, dokter ajaib
adalah orang yang merawat Pak Girin. Dia adalah penyelamat keluarga Suherman,
jadi mana mungkin dia akan mau berteman dengan manajer sepertinya?
Siapa sangka dokter ajaib
menyetujuinya dengan cepat.
Furi tahu kalau karakter Elis berbeda
dengan sebagian besar gadis kaya yang selalu mengejar popularitas di Kota
Mersus.
Dari sejak Elis merawat orang tua di
pinggir jalan, Furi tahu kalau Elis berhati besar.
Makin seperti itu, makin dia harus
melindungi Elis.
"Elis, ada satu hal yang harus
aku katakan padamu." Furi berwajah serius. "Orang yang kamu temui di
lantai atas tadi punya latar belakang keluarga yang luar biasa. Kalau kamu bisa
menyembuhkannya, kamu akan sukses besar, tapi kalau kamu nggak bisa menyembuhkannya,
kamu akan berada dalam masalah. Tapi Kakak akan mencari cara untuk
menyelamatkanmu."
Elisa tersenyum saat mendengar ini.
"Jangan khawatir, Kak. Aku belum pernah melihat penyakit apa pun yang
nggak bisa aku sembuhkan sampai sekarang."
Furi terkejut. "Ja, jadi
maksudmu, kamu benar-benar bisa menyembuhkannya?"
"Tentu saja." Elisa berkata
dengan santai, "Tapi aku butuh sedikit waktu. Apa Kakak pernah mendengar
pepatah yang beredar di masyarakat?"
Furi penasaran. "Pepatah
apa?"
Raja neraka memanggil orang menuju
kematian di jam tiga pagi, tetapi Tangan Suci membuat orang itu hidup sampai
jam lima pagi.
Namun, Elisa tidak memberitahunya.
Dia hanya tersenyum lebar. "Kekayaan yang berlebihan akan meningkatkan
risiko kematian. Pria tadi punya keberuntungan yang luar biasa sampai tubuhnya
nggak mampu menanggungnya, makanya dia menderita penyakit kronis. Tapi aku
sangat mahir dalam menyembuhkan penyakit seperti ini."
"Elis, apa yang kamu katakan
ini... nggak ada hubungannya dengan penyakit, tapi lebih seperti orang yang
meramal di bawah jembatan," bisik Furi. Dia tidak berani bicara
keras-keras.
Namun, senyum di mata Elisa makin
terlihat. Ujung matanya seperti diwarnai dengan lipstik, terlihat cantik dan
anggun. "Siapa tahu aku benar-benar bisa meramal nasib seseorang..."
No comments: