Bab 29 Dokter Ajaib, Apa Kamu Tahu
Dia Itu
"Belum tentu bisa sembuh."
Elisa bersandar ke dinding, kaki panjangnya sedikit ditekuk, dan dia menguap
dengan malas. "Penyebab penyakitnya nggak jelas, diagnosisnya juga nggak
jelas, dan aku..."
Jason tersenyum dan melanjutkan
kata-katanya." Dan kamu juga lelah, jadi hari ini nggak ingin melakukan
diagnosa lagi."
"Berbicara dengan orang pintar
itu mudah." Elisa menatapnya sambil tersenyum. Ujung jarinya jatuh di
pergelangan tangan Jason lagi dan memeriksa denyut nadinya dengan hati-hati.
"Penyakitmu harus segera ditangani."
Dia adalah orang yang bahkan raja
neraka pun tidak mau menerimanya.
Itulah sebabnya dia masih hidup
sampai sekarang.
Dia pasti punya kepribadian yang
sangat kuat, lebih percaya pada dirinya sendiri daripada memercayai dewa atau
Buddha.
Meski dia mengenakan gelang
manik-manik Buddha di pergelangan tangannya seolah dia ingin mendapatkan
perlindungan, sebenarnya di dalamnya hanya berisi obat penenang yang digunakan
untuk membantunya tidur saja.
Elisa berada dekat dengannya, jadi
dia bisa menciumnya.
"Perbaiki tidurmu dan makananmu
dulu." Elisa mengusap lehernya sendiri dengan lelah. "Makan dan tidur
yang baik akan membantu pemulihanmu."
Jason menatap mata kantuk Elisa dan
berbisik, " Baik."
Suaranya sangat dekat dari Elisa.
Saat Elisa menyadarinya, Jason sudah mengambil tasnya dari tangannya.
"Dante, antar dokter ajaib
pulang." Suara Jason terdengar lembut, tetapi memancarkan tekanan yang
kuat.
Dante tahu kalau dia terus melawan,
tuannya pasti akan kesal. Dia menunduk dan berkata, "Baik."
"Nggak perlu, aku mau pergi ke
seberang rumah sakit ini." Elisa tidak mau terlalu terlibat dengan siapa
pun karena mereka semua hanyalah pasien baginya. "Biarkan Manajer Furi
yang mengantarku saja."
"Baik! Saya akan mengantar
Anda!" teriak Manajer Furi. "Jangan khawatir, saya akan mengantar
Anda!"
Jason mengiyakannya dan tidak
mengatakan apa-apa lagi.
Dante langsung memberikan saran,
"Tuan, bagaimana kalau Anda meminta kontak dokter ajaib?
Setelah mendengarnya, Jason langsung
menatap Elisa kembali.
Elisa menyetujuinya. Dia mengeluarkan
ponselnya dan memberikannya pada Jason. "Beri tahu nomormu saja. Aku akan
memeriksamu juga waktu memeriksa pak tua nanti."
Nomor?
Biasanya, orang lain berusaha
mendapatkan kontak Jason dengan bersemangat, tetapi yang mereka dapatkan
hanyalah pesan dari Asisten Jeremy.
Namun, sekarang, sebagai kepala
keluarga Apdi yang mulia, dia menundukkan kepala dan memberikan nomornya per
satu. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya.
Direktur Tomy diam-diam mendekat
dengan tubuhnya yang pendek dan gemuk untuk mencuri pandang. Dia juga ingin
mendapatkan nomor telepon Tuan Jason.
Namun, Elisa menutupi ponselnya dan
berkata dengan tenang, "Apa yang Anda lakukan, Direktur Tomy?"
"Aku ... aku, hehe, gimana kalau
kamu juga menyimpan nomor teleponku? Kalau ada masalah di sekolah, kamu bisa
mencariku!" Direktur Tomy tidak pernah membayangkan kalau suatu hari nanti
daya saingnya akan berasal dari SMK.
Elisa tidak menolak dan memperlakukan
semua orang dengan adil.
Namun, sebelum masuk ke dalam lift,
dia kembali menatap pria itu yang berdiri di antara cahaya dan bayangan.
Seolah pria itu tahu segalanya, dia
hanya berdiri di sana, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari orang
lain.
Dokter di sampingnya berbicara
dengannya, tetapi dia tidak menggunakan kekuatan keluarganya untuk menekan
orang lain.
Pengetahuannya dan informasi yang dia
ketahui jauh melampaui orang di sekitarnya.
Namun, dia masih mau mendengarkan.
Pantas saja dia tidak kehilangan ketenangannya, karena dia punya sifat seperti
ini.
Kalau tidak, wajahnya pasti sudah
terpengaruh karena penyakit kronis yang dideritanya sepanjang tahun.
Sebagian besar orang yang menggunakan
obat dalam jangka panjang akan punya pandangan yang muram tanpa dia sadari
sendiri.
Meski orang ini bersikap dingin
terhadap orang lain dan terlihat seolah-olah sudah memahami segala sesuatu, dia
tidak mengeluh dan matanya juga sangat indah.
Dia lembut dan berpengetahuan luas,
juga tahu bagaimana beradaptasi dengan orang lain.
Sangat disayangkan kalau dia
benar-benar akan meninggal...
"Dokter Ajaib, apa Anda
benar-benar akan memeriksa orang tadi?"
No comments: