Bab 1845
Tiba-tiba, ekspresi Devian dan Sandi
berubah.
Sungai Causta terhubung ke urat api
di bawah tanah dan secara stabil dapat menghasilkan Api Ilahi. Begitu jatuh ke
dalamnya, mereka bahkan tidak akan bisa bertahan.
"Pak Renan, aku membuat
kesalahan. Aku seharusnya nggak tergoda oleh Saka," ujar Devian dengan
wajah pucat.
"Aneh, bukankah kalian memang
menginginkan Api Ilahi tingkat enam? Aku sudah memberikannya pada kalian.
Kenapa kalian justru nggak mau?"
Renan tampak agak bingung, lalu
tiba-tiba berkata, "Oh, aku tahu. Kalian takut dengan hukumanku, tapi
kalau kalian takut, kenapa kalian masih melanggar perintahku?"
Nada bicaranya tidak rendah atau
tinggi, tetapi tajam dan licik seperti ular berbisa. Hal ini membuat hati orang
merasa dingin.
Suasananya menjadi hening sesaat.
Kemudian, lava perlahan mengalir dan menggelembung.
Dengan keringat dingin di dahi, kedua
pemuda itu menggertakkan gigi seraya berjalan menuju Sungai Causta dengan
langkah kaku.
Namun, saat mereka hendak turun,
Renan tiba-tiba mengangkat tangannya dan meletakkannya di bahu mereka. Keduanya
langsung gemetar dan menatap Renan dengan gelisah.
Pada akhirnya, yang terlihat adalah
sebuah wajah dengan senyuman cerah dan lembut. Lalu, dia berkata, "Aku
cuma bercanda, kalian nggak perlu menganggapnya serius."
Sambil berkata demikian, Renan
mengangkat tangannya, meraih ke dalam Sungai Causta, lalu mengeluarkan dua Api
Ilahi tingkat lima tanpa mengubah ekspresinya.
Kemudian, dia melemparkan dua Api Ilahi
tingkat lima kepada mereka berdua dengan santai seraya berkata sambil
tersenyum, "Itu punya kalian. Bagaimana mungkin aku akan menyiksa
kalian?"
Keduanya memegang dua Api Ilahi
dengan ekspresi bingung tidak tahu harus berbuat apa.
Pada saat ini, tiba-tiba seorang
wanita dengan kulit seputih salju dan berpenampilan cantik muncul, lalu berdiri
di samping Renan. Mereka berdua tampak seperti pasangan tampan dan cantik.
Wanita itu berkata sambil tersenyum lembut, "Jangan takut, Renan itu cuma
bercanda dengan kalian."
"Kalian nggak perlu khawatir
dengan pihak Saka. Aku sudah mengatur orang untuk menghadapinya. Selain itu,
aku sudah menemukan orang-orang dari Paviliun Yasobi untuk membantu kalian
memburu Gary. Selama kalian melakukan pekerjaan dengan benar, kalian nggak akan
diperlakukan buruk oleh Renan."
Kedua pria itu segera menghela napas
lega dan merespons dengan cepat.
Wanita ini adalah istri Renan, Marina
Minjana yang merupakan anggota keluarga Minjana, salah satu dari tujuh keluarga
besar. Dia dan kekasih masa kecilnya yaitu Renan memiliki hubungan yang sangat
kuat.
Mereka berdua segera mengundurkan
dengan hati-hati.
Namun, melihat kedua pria itu pergi,
sorot mata Renan berangsur-angsur menjadi dingin, " Sekelompok sampah
picik menempel padaku. Kenapa masih peduli dengan Api Ilahi? Kalau bukan karena
masih membutuhkan kalian, kalian pasti sudah mati hari ini!"
"Cuma karena mereka yang punya
pemikiran pendek, kita bisa mengendalikan mereka dengan pemikiran jangka
panjang."
Marina tersenyum dan menyahut,
"Siapa yang berani menentangmu ketika kamu menguasai wilayah luar? Dulu,
orang-orang di Gunung Nagari dan Gunung Perian enggan untuk tunduk padamu.
Mereka cuma ingin melihat hasil pertarungan antara Gary dan kamu."
"Sekarang Gary sudah dikalahkan.
Besok aku akan pergi ke sana secara langsung. Aku pasti akan membuat mereka
tunduk padamu."
Suara Renan lembut, dia memegang
tangan Marina sambil berkata, "Maaf, aku sudah menyulitkanmu."
Marina memegang erat tangan Renan
dengan ekspresi penuh cinta dan menjawab, "Selama ada kamu di sini, itu
nggak akan sulit."
Hati Renan tergerak. Dia mengangkat
tangannya dan menunjuk ke arah pegunungan yang luas, lalu berkata dengan
bangga, "Marina, walaupun sumber daya di wilayah luar cuma 20% dari sumber
daya Gunung Reribu, itu semua cuma aku yang memilikinya. Marina, tunggu saja.
Aku pasti akan mencapai puncak, lalu saat aku sudah mencapainya, kamu akan
berada di sisiku."
Marina memegang tangan Renan
erat-erat, menunjukkan senyuman yang meyakinkan dan lembut seraya berkata,
"Aku akan menunggu."
Saat Marina membawa semua orang
pergi, Renan menunjukkan ekspresi lega dan bergumam, " Dengan istri
seperti ini, apa lagi yang bisa diinginkan oleh seorang suami... "
Sementara itu, pada saat yang sama.
Di dalam sebuah gua yang ditata
sementara, api menyala-nyala dan panasnya tak tertahankan.
Butir-butir kecil keringat muncul di
dahi Saka. Dia menggunakan energi sejatinya untuk mengaktifkan tiga kelompok
Api Ilahi tingkat enam dan menggabungkannya perlahan.
Energi sejati yang agung memancar
keluar dari tubuhnya, terus-menerus meresap ke dalam Api Ilahi dan menghabiskan
sejumlah besar energi sejatinya. Hal ini membuat wajah Saka pucat dan tubuhnya
agak gemetar.
Akhirnya, hanya ada suara menderu,
lalu tiga kelompok Api Ilahi tingkat enam itu bergabung menjadi satu.
Di depan matanya, nyala api tampak
menyala-nyala dengan indah. Kemudian, menyala perlahan dan memancarkan kekuatan
yang luar biasa.
"Api Ilahi tingkat tujuh!"
Saka merasa senang, menyeka
keringatnya, lalu dengan senang hati bermain-main dengan Api Ilahi di depannya.
Api ilahi tingkat tujuh tidak terlalu
menarik perhatian Saka, tetapi ini adalah hal yang berharga dan tak ternilai
harganya di wilayah luar.
No comments: