Bab 1867
"Kamu! Bertarunglah!"
Tiga orang dalam Gunung Perian itu
sudah gila, mereka langsung menggebu-gebu dan melepaskan gelombang yang
menakutkan. Tiga orang di sisi pria paruh baya juga segera menyerang, tetapi
setelah pertarungan yang kacau, sulit untuk menentukan pemenangnya.
"Awalnya ini adalah kesempatan
latihan untuk kalian, tapi kalian malah menyia-nyiakannya," ucap pria
paruh baya itu dengan nada rendah.
Setelah dia selesai bicara, seberkas
cahaya pedang muncul dan tiga orang Gunung Perian yang awalnya akan membakar
darah esensi mereka untuk melawan, kepala mereka terbang dan tubuh mereka jatuh
ke tanah!
"Pemimpin, kami nggak
berguna..." ucap tiga orang Paviliun Yasobi segera dengan ketakutan.
"Jaga sekeliling, bunuh semua
orang yang terlihat," ucap pria paruh baya dengan tenang.
"Pemimpin," salah satu dari
mereka tidak tahan dan berkata, "Kita diperintahkan untuk pergi ke Sungai
Causta, membuang-buang waktu di sini bisa tertunda. Mengapa kita berlama-lama
di tempat ini?
"Mendesakku?" tanya pria
paruh baya dengan tenang.
Orang itu langsung tidak berani
banyak bicara dan mengawasi sekeliling tempat ini.
Felicia agak mengerutkan kening dan
berkata, " Perjalanan ke Sungai Causta kali ini sangat penting, jangan
buang-buang waktu di sini."
Melihat ketiga orang itu pergi jauh,
pria paruh baya yang memegang pedang berkata sambil tersenyum, "Di tempat
ini ada Obat Herbal Abadi. Kesempatan ini nggak selalu ada, nanti kita akan
berbagi agar kamu bisa memberikan penjelasan ... "
Tatapan Felicia langsung bersemangat,
lalu dia segera berkata, "Lakukan secepatnya. Jika terlihat oleh orang
lain, akan menimbulkan masalah..."
"Jangan khawatir. Walaupun ada
yang datang, ada aku di sini, " balas pria paruh baya sambil mengangguk
dan tersenyum.
Namun saat ini, tiba-tiba terdengar
suara tawa yang bertanya, "Sedang apa di sini?"
Felicia terkejut, lalu dia menoleh ke
arah suara. Dia melihat seorang pemuda asing yang sedang memperhatikannya
dengan antusias.
Tatapan Felicia langsung menjadi
dingin dan menjawab, "Gunung Nagari adalah tempat tak berpemilik. Apa
hakmu bertanya?"
Namun saat ini, pria paruh baya
tiba-tiba mengangkat tangan dan menghentikannya.
Pria paruh baya menatap pemuda asing
di hadapannya, lalu tersenyum dan berkata, "Berlatih di sini."
Mereka berdua saling menatap, tetapi
bisa merasakan bahwa mereka bukanlah orang biasa.
Saka tersenyum dan berkata,
"Obat Herbal Abadi ini adalah milikku. Enyah!"
Saat ini, tiga orang yang berjaga di
sekitaran langsung menghampiri dengan tergesa-gesa. Mereka menatap Saka dengan
terkejut, mereka bahkan tidak menyadari bahwa Saka telah melewati mereka
barusan!
"Kamu memaksaku untuk membunuh
orang ucap pria paruh baya sambil menghela napas. Tiba-tiba, dia mengangkat
pedang dan seberkas cahaya pedang bersinar.
Tubuh ketiga orang itu terbelah
menjadi dua, hingga saat mati, wajah mereka menunjukkan ekspresi tidak percaya.
"Membunuh yang kamu maksud
adalah membunuh anggotamu sendiri?" tanya Saka dengan tatapan aneh.
"Nggak boleh membiarkan mereka
tahu tentang Obat Herbal Abadi," balas pria paruh baya.
Pria paruh baya menyeka noda darah di
pedangnya dengan lembut, lalu berkata dengan tenang, "Saka saja sibuk
menjaga dirinya sendiri, untuk apa kamu berebut Obat Herbal Abadi denganku? Aku
akan pergi setelah mendapatkan Obat Herbal Abadi ini. Kamu bisa menjaga tubuhmu
yang berguna dan merampok gudang obat Saka!"
Melihat situasi ini, Felicia juga
mengerutkan kening. Dia tahu bahwa orang ini bukanlah lawan yang lemah.
Pria paruh baya ini berinisiatif
menunjukkan sikapnya sebagai isyarat niat baik, dalam benak mereka, kekalahan
Saka hanyalah masalah waktu. Gudang obat Gunung Nagari adalah yang terpenting,
pemuda ini seharusnya mundur.
Saka malah tertawa dan berkata,
"Dengan ucapanmu itu, kamu harus mati."
"Siapa namamu? Tingkat
kultivasimu seharusnya pantas bagiku untuk mengingat namamu," ujar
Felicia.
Felicia sangat tenang. Dia hanya
tingkat langit rendah, dia akan mati dengan mudah jika terlibat dalam
pertarungan semacam ini, tetapi tampaknya dia sangat percaya kepada pria paruh
baya.
Saka melirik Felicia dan berkata,
"Kamu akan tahu saat aku mengalahkanmu."
Felicia marah lalu tertawa, dia
menggelengkan kepala dan berseru, "Cari mati!"
Pria paruh baya menghela napas ringan
dan mengangkat pedangnya, lalu berkata, "Sekuat apa pun pembunuh seperti
kami, kami selalu berhati -hati dalam bertindak. Kamu yang hanya memiliki
sedikit kultivasi malah nggak tahu diri. Aku sudah sering melihat orang
sepertimu..."
No comments: