Bab 1876
Saka tertawa sinis, bersiap untuk
bergerak.
"Kamu nggak boleh
menyentuhku!" Tiba-tiba, Felicia melangkah maju dengan wajah dingin lalu
berbicara dengan nada tegas, "Aku ... adalah wanita Adriel!"
Saka tertegun sejenak, lalu tertawa
terbahak-bahak.
Saat duduk di kursi kebahagiaan itu,
kenapa kamu tidak mengakuinya juga?
Felicia berbicara dengan nada dingin,
"Aku berasal dari keluarga Buana di Srijaya, namaku Felicia. Leluhur
keluargaku adalah Legan Buana. Dia memiliki hubungan baik dengan Adriel. Saat
Adriel meninggal di Srijaya, leluhurku ada di tempat kejadian."
"Aku dan anak angkatku, Lila,
adalah wanita Adriel! Aku bisa masuk ke tempat ini karena leluhurku meminta
bantuan dari Liana yaitu utusan dari Sekte Dokter Surgawi!" lanjut
Felicia.
"Kalau kamu nggak percaya, kamu
bisa suruh orang untuk menyelidikinya!"
Perkataan Felicia membuat suasana
hening. Bahkan Marko yang berdiri di samping, terlihat bingung dan terkejut.
Jelas sekali bahwa dia juga tidak tahu tentang ini sebelumnya.
"Apa yang dia katakan sepertinya
memang benar
11
Saat itu, Wennie melangkah maju
dengan ekspresi datar. Dia menatap Felicia dengan tajam lalu berkata.
"Bukan hanya dia. Dia dan anak angkatnya, Lila, memang wanita Adriel, tapi
sepertinya itu bukan kehendak mereka."
Perkataan Wennie membuat suasana
makin tegang. Kisah Adriel membawa kedua wanita ini ke akademi memang sulit
ditutupi.
Mengingat hal itu, wajah Saka sedikit
berubah. Dia batuk pelan untuk menutupi kegugupannya. Dalam hatinya, dia sadar,
ini semua adalah ulah tak terkendali dari adik kecilnya.
Saka berkata dengan sedikit bercanda,
"Kupikir, Adriel sebenarnya nggak benar-benar tulus pada mereka. Kudengar,
satu-satunya wanita yang benar-benar dia cintai adalah ... Wennie!"
Felicia mendengus sinis, tatapan
penuh ejekan tergambar jelas di wajahnya.
Di sisi lain, Wennie hanya memberikan
ekspresi malas. Orangnya sudah mati, untuk apa aku mempersoalkan masa lalu?
Wennie memandang Felicia dengan
tatapan datar, lalu berkata, "Aku pernah mendengar tentangmu dari Legan.
Tapi aku juga dengar Paviliun Yasobi berencana bekerja sama dengan Pak Renan.
Jadi, kamu masih berani bilang ingin membantu kami?"
Felicia hanya tertawa dingin. Dia
berkata, "Cara membantu orang itu beda-beda. Apa yang perlu
diributkan?" ucapnya dengan santai, tetapi matanya menyiratkan keteguhan
yang kuat.
"Kalian benar-benar berpikir
hanya kalian yang merasa nggak puas dengan para atasan?" lanjutnya dengan
nada mengejek, seolah menyindir keyakinan mereka yang terlalu sempit.
"Paviliun Yasobi itu organisasi
pembunuh. Siapa yang akan bergabung dengan organisasi semacam itu? Hanya
Orang-orang yang nggak diterima di berbagai kekuatan besar atau mereka yang
nggak bisa bertahan di tempat lain. Kalian bilang kami adalah orang yang sama
dengan kalian?" ucap Felicia dengan nada tajam.
Dia melanjutkan sambil menunjuk ke
arah Marko, " Contohnya dia! Targetnya adalah mengalahkan seseorang dari
salah satu keluarga besar di Kota Sentana!"
Marko tampak canggung, wajahnya
berubah agak muram, tetapi akhirnya dia mengangguk pelan dan mengakui kebenaran
yang baru saja diungkapkan Felicia.
Mata Saka menyipit sedikit,
tatapannya penuh pertimbangan. Dia menilai situasi dengan saksama, dan tidak
sulit baginya untuk menyimpulkan bahwa apa yang dikatakan Felicia sepenuhnya
benar.
"Ya?"
Wennie agak terkejut, lalu
mengerutkan alis sambil berkata, "Lalu kenapa saat Pak Gary sedang dalam
kesulitan, kalian nggak membantunya?"
"Prinsip kami berbeda, itu saja.
Cara Pak Gary sama sekali nggak akan berhasil! Membantunya justru akan
menghalangi rencana besar!"
Felicia menjawab dengan nada dingin,
"Tanpa kekuatan yang cukup, lebih baik kita tetap diam dan menunggu waktu
yang tepat. Mana mungkin kita bertindak gegabah!"
"Contohnya kali ini, kami sedang
bersiap untuk bekerja sama dengan Renan. Hanya dengan menunjukkan sikap yang
baik, kita bisa mendapatkan banyak keuntungan dari Renan dan meningkatkan
kekuatan kita."
Sebenarnya, soal membalas dendam
untuk Adriel, Felicia tidak terlalu setuju. Bajingan itu memang pantas mati!
Balas dendam? Untuk apa!
Namun, bagi Felicia yang tidak
memiliki latar belakang kuat, upaya untuk meningkatkan kekuatannya memang
mengharuskannya menghadapi kalangan atas. Itu adalah situasi yang tak
terhindarkan.
Felicia diam-diam memikirkan hal ini.
"Cara seperti ini adalah jalan
yang benar! Bukankah jauh lebih baik daripada terus-menerus dikejar-kejar
seperti kalian?"
Felicia mengerutkan alisnya dan
berkata, "Sekarang kita semua memiliki tujuan yang sama. Berikan obat
herbal abadi itu kepada kami. Kami bersembunyi dan bertindak dari sisi gelap,
sementara kalian melawannya terang-terangan. Kita bersama-sama melawan
Renan!"
Namun, Saka hanya melirik sekilas
padanya, menggeleng pelan dan berkata, "Nggak ada obat herbal abadi.
Setelah kalian membayar Api Ilahi di masa mendatang, kalian bisa memetik ramuan
di sekitar Gunung Nagari. Sekarang, pulanglah."
"Apa maksudmu? Kamu meremehkan
strategi kami? "bentak Felicia dengan marah.
Saka yang mulai kehilangan kesabaran,
berbalik untuk pergi. Namun, suara penuh percaya dirinya yang menggema di
telinga mereka membuat mereka terdiam.
"Strategi apa? Berbelit-belit,
menjijikkan dan nggak berguna! Beri aku waktu, aku akan menghancurkan kawasan
perbatasan luar dengan satu pukulan."
No comments: