Bab 1883
Renan berkata dengan tenang.
"Apa? Beraninya dia?" sahut
Marko tiba-tiba terkejut. Dia berkata dengan nada tidak percaya, Apa dia
mencoba bersembunyi secara diam-diam?"
"Bisa dibilang seperti
itu."
Renan tersenyum ringan dan berkata,
"Ternyata orang itu diselamatkan oleh keluarga penduduk lokal sini dan
mengasingkan diri untuk menyembuhkan luka-lukanya. Akhir-akhir ini, aku sedang
dalam suasana hati yang buruk dan sudah membunuh banyak budak penduduk
lokal."
"Hari ini, saat orang-orangku
pergi untuk menangkap budak-budak penduduk lokal, mereka secara nggak sengaja
merebut rumahnya. Awalnya, orang ini bersembunyi dengan baik dan orang-orangku
nggak bisa menemukannya. Siapa yang tahu orang ini ternyata nggak tahan
melihatnya dan membunuh orang-orangku. Hehe
"Bukankah menurut kalian ini
adalah kejutan yang nggak terduga?"
Renan menunjukkan ekspresi bangga di
wajahnya, memperlakukan rekannya sama seperti budak.
"Begitukah..." sahut Marko
dengan seraya tertegun.
"Huh, dasar bodoh!" seru
Felicia. Dia berkata dengan nada menghina, "Hal kecil seperti itu nggak
bisa menahannya, apalagi hal besar. Lucu sekali, bahkan Saka dan orang lainnya
masih ingin menyelamatkannya. Dia itu cuma beban yang akan menghambat
mereka!"
Marko hanya terdiam.
Menurut mereka, tindakan Gary masih
terlalu tidak rasional. Nyawanya jauh lebih berharga dibandingkan nyawa
beberapa penduduk lokal.
Pilihannya sangat tidak rasional.
Paviliun Yasobi memilih jalan yang
benar untuk tidak bekerja sama dengan Gary.
Sementara itu di lantai dua, ketika
Saka mendengar ini semua, darahnya mendidih karena amarah dan hatinya seolah
terbakar oleh nyala api yang berkobar.
Dia hanya bisa melampiaskan amarahnya
pada Marina.
Melindungi keluarga dan masyarakat
adalah tugas seorang prajurit.
Namun, di mata sekelompok orang ini,
ternyata dianggap sebagai tindakan bodoh?
"Kamu juga mendengar kalau Gary
sangat bodoh. Nggak ada gunanya kalau kamu menyelamatkannya. Kalau kamu nggak
pergi, kamu akan berakhir seperti dia."
Marina merendahkan suaranya sambi
berkata dermikian. Dia merasa sangat marah dan terhina di dalam hatinya. Dia
takut Renan akan mengetahui apa yang terjadi padanya. Marina terengah - engah
dan tidak tahan dengan serangan Saka.
"Apa menurutmu kamu adalah
bangsawan? Kamu memang pantas dirusak."
Wajah Saka menjadi dingin dan
gerakannya menjadi lebih ganas. Tiba-tiba, air memercik ke mana-mana
Saat ini, Renan agak terkejut ketika
mendengar gerakan samar dari atas dan dia hendak naik untuk bertanya. Mata
Felicia berkedip, lalu dia berkata, " Itu cuma Gary, tulang mati di
kuburan."
"Yang paling penting adalah Saka
dari Gunung Nagari. Bagaimana cara menghadapi orang ini? Kekuatannya dalam
pertarungan sama sekali nggak lemah. Sekarang dia sangat populer. Kudengar
banyak orang ingin bergabung dengannya..."
Saat ini, Saka tampaknya telah
menggantikan Gary dan menjadi pemimpin pemberontak generasi baru. Banyak orang
dari wilayah selatan yang berlindung pada Gunung Nagari.
"Mudah saja."
Sorot mata Renan tajam dan dia
menjawab dengan ekspresi nyalang, "Kalau dia berani menculik Marina -ku,
kalau begitu aku akan menculik Gary."
"Aku ingin tahu apa dia akan
datang untuk menyelamatkannya nanti. Kalau dia nggak berani datang, siapa yang
akan mencari perlindungan padanya? Kalau dia berani datang... Hehe, mari kita
mulai pertarungan yang menentukan terlebih dahulu."
"Begitu waktunya tiba, aku akan
membantu dengan tinjuku."
Pria paruh baya dari Gunung Perian
berkata dengan suara yang dalam, "Nggak ada alasan bagi Gunung Perian
untuk menolak."
"Pak Renan sangat pintar. Cuma
saja tentang pembagian keuntungan setelah menaklukkan Gunung Nagari..."
kata Felicia sambil tersenyum samar.
"Aku 40%, dan kalian 30%. Oh,
omong-omong, aku mencintai Marina dengan sepenuh hati. Setelah menaklukkan
Gunung Nagari, aku nggak akan tertarik pada para wanitanya Adriel. Apa kalian
tertarik?" tanya Renan menatap mereka sambil bertanya dengan tersenyum.
Pria paruh baya dari Gunung Perian
menunjukkan senyuman puas dan menjawab, "Kalau begitu, aku, Gunung Perian
... akan menerimanya dengan senang hati."
"Baiklah. Kalau begitu sudah
beres."
Mata Renan tampak bersinar terang dan
bersemangat, lalu semua orang mendiskusikannya sejenak sebelum bubar.
Di lantai dua.
"Renan datang, cepat
pergi!"
Marina tampak cemas dan terburu-buru.
Dia mencoba mendorong Saka ke bawah.
No comments: