Bab 1925
Pak Renan mengamati sosok Gary yang
jatuh dari langit, dengan senyuman di wajahnya dia berkata, " Kak Buaya,
kamu nggak bisa memakan dia, karena itu adalah permintaan dari para leluhur
kita. Tapi pukulan terakhir yang mematikan, bisa kami serahkan padamu."
Orang-orang di sekitarnya pun sedikit
rileks, tatapan mereka penuh kewaspadaan, "Apa kita harus membiarkannya
hidup?"
Gary hanya terluka parah, belum mati.
Membiarkannya hidup tampaknya lebih baik daripada mempelajari tubuhnya.
"Nggak perlu, orang ini
menyimpan ahli tua yang luar biasa dalam darahnya. Jangan beri dia kesempatan
untuk bernapas," tegas Pak Renan.
Dia tidak akan melakukan hal bodoh
seperti memberi kesempatan kedua pada orang yang sudah terpojok.
"Tenaga yang terlalu lemah...
"
Gary tidak menunjukkan ekspresi suka
atau duka, pandangannya terarahkan ke langit dan berbisik perlahan, "Anak
kecil, seharusnya kamu nggak menanamkan jebakan untukku. Kalau aku mati,
giliranmu berikutnya."
"Kalau kamu tahu diri, mungkin
di lain waktu aku bisa terbangun dalam dirimu, tapi dengan identitas yang kamu
sembunyikan, banyak musuh yang sudah kamu buat.... "
Seiring kekuatan yang cepat
menghilang, matanya perlahan menutup dan saat tubuhnya hampir jatuh ke mulut
buaya raksasa, tiba-tiba sebuah sosok melesat dengan cepat dan menyambar tubuh
Gary yang terluka parah dan tak sadarkan diri!
Peristiwa mendadak ini membuat semua
orang terkejut.
Siapa yang berani mencampuri urusan
keluarga besar ini pada saat seperti ini?
"Siapa itu?" teriak Renan
dengan marah.
Orang-orang di sekitarnya juga bergerak
bersamaan dengan ekspresi penuh kemarahan!
Sebagai keluarga besar terkemuka dari
Negara Elang, siapa yang berani mengganggu mereka?
Namun, sosok yang membawa Gary
tiba-tiba berhenti, memperlihatkan seorang wanita berpostur tinggi, wajah
cantik dengan rambut putih yang panjang.
Wajahnya menunjukkan kesan dingin
yang tak bisa dihilangkan, dan dia menatap mereka lalu berkata, " Orang
ini, aku yang akan mengambilnya."
"Siapa kamu?" tanya Renan.
"Tunggu, dia adalah... wanita
yang selalu bersama Dahlia, Leony!"
Saat itu, Jorel langsung terdiam,
matanya menyipit, lalu tiba-tiba dia mengenali identitas orang tersebut dan
wajahnya dipenuhi rasa dingin.
Orang-orang di sekitarnya juga
terkejut sejenak.
Dahlia adalah salah satu tokoh yang
setara dengan Adair dan lainnya, dan hanya statusnya sebagai murid Guru Kaisar
sudah cukup membuat Pak Renan tak bisa dibandingkan.
Pak Renan merasa marah dalam hati,
tetapi begitu mengingat identitas Dahlia, dia menekan emosinya dan menarik
napas dalam-dalam, lalu dengan sedikit senyum berkata, "Apa maksud Putri
Bulan?"
"Putri Bulan yang ingin
mengambil orang ini."
Leony menatap mereka dan berkata,
"Kalau kalian membunuhnya, Putri Bulan akan membuat kalian nggak ada
habisnya bahkan nggak ada ampunnya."
Kata-kata itu membuat suasana
tiba-tiba sunyi.
Pak Renan segera kehilangan
senyumannya, wajahnya berubah serius.
Meskipun Gunung Reribu begitu kejam
dan sudah banyak orang yang mati di sana, tetapi tidak ada seorang pun yang
benar-benar penting dari tujuh keluarga besar atau keluarga kerajaan yang ikut
terlibat!
Persaingan antar tujuh keluarga besar
dan keluarga kerajaan pun memiliki batasan yang ketat.
No comments: