Bab 1931
Jorel mengernyit.
Hikmal tetap diam, dia maju
selangkah, lalu menatap Saka dengan dingin.
Namun pada saat ini, sebuah suara
rendah tiba-tiba terdengar, "Mundur."
Semua orang tercengang sambil menatap
Renan dengan bingung.
Namun, hanya terlihat Renan yang
perlahan mengangkat kepalanya, tampaknya ada emosi yang tertahan di matanya.
Sebuah suara datang dari sela-sela giginya dan berkata, "Berikan semuanya
padaku. Mundur!"
Marina tiba-tiba terkejut dan segera
mengangkat tangannya untuk menghentikan Renan sambil berkata, "Renan,
jangan ... "
Kekuatan bertarung Saka tidak lemah!
"Minggir!"
Renan berteriak keras sambil menampis
tangan Marina dengan kasar. Dia melihat wajah Marina yang pucat dan tampak
bingung. Lalu, gejolak emosi mulai melonjak di dalam hatinya. Kemudian, dia
menunjukkan senyum sedikit kejam.
"Aku adalah bangsawan dari surga
dan penguasa masa depan. Menurutmu aku nggak sebanding dengan orang wilayah
selatan seperti dia?"
Renan seperti sedang mempertanyakan
siapa yang kuat dan siapa yang lemah. Namun, seolah ada makna yang tersembunyi
dalam kata-katanya.
Orang lain tidak mengerti, tetapi
wajah Marina tiba-tiba menjadi sangat pucat. Bibirnya sedikit bergetar sambil
menyahut, "Renan, aku nggak bermaksud begitu. Aku ... aku cuma mengkhawatirkanmu
"Baiklah! Lihat saja bagaimana
aku bisa mengalahkannya!"
Renan tertawa terbahak-bahak,
tiba-tiba menoleh sambil menatap Saka. Sorot matanya memancarkan amarah yang
luar biasa, lalu dia berteriak, "Saka, aku sendiri yang akan
melawanmu!"
Suaranya menggema dan mengejutkan.
Ini bukan sekadar pertarungan biasa,
tetapi juga melibatkan amarah dan rasa tidak puas di dalam hatinya.
Renan melintasi ribuan pasukan untuk
bertarung dan tiba di depannya. Saka sudah merampas kesucian wanitanya. Hanya
pertarungan yang bisa melampiaskan emosi kompleks dan bergejolak di dalam hati
Renan.
Saka mengangkat alisnya sambil
berkata, "Cukup berani."
"Mundur!" seru Renan secara
tiba-tiba.
Semua orang bingung saat melihat
situasi ini. Mereka tidak mengerti maksud dari tindakan Renan. Tetapi, Renan
yang bisa mengambil keputusan terakhir di sini, jadi mereka tidak punya pilihan
selain mundur beberapa langkah.
Keduanya pria itu saling berdiri
berhadapan satu sama lain. Sepertinya ada aura kuat dan menekan yang muncul di
antara mata mereka.
"Membunuh orang nggak perlu
terlalu berlebihan. Kenapa kamu harus melakukan hal ini?"
Tampaknya ada badai yang tertahan di
mata Renan. Tangannya perlahan-lahan menekuk menjadi cakar yang kuat, seluruh
tubuhnya tampak seperti naga air yang siap menyerang.
Apa yang dilakukan Saka sudah
menghancurkan martabatnya sebagai seorang pria.
Tubuh Saka memancarkan cahaya
keemasan. Dia mengerutkan kening sambil berkata, "Kamu masih berani
bertanya? Apa kamu nggak tahu sudah berapa banyak kejahatan yang kamu lakukan?
Yang mati di tanganmu, lalu entah sudah berapa banyak orang yang kamu perbudak.
Penghinaan ini memang layak kamu terima."
Sebelum kata-kata Saka selesai, suara
dengan nada marah Renan langsung terdengar.
"Cuma karena ini. Kamu
melakukannya cuma karena ini!"
"Dasar sekelompok orang hina.
Aku adalah bangsawan yang mulia. Dalam pertikaian sekali pun, kalian nggak
boleh memperlakukan aku seperti ini! Bagaimana mungkin sekelompok orang hina
bisa dibandingkan denganku, saat mengalami ketidakadilan seperti itu!"
"Satu tetes darahku nggak
sebanding dengan seribu nyawa kalian. Kenapa kalian nggak memahami kebenaran
ini dan berani melanggar larangan?"
Saat mendengar ini, tatapan mata Saka
menjadi lebih dingin dan dia menyahut, "Apa maksudnya orang yang mulia dan
orang yang hina? Saat negara ini didirikan, kita disuruh menganggap semua
manusia itu sama. Ini juga sudah tertulis dalam semua buku pelajaran."
"Dasar orang hina. Itu cuma
kebohongan untuk menipu kalian!"
Renan berteriak sambil mengeluarkan
Busur Petir. Angin menderu dan petir memenuhi udara, meledak dari Busur Petir.
Dia tidak membengkokkan busur untuk memasang anak panah, tetapi langsung
menghantamkannya ke kepala Saka dengan ganas!
Busur itu menggabungkan pertarungan
jarak jauh dan jarak dekat. Busur itu terbuat dari bahan khusus yang dapat
menghancurkan kepala manusia yang berada di tingkat langit tahap kesembilan.
Jorel mengangkat alisnya sambil
berkata, "Saat ini, Renan nggak menunjukkan kekuatannya sepenuhnya.
Seharusnya seimbang."
Charles dan Hikmal sama-sama
mengangguk pelan. Bela diri Renan sama dengan Busur Petir. Keduanya memiliki
kekuatan tak terbatas. Pertarungannya dengan Saka seharusnya akan seimbang.
Namun, Saka hanya melihat Busur Petir
yang dilemparkan ke arahnya sambil berkata dengan tenang, "Busur Petir
lagi, tapi aku bukan lagi orang yang sama seperti tiga hari yang lalu."
Setelah kata-kata ini diucapkan,
semua orang langsung terkejut.
Hanya terlihat Saka yang mengangkat
tangannya, menggenggamnya di dalam kehampaan, lalu sebuah cahaya keemasan
langsung menyeruak.
Petir itu sepertinya terjebak di
rawa, berderak dan meledak dengan suara keras, tetapi tidak bisa bergerak maju
lagi.
"Bagaimana mungkin?"
Ekspresi semua orang sontak berubah.
Petir tidak terlihat dan tidak
memiliki bentuk. Lalu, kekuatan apa yang bisa menjebak petir?
"Itu tingkat master ilahi?"
Jorel sangat terkejut. Namun di alam
master ilahi, memerlukan setidaknya setengah langkah kultivasi master ilahi
untuk dapat menggunakannya. Sementara pria ini kelihatannya seperti baru di
tahap kesembilan...
"Sudah kubilang, aku bukan lagi
orang yang sama seperti tiga hari yang lalu. Busur Petir ini nggak ada gunanya
lagi."
Saat Saka mengangkat tangannya,
bidang cahaya keemasan perlahan bergerak maju, mengikis ke arah Renan yang
sedang memegang Busur Petir. Saat pandangan mereka bertemu, mata Renan tampak
terkejut, sementara wajah Saka tetap tenang.
No comments: