Bab 1949
"Aku akan melawanmu
mati-matian!" teriak Marina dengan marah.
Dia sudah merendahkan diri sedemikian
rupa, membuat pengorbanan besar, melayani seorang pria dari wilayah selatan,
tetapi pria itu malah terus-menerus mempermalukannya.
Saka tanpa sedikit pun belas kasihan,
langsung meraih pergelangan tangan Marina dan menariknya ke pelukan. Seketika,
tubuh Marina yang lembut penuh wangi berada di dekapannya.
"Plak!"
Saka menampar lagi dan berkata dengan
dingin, " Kamu berani menawariku syarat? Apa kamu pantas? 11
"Kamu ..." ucap Marina
denagn tatapan marah.
Plak!
Saka kembali menamparnya sambil
tertawa marah, " Kamu nggak terima?"
Sekarang Marina ada dalam pelukannya.
Saka tak lagi menahan diri dan ingin menunjukkan kekuatannya pada Marina.
"Le-Lepaskan aku!" teriak
Marina sambil meronta dengan keras.
Namun saat ini, Saka jelas tidak akan
memberinya kesempatan. Marina sudah jadi tahanan, tetapi masih berani
menawarinya syarat? Dia terpaksa harus mengajarinya bagaimana seharusnya
bersikap!
Tanpa belas kasihan, tindakannya
membuat Marina hampir menangis...
"Hanya mati yang bisa mengakhiri
semua ini... " ucap Marina. Dia merasa malu dan marah, bercampur dengan
keputusasaan.
Jika Saka tidak mau melepaskan Renan,
Marina mulai berpikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri daripada terus
menderita seperti ini.
Sementara itu, di ruangan lain.
"Wennie, jujur padaku. Apa kau
ada perasaan pada Saka?" tanya Leony sambil memandang Wennie dengan
ekspresi aneh.
Wennie mengerutkan keningnya
menjawab, "Guru, aku sudah bersumpah untuk menjaga Adriel seumur hidup.
Bagaimana mungkin ... "
"Aku nggak bermaksud apa-apa,
cuma tanya saja," ucap Leony. "Bagaimanapun, Adriel dulu... "
Saat berkata sampai situ, Leony
menghela napas ringan. Adriel mati dengan cara yang sangat heroik, jadi dia
sulit menerima jika Wennie, sebagai janda Adriel, jatuh cinta pada pria lain.
"Saka memang menunjukkan
ketertarikan padaku, tapi aku sudah tegas menolaknya," ucap Wennie sambil
tersenyum kecut.
"Baguslah..." kata Leony.
Dia kemudian menghela napas ringan,
lalu berkata, "Tapi kamu harus menjelaskan padanya. Lihatlah betapa
gigihnya dia bertarung, aku rasa semua itu demi kamu. Dia benar-benar pria yang
setia dan berani, nggak takut melawan kekuasaan. Aku sangat mengaguminya. Kita
nggak boleh menggantungkan harapan orang seperti itu"
"Aku tahu, tapi dia sangat keras
kepala." ucap Wennie.
Berbicara tentang ini, Wennie tampak
makin putus asa. Dia lanjut berkata, "Semoga dia bisa mengalihkan
perhatiannya. Mungkin kalau ada wanita lain di sisinya, dia akan lebih tenang.
Tapi, wanita seperti apa yang pantas untuknya?"
Setelah mengatakan itu, Wennie
tiba-tiba tertegun, lalu memandang Leony.
Wajahnya yang begitu cantik dengan
rambut perak, memberikan pesona yang unik. Dia adalah salah satu wanita
tercantik yang sulit ditemukan di dunia.
Wennie baru sadar bahwa Guru sendiri
sepertinya belum punya pasangan yang tepat.
Barusan Leony bilang, dia sangat
kagum pada Saka.
Jika dipikir-pikir, Saka lebih tua
dari Wennie. Dia pasti tidak mungkin mengejarnya, 'kan?
"Kenapa menatapku begitu?"
tanya Leony dengan kejut.
"Guru, bagaimana kalau ...
Menurutmu Saka bagaimana?" tanya Wennie mendadak.
"Apa maksudmu?" tanya Leony
dengan bingung Namun, dia lalu menyadari sesuatu dan berkata pelan,
"Wennie...
"Ya?" ucap Wennie.
"Menurutku, melawan guru itu
nggak baik," kata Leony.
Lebih dari satu jam kemudian.
Di dalam kamar.
No comments: