Bab 1950
Marina terbaring lemah di tempat
tidur. Sorot matanya yang penuh amarah telah memudar, hanya tersisa keinginan
untuk mati.
"Kalau kamu berani lagi membuat
permintaan yang nggak pantas atau kurang ajar padaku, lain kali nggak akan
semudah ini," tegur Saka sambil melemparkan sepotong pakaian yang sudah
robek ke arahnya.
Tepat saat itu, telepon Saka
tiba-tiba berdering. Itu telepon dari Wafa.
Untuk apa dia menghubungiku?
Saka segera mengangkat tangannya,
membentuk penghalang dari energi sejati untuk meredam suara, lalu mengangkat
telepon.
"Selamat, Saka Sang Mahatinggi.
Hanya dengan satu pertempuran, kamu sudah jadi raja. Aku telah menyiapkan
hadiah kecil untukmu sebagai tanda hormat," ucap Wafa. Suaranya di ujung
telepon terdengar dengan senyum.
"Aku nggak akan bekerja untukmu,
jadi jangan berharap lebih," ujar Saka sambil memutar bola matanya.
"Bahkan kalau aku memberimu Api
Ilahi tingkat delapan, kamu tetap nggak tertarik?" tanya Wafa sambil
tersenyum tipis.
"Hah?" seru Saka terkejut.
"Buaya besar yang kamu kalahkan
sudah kutangkap, "kata Wafa dengan santai. "Di dalam tubuhnya ada Api
Ilahi tingkat delapan, dan itu sudah kuantarkan ke tempatmu," lanjutnya.
Api Ilahi tingkat delapan!
Mata Saka menyipit, dia kemudian
berkata, "Kamu sangat berani, apa kamu nggak takut aku akan mengambil Api
Ilahi itu tanpa tunduk padamu?"
"Mengalahkan seseorang seperti
Renan bukanlah apa-apa. Dunia ahli yang sesungguhnya ada di dalam
perbatasan," ucap Wafa.
Dia kemudian tersenyum tipis dan
melanjutkan, " Badai besar akan segera datang. Kamu butuh perlindungan
kalau ingin selamat dari krisis ini. Adair dan yang lainnya akan segera
melengkapi kekuatan mereka. Itu adalah peluang yang jauh lebih besar daripada
Api Ilahi tingkat delapan."
Saka mengerutkan keningnya sedikit,
Dahlia juga pernah mengatakan hal yang sama padanya. Adair dan lainnya sengaja
menahan level kekuatan mereka saat masuk ke tempat ini demi mencari peluang
tertentu.
Namun, peluang apa yang lebih
berharga daripada Api Ilahi tingkat delapan?
Seakan-akan mengetahui kebingungan
Saka, Wafa tersenyum sedikit, lalu bertanya dengan suara lembut, "Pernah
dengar tentang pohon liur naga tua yang bisa membuat tubuh seseorang langsung
menjadi setara dengan tubuh master ilahi?"
"Pohon liur naga tua?"
guman Saka.
Mendengar itu, genggaman Saka pada
teleponnya mengencang.
Dalam legenda, pohon tua ini hanya
muncul di tempat naga tinggal. Buahnya dapat membuat tubuh seseorang mencapai
kekuatan setara dengan master ilahi.
Tidak hanya itu.
Untuk menjadi master ilahi, seseorang
harus melalui proses pembakaran tubuh oleh Api Ilahi. Makin kuat tubuhnya,
makin tinggi tingkat dan jumlah Api Ilahi yang bisa ditahan. Potensi mereka
setelah menjadi master ilahi juga akan jauh lebih besar.
Bahkan, dalam proses peningkatan di
masa depan, kemajuan mereka akan lebih mudah.
Konon, ada seseorang yang memakan
satu buah liur naga dan, setelah naik tingkat menjadi master ilahi, dia naik
lima tingkat lagi dalam satu tahun.
Kecepatan ini sungguh luar biasa.
Saka memperkirakan bahwa bahkan
setelah menjadi master ilahi, dia hanya bisa mencapai kecepatan seperti itu.
Sementara buah liur naga bisa
mempercepatnya lebih jauh, itu akan sangat penting baginya mengingat krisis yang
dia hadapi sekarang.
"Apa kamu ingin aku membantumu
merebut peluang itu?" tanya Saka.
Wafa di ujung telepon tetap tenang,
menjawab perlahan, "Benar. Tapi peluang itu hanya bisa didekati oleh
keturunan dari tujuh keluarga besar dan keluarga kerajaan. Renan di tanganmu
masih bisa berguna. Kamu stabilkan dulu kondisinya, sisanya akan kuatur.
Setelah berhasil, aku akan memberikanmu satu buah liur naga."
Tatapan Saka tampak heran, dia
bertanya, "Kamu sendiri nggak tertarik dengan pohon liur naga itu?"
sendiri nggak tertarik dengan pohon
liur naga itu?"
Wafa terdiam sebentar, lalu tertawa
kecil sambil menjawab, "Apa kamu nggak pernah berpikir kenapa tujuh
keluarga besar nggak membawa pulang pohon liur naga itu? Itu karena mereka
saling berebut pohon ini, nggak ada yang bisa sepakat soal kepemilikannya.
Akhirnya, pohon ini dibiarkan di sana sebagai peluang khusus untuk keturunan
mereka, agar bisa membantu mereka naik ke puncak kejayaan."
Dia melanjutkan, "Kalau pohon
ini sampai direbut, kamu percaya nggak, kekacauan besar akan melanda wilayah
Gunung Reribu?"
"Kalau begitu, ambil buah liur
naga dulu ... " ucap Saka.
Meski berkata demikian, mata Saka
memancarkan kegairahan. Darahnya mulai bergejolak.
Tujuh keluarga besar pernah merebut
warisan Tabib Agungnya. Kini, sudah saatnya dia mengambil sesuatu dari mereka.
No comments: