Bab 607
Wajah Nindi terasa
membara.
Dia menerima sebuah
pesan, "Aku nggak mau putus, aku bakal tetap menunggu."
Nindi keluar dari
jendela obrolan. Dia menoleh ke luar jendela mobil, berusaha menenangkan
hatinya yang baru saja stabil, tetapi kini kembali bergejolak.
Dulu, dia mengira Cakra
menyembunyikan identitasnya karena tidak benar-benar mencintainya.
Namun, dia barusan
mengklarifikasi perihal pertunangannya dengan Sofia di depan semua orang.
Nindi bahkan melihat
Sofia langsung menangis di tempat.
Galuh kemudian angkat
bicara, "Nindi, hubunganmu dengan pacarmu ... eh bukan, maksudku mantan
pacarmu, bagaimana sekarang?"
"Buat saat ini, ya,
begitulah."
"Tapi menurutku,
dia masih ada rasa ke kamu. Tadi kamu nggak lihat cara dia menatapmu? Dia
kelihatan sangat putus asa. Seperti menunggu kamu balik dan menghiburnya."
Galulı merasa, andai
dirinya berada di posisi Nindi, dia pasti sudah langsung luluh dan tak bisa
marah saat ditatap pacar yang setampan itu.
Wajah Nindi semakin
memanas., "Jangan ngomong sembarangan. Aku sendiri juga nggak tahu harus
bagaimana."
Cakra dan Riska sendiri
sudah menjelaskan bahwa tidak pernah ada pertunangan dengan keluarga Morris.
Itu memang hanya rumor belaka.
Dia hanya dikelabui oleh
Sofia.
Namun, tetap saja, dia
masih kesal karena Cakra menyembunyikan identitasnya. Ada rasa tidak percaya
yang masih terasa mengganjal.
Galuh merangkul lengan
Nindi seraya berkata, "
Kalau begitu, cuekin dia
buat sementara waktu, biar dia tahu rasanya gelisah setengah mati. Anggap saja
ini pelajaran buat dia."
"Benar juga, selama
ini aku selalu yang mengejar dia."
Kali ini, Nindi juga
ingin melihatnya lebih dulu mengambil inisiatif.
"Lagi pula, di
dunia ini, pria baik-baik nggak cuma dia, kok. Kamu tahu nggak, sudah ada
beberapa orang yang tanya ke aku apakah kamu masih lajang atau nggak. Kalau aku
sebarkan kabar ini, aku yakin, pasti banyak yang bakal ngejar kamu. Kamu nggak
perlu terus-terusan terpaku pada satu orang." 11
Suasana hati Nindi
berubah jauh lebih baik, "Yang kamu bilang ada benarnya juga."
Perasaannya terhadap
Cakra sendiri masih penuh tanda tanya. Namun, setelah hidup kembali, ada banyak
hal lain yang harus dia selesaikan. Dia tidak bisa membuang semua itu hanya
demi seorang pria.
Yudha mendengar ucapan
Nindi dari kursi depan. Dia melirik ke kaca spion, matanya tampak menyiratkan
sebuah rencana.
Begitu mobil yang
ditumpangi Nindi pergi, barulah Cakra mengalihkan pandangannya.
Sofia yang berdiri di
sampingnya berkata dengan keras kepala, "Aku barusan ngomong panjang
lebar. Kamu dengar nggak, sih?"
Cakra melirik ponselnya.
Seperti yang dia duga, Nindi tidak membalas pesannya.
Cakra tiba-tiba merasa
kesal. Dia lalu menatap Sofia dengan dingin, "Aku sudah berbaik hati, ya,
ke kamu. Kalau nggak, cuma gara-gara fakta kamu mencuri ponselku dan menerima
telepon dari Nindi, keluarga Morris pasti sudah menghadapi masalah besar."
"Tapi aku
mengenalmu lebih lama dari dia! Kenapa? Apa yang dia punya sampai bisa
mengalahkanku ?"
Di saat itu, Sofia
kehilangan seluruh harga dirinya. Semua kebanggaan yang pernah dimilikinya
seakan-akan telah diinjak-injak.
Cakra menatapnya dengan
dingin, "Karena Nindi adalah orang yang aku cintai. Siapa memangnya yang
bisa menandingi wanita yang aku cintai?"
Karena dia mencintai
Nindi, maka tak ada seorang pun yang bisa lebih baik dari Nindi.
Sesederhana itulah alasannya.
Setelah mengucapkannya,
Cakra membungkuk, masuk ke dalam mobil, dan pergi tanpa ragu. Sofia pun
terduduk di tanah, seraya menangis tersedu sedu. Dia benar-benar tidak
mengerti. Apa yang kurang darinya dibandingkan Nindi?
Dia adalah sosialita
nomor satu di Yunanira! Dalam hal kecantikan, status, maupun kemampuan, dia jah
lebih unggul daripada Nindi.
Sofia sungguh merasa
semuanya tak adil baginya!
Sesampainya di asrama,
Nindi merebahkan diri di atas tempat tidur. Dia menatap layar ponselnya sambil membaca
pesan yang dikirim Cakra kepadanya.
Dalam beberapa hari
terakhir, Cakra terus mengiriminya pesan. Namun, Nindi tidak membalasnya satu
pun.
Rasanya sungguh
menjengkelkan.
Keesokan harinya, saat
tiba di markas tim, Nindi langsung melihat atasannya berjalan mendekat. Sosok
itu berjalan dengan raut datar, "Ada apa?"
"Kemarin sikapmu
terlalu kasar pada keluarga Morris. Bagaimana pun juga, mereka sudah jadi
sponsor kita selama bertahun-tahun."
"Memangnya kamu
nggak lihat bagaimana cara mereka menghina kita?"
Atasannya terdiam sesaat
sebelum berkata, "Tapi sebelumnya kan memang selalu begitu. Mereka juga
nggak pernah beneran macam-macam, 'kan? Lagi pula, ada banyak orang yang lihat
di sana. Nggak akan ada masalah, kok."
Nindi menyeringai tipis,
"Aku nggak peduli bagaimana yang sebelumnya. Sekarang, akulah kaptennya
Jadi, aku nggak akan biarkan anggota timku hadir ke jamuan jamuan kotor seperti
itu!"
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: