Bab 614
Kini, banyak hal yang telah berbeda
dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya. Ia harus lebih waspada.
Terlebih, dalang yang membantu Sania
masih belum terungkap.
Dari pihak keluarga Morris pun belum
ada petunjuk baru yang ditemukan.
Orang-orang ini bagaikan bom waktu
yang dapat meledak setiap saat. Meskipun ia sadar akan bahaya yang mengintai,
ia tetap harus mengungkap kebenaran.
IS
"Nindi," sapa seseorang.
Nindi mendapati Yanisha melangkah
perlahan mendekatinya. Ia merasa sedikit terkejut dan bertanya, "Loh, kok
kamu ada di sini?"
"Aku disuruh keluargaku. Katanya
proyek Al ini lagi fokus melakukan penelitian kaki palsu, jadi aku mau lihat
mungkin saja ada yang cocok dipakai untuk kakiku yang panjang sebelah
ini," jelas Yanisha.
Yanisha mengangkat kakinya dengan
santai, tanpa berupaya menyembunyikan apa pun di hadapan Nindi.
Nindi melirik sekilas kaki Yanisha,
lalu berkata, " Sebenarnya masih ada harapan, mau coba tes di alat ini
dulu? Aku bisa ambil datanya buat diteliti, siapa tahu nanti ada yang cocok
buat kamu."
"Boleh," jawabnya.
Yanisha mengangguk tanda setuju,
tetapi sebelum ia sempat mencoba, Darren segera datang dan mencegahnya.
"Nanti datang saja ke Lesmana Grup. Aku bisa suruh orang buat ambil
datanya. Tapi, kalau kamu lepas sepatu di sini, nanti banyak yang lihat, nggak
pantas."
Darren terlihat sedikit malu.
Meskipun semua orang mengetahui bahwa
kaki Yanisha bermasalah, selama ia mengenakan sepatu khusus dan berjalan dengan
perlahan, itu tidak akan terlalu ketara.
Namun, jika ia melepaskan sepatunya,
itu akan langsung terlihat dengan jelas.
Hari ini, sebagian peserta yang hadir
adalah rekan kerja dan para investor. Tentu saja, ada yang akan mengenal
Yanisha, dan besar kemungkinan mereka akan mencemoohnya.
Ekspresi Yanisha seketika menjadi
canggung, ia menganggukkan kepala dan berkata, "Iya."
Nindi menggenggam tangan Yanisha dan
menariknya dengan lembut. Dengan nada tenang, ia berkata, "Padahal cuma
tes sebentar, nggak boleh? Yang lainnya juga tes tuh."
Darren menurunkan suaranya dan
berbisik. "Tapi, kamu nggak lihat semua yang tes itu penyandang
disabilitas, yang kaki atau tangannya hilang, ya? Yanisha 'kan beda sama
mereka. Nanti malah jadi bahan gosip tahu."
"Kayaknya yang takut digosipin
itu kamu, deh!" ucapnya.
Baik Yanisha, maupun semua orang
tampak tidak peduli, hanya Darren yang terlihat keberatan.
Nindi menatap Darren. Pria ini selalu
menganggap masalah kaki Yanisha sebagai sebuah aib.
Ia sama sekali tidak menyukai
Yanisha.
Darren enggan berdebat lebih jauh
dengan Nindi. Ia segera menatap Yanisha dan berkata, "Kalau kamu beneran
mau ngelakuin ini, keluarga Ciptadi bakal marah besar kalau sampai tahu."
Selama ini, keluarga Ciptadi selalu
melarang Yanisha untuk muncul di hadapan publik.
S
Senyum di wajah Yanisha kian memudar.
Ia menatap Nindi dan berkata, "Makasih ya buat tawarannya, tapi aku
kayaknya lebih nyaman kalau tes sendiri saja."
Nindi hanya memilih diam.
ia merasa bahwa situasi yang dialami
Yanisha juga selayaknya dipertimbangkan.
Saat itu, Witan tiba bersama Sania.
Namun, begitu melihat Yanisha berada di sana, ekspresi Sania berubah menjadi sedikit
canggung.
Terlepas apa pun alasannya, kejadian
terakhir kali di Restoran Pyrus membuatnya dipermalukan oleh Yanisha.
Witan pun teringat kejadian di sana,
dan akhirnya mendesak Leo untuk melunasi tagihannya.
Darren menatap Sania dan Witan, lalu
berkata, Kebetulan kita semua bertemu di sini, kalian harus minta maaf ke
Yanisha."
Ekspresi Sania dan Witan nyaris sama,
keduanya terlihat enggan melakukannya.
Yanisha menyunggingkan senyum sinis
dan menatap Darren. "Kayaknya mereka rada terpaksa, ya."
Ekspresi Darren seketika berubah
dingin. "Janji kalian di rumah tadi gimana coba?"
Witan yang masih bergantung kepada
Darren untuk biaya pernikahan, akhirnya pun berbicara. "Maaf, Nona
Yanisha, ini memang salahku. Aku yang sudah sembarangan kasih gaunmu ke
Sania."
Darren lantas mengalihkan
pandangannya kepada Sania. "Di keluarga ini kamu yang paling bijak, jangan
bikin aku kecewa."
S
Saat ini, Sania hampir saja meledak
karena kesal.
Mengingat Darren masih harus
melanjutkan kerja sama dengan PZ Grup, mereka harus bersikap ramah. Dengan
ekspresi mengiba, Sania akhirnya berkata, "Maaf, Nona Yanisha, aku beneran
nggak tahu kalau itu gaunmu. Kalau tahu, aku nggak akan memakainya."
Hanya karena sebuah gaun usang, apa
istimewanya?
Yanisha seketika menatap Sania.
"Harusnya kamu minta maaf ke Nindi, bukannya masalah sepele begini. Kamu
nggak boleh sengaja numpahin anggur merah ke baju Nindi cuma buat
menjebaknya."
Sorot mata Sania memerah karena
diperlakukan tidak adil. la menatap Darren dan berkata, "Kak Darren, aku
tahu Kak Yanisha nggak suka sama aku, tapi aku nggak mau mengakui sesuatu yang
nggak kulakukan."
Ck, Darren pasti akan mempercayainya,
bukannya Yanisha.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: